KILAS BALIK
Dari Sepak Bola Kampung Jadi Tokoh yang Mengubah Indonesia, Inilah Sosok Jenderal Oerip Sumohardjo
Dikenang sebagai sosok yang meletakkan dasar bagi sejarah militer republik Tanggal 5 Oktober 1945, yang kini diperingati sebagai hari ulang tahun T
Bergabung dengan Tentara Belanda
Pada tahun terakhirnya di OSVIA, Oerip memutuskan untuk mendaftar ke akademi militer di Meester Cornelis, Batavia (kini Jatinegara, Jakarta).
Ia berangkat ke sana langsung dari Magelang, dan mengatakan kepada adik-adiknya untuk memberitahu ayah mereka, yang tidak setuju dengan pilihan putranya.
Soemohardjo pada awalnya berusaha untuk membujuk putranya agar kembali ke OSVIA dengan memberinya uang 1.000 gulden, tetapi akhirnya menyetujui pilihan Oerip untuk masuk akademi militer.
Setelah pelatihan, yang menurutnya menyenangkan, Oerip lulus dari akademi militer pada bulan Oktober 1914 dan menjadi letnan dua di KNIL.
KNIL adalah singkatan dari bahasa Belanda; het Koninklijke Nederlands-Indische Leger, atau secara harafiah: Tentara Kerajaan Hindia Belanda.
Setelah mengunjungi ayahnya di Purworejo selama beberapa hari, Oerip kembali ke Meester Cornelis, tempat ia menjabat di Batalion XII.
Jadi Pimpinan KNIL
Meskipun ia adalah pria terkecil dan satu-satunya pribumi di unitnya, ia diserahi jabatan pemimpin.
Satu setengah tahun kemudian, ia dikirim ke Banjarmasin, Borneo. Setelah melewati masa-masa berpatroli di belantara Puruk Cahu dan Muara Tewe, ia dikirim ke Tanah Grogot, kemudian ke Balikpapan.
Saat ditempatkan di sana, Oerip dipromosikan menjadi letnan satu, namun menghadapi diskriminasi dari tentara Belanda karena ia berasal dari kalangan pribumi.
Di Banjarmasin, ia meyakinkan komandannya untuk mengeluarkan peraturan yang memperbolehkan perwira non-Belanda bergabung dengan tim sepak bola, dan pada tahun 1917 ia telah menerima status hukum yang sama dengan tentara Belanda.
Setelah Balikpapan, Oerip dikirim ke Samarinda, Tarakan, dan terakhir ke Malinau.
Di Malinau, Oerip berpatroli di perbatasan Kerajaan Sarawak (kini bagian dari Malaysia) yang dikuasai oleh Hindia Belanda dan Inggris; ia juga bertugas mencegah konflik dan pengayauan antar suku Dayak.