Mendulang Harta Karun Sriwijaya , Pilih Sejarah Atau Nasib Nelayan : Untuk Penuhi Kebutuhan Keluarga
Harta Karun Sriwijaya, pemerintah dihadapkan pada dua pilihan, jejak sejarah atau kesejahteraan rakyat?
"Kadang sampai malam disini untuk mencari. Sehari dapatlah. Kalau tidak dapat emas, pasti manik-manik," ujar Juarsah.
Berburu harta karun sejak 2015

Sejak 2015 menjadi pemburu harta karun, insting Juarsah seakan telah terasah. Ia mengetahui yang mana tumpukan tanah tertimbun harta atau bukan.
Satu persatu tanah yang sudah bercampur lumpur itupun tak lepas dari genggaman Juarsah. Ia memilah sampai tumpukan tanah menjadi sedikit.
Meskipun emas yang kadang ditemukan berbentuk kecil karena hanya serpihan Jursah mengumpulkan itu di dalam botol plastik yang diikat ke leher.
"Paling besar itu dapat cincin. Tapi jarang, paling banyak serpihan begini. Atau manik-manik,"ujarnya.
Emas hasil temuan Juarsah dijual dengan harga Rp 400.000-Rp 500.000 per gram tergantung motif dan bentuknya.
Semua yang ia temukan tadi lebih dulu dikumpulkan lalu dijual dalam satu pekan sekali.
"Biasanya seminggu cukuplah. Dapat sekitar Rp2 juta sampai 3 juta. Tapi selama kemarau saja, kalau musim hujan cari ikan,"ujarnya.
Juarsah tak mengerti dari mana sumber emas maupun manik-manik yang ia temukan. Namun, memang banyak warga yang menurutnya menyebutkan kalau itu adalah peninggalan nenek moyang.
"Ya ada yang bilang Sriwijaya, ada yang bilang nenek moyang. Saya juga kurang paham. Kalau menggali itu, jika ditemukan pecahan guci pasti ada emas di sekitarnya. Biasanya begitu," ujarnya.
Jika nantinya pencarian itu dilarang, Juarsah akan menerima ikhlas. Namun ia bingung akan mencukupi kebutuhan keluarganya sebagai nelayan.
"Ikan kadang tidak laku dijual jadi lauk. Kalau dilarang, ya terpaksa berhenti dan jadi nelayan saja. Ini juga kan sebetulnya hanya bulan kemarau saja,"ujarnya.
Diduga pelabuhan perdagangan

Balai Arkeologi Sumatera Selatan menyebutkan, tiga Kecamatan di Kabupaten OKI, yakni Karang Agung, Selapan dan Cengal diduga kawasan permukiman serta pelabuhan pada masa kerajaan Sriwijaya.
Sehingga, tiga lokasi itu banyak ditemukan perhiasan seperti emas, manik-manik maupun logam mulia.
"Kita menemukan kemudi kapal dengan ketebalan 5 sentimeter di situ. Sehingga dugaan itu adalah pelabuhan perdagangan masa Sriwijaya sangat memungkinkan," ujar Budi.