Cerita Sisi Lain Dunia Malam di Pantura yang Berbalut Warung Makan, Harus Ada Pendekatan Dulu
Tak sekedar memakai jasa menemani tidur, untuk mendapatkan wanita "penjaga warung" ternyata juga butuh usaha.
Saat kembali, bedak dan lipstiknya tak lagi menghiasi parasnya.
Meski demikian ia kembali berdandan, dan kembali duduk menunggu datangnya pengunjung.
"Mau tambah lagi kopinya," ucap Dahlia kepada Tribunjateng.com, sembari tersenyum kecil.
Tak berhenti disitu, ia juga menawarkan diri jika ada lelaki yang mau mengajaknya tidur.
Dahlia mengaku tarif yang dipatoknya Rp 200-300 ribu untuk sekali kencan.
• Ramalan Zodiak Kesehatan Selasa 19 November 2019, Pisces Butuh Tidur, Cancer Lelah, Libra Bergairah
• Ramalan Zodiak Asmara Selasa 19 November 2019, Gemini Jangan Percaya Gosip, Sagitarius Tahan Diri
Di balik pekerjaannya sebagai wanita malam, Dahlia yang hanya tamatan SMP itu menuturkan, suatu saat ingin berhenti dari kelamnya dunia malam Pantura.
Ia bermimpi bisa melanjutkan pendidikan yang seharusnya masih dienyamnya. Namun, jeratan ekonomi memaksanya bekerja melayani lelaki hidung belang.
Namun wanita berparas cantik, berambut panjang itu tak menyalahkan nasib, dan menjalankan pekerjaan yang sudah dilakoni hampir tiga tahun itu.
"Mau bagaimana lagi, karena kebutuhan saya seperti ini. Saya jalani mas, percuma kalau mengeluh, keluhan tak bisa menyelesaikan masalah," kata Dahlia sembari menunduk.
Terpisah, Tribunjateng.com sempat menemui seorang pengemudi truk, yang mampir di salah satu warung yang ada di wilayah Kecamatan Gringsing, Minggu (17/11) lalu.
Sebut saja Gareng (51) supir truk pasir asal Purwodadi Jateng.
• Sempat Tak Direstui, Arie Kriting Siap Bawa Orang Tuanya Lamar Indah Permatasari
• Komentar Darije Kalezic Setelah PSM Makassar Menang Telak Melawan Persipura Jayapura
Saat ditemui Tribunjateng.com, ia mengaku warung plus plus di wilayah Pantura bukan lagi menjadi rahasia.
"Dari dulu sampai sekarang ya memang banyak, pokoknya kalau ada pemberhentian truk kemungkinan besar ada warung plus plus," jelas Gareng.
Sembari mengangkat kaki di kursi, pria 51 tahun itu menceritakan wanita penghibur di warung plus plus sepanjang Pantura tidak seperti di lokalisasi biasa.
"Modelnya tidak tabrak lari, beda dengan di lokalisasi. Kalau di lokalisasi, datang, ngamar dan bayar, kalau di Pantura harus ada pendekatan terlebih dahulu. Istilahnya "speak-speak", tutur Gareng.