Mendikbud Nadiem Makarim Akan Hapus Ujian Nasional, Sebut Indonesia Negara yang Tak Pakai UN
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI, Nadiem Makarim, mengaku bahwa pihaknya tengah mengkaji wacana penghapusan Ujian Nasional (UN).
“Ini (yang terbaik untuk anak) yang harus ditekankan bagaimana pemerintah itu bisa membantu memerdekakan si guru-guru penggerak ini untuk melakukan berbagai macam inovasi,” tambah Nadiem.
Semua pihak diminta untuk menyadari peran guru penggerak. Adanya guru penggerak bukan sesuatu yang bisa hadir secara cepat dan langsung.
“Kita membantu mereka kedua dari sistem regulasi dan birokrasi harus dibantu,” tambah Nadiem.
Ia berharap guru penggerak bisa hadir minimal satu orang di setiap sekolah.
Dalam lima tahun, ia berharap ada guru-guru penggerak minimal di 250.000 sampai 300.000 sekolah.
Menurut Nadiem, inovasi tak selalu harus sukses tak terkecuali di bidang pendidikan. Kunci sukses inovasi memerlukan percobaan dan eksperimen.
“Tapi terus mencoba agar mengetahui apa yang pas untuk sekolah dan lingkungan kita,” tambahnya.
Menyongsong pendidikan 4.0
Pengamat pendidikan Budi Trikorayanto mendukung wacana penghapusan Ujian Nasional tesebut.
Ia menilai sistem standardisasi kelulusan peserta didik di Indonesia dengan menyelenggarakan UN merupakan sistem pendidikan zaman revolusi industri 2.0 yang sudah tidak sesuai dengan kondisi saat ini.
"Sekarang eranya bukan seperti itu. Zaman pendidikan 4.0 itu pendidikan yang open source, merdeka, dan bukan lagi berdasarkan standar serta keseragaman, tapi berdasarkan minat dan bakat masing-masing siswa. Pendidikan yang customized, personalized," ujar Budi saat diwawancarai DW Indonesia, Kamis.
Dengan dihapusnya UN, Budi menyampaikan bahwa nantinya universitas menjadi pihak yang mengevaluasi hasil proses belajar-mengajar pendidikan menengah.
Menurutnya, universitas bisa menerima calon mahasiswa yang sesuai dengan minat dan bakat mereka.
"Kalau SMA yang evaluasi universitasnya. Kalau fakultas sastra cari anak yang beda dengan fakultas teknik, demikian juga fakultas bahasa.
Bukan anak harus lulus dengan standar sekian-sekian. Anak lulus saja, selesai. Dibebaskan jangan tanggung-tanggung," terang Budi.