BATAM TERKINI
Taksi Online dan Konvesional Batam Ribut Terus, Anggota DPRD: Harus Ada Sanksi Hukum
Kisruh antara driver taksi online dengan taksi konvensional sudah puluhan kali terjadi mulai persekusi hingga pemukulan.
Taksi Online dan Konvesional Batam Ribut Terus, Anggota DPRD: Harus Ada Sanksi Hukum
TRIBUNBATAM.id, BATAM - Kisruh antara driver taksi online dengan taksi konvensional sudah puluhan kali terjadi.
Persekusi hingga pemukulan, seperti yang terjadi di Pelabuhan Internasional Batam Centre, Selasa (3/12), juga kerap terjadi.
Masalah ini kemudian menjadi konflik kelompok dan membuat gaduh serta mengganggu masyarakat lainnya.
Cekcok tersebut umumnya didamaikan oleh pihak terkait. Di satu sisi, setiap masalah diselesaikan, kisruh kembali berulang.
Menurut anggota Komisi I DPRD Kota Batam yang membidangi hukum dan pemerintahan Tohap Erikson Pasaribu, perdamaian memang perl, namun aparat terkait juga harus tegas jika kasus ini sudah masuk ke wilayah pidana.
Persekusi dan pemukulan, kata Tohap, sudah termasuk pidana dan hal ini harus diusut tuntas secara hukum.
Sebab, selama ini, perdamaian ternyata tidak membuat masing-masing pihak belajar untuk menyelesaikan masalah dengan baik tanpa harus ribut-ribut.
"Kami juga ikuti perkembangan ini. Untuk mengatasi ini, siapapun pelaku pemukulan harus diseret ke ranah hukum. Soal perdamaian dan memaafkan tidak bisa menghapuskan pidana. Jadi biar ada efek jera bagi pelaku," kata Tohap.
Tohap mengatakan, perseteruan kedua kubu transportasi ini telah lama terjadi.
Bentrok dan kekerasan fisik pun tak terelakkan, termasuk persekusi. Karena itu, kata Tohap, jika tidak ada efek jera, maka hal ini akan terus berulang.
Hal lain yang menjadi sorotan Tohap adalah manajemen transpostari yang tidak jelas antara Dishub Kepri dan Batam.
Kewenangan ada pada Dishub Kepri sementara mereka berada di Tanjungpinang.
Mereka tidak bisa menyelesaikan masalah di Kota Batam karena kantor Dishub ada di Tanjungpinang.
Ia meminta Dishub Kepri dan Kota Batam membereskan hal ini sehingga tidak lagi berlarut-larut.
Di banyak kota di Indonesia, masalah ini sudah selesai sejak lama, tetapi di Batam, masalah justru tidak pernah selesai.
Hal lain yang perlu dilakukan adalah membangun kesadaran bagi setiap pihak bahwa masalah yang terjadi di antara mereka sangat sensitif.
Baik itu operator taksi online maupun taksi konvensional.
“Main hakim sendiri ini sangat sering terjadi. Semua adu kuat dan adu kuasa. Kalau begini terus, dampaknya kemana-mana. Batam dinilai semakin tidak kondusif dan berdampak menurunnya kunjungan wisatawan di Batam," katanya.
Saat terjadi kisruh dua kelompok taksi, Selasa kemarin, memang menjadi tontonan para turis asing yang sedang berada di pelabuhan di sekitarnya.
Sebuah rombongan turis dalam bus pariwisata bahkan sempat sulit keluar dari kerumunan saat kisruh terjadi.
Begitu juga beberapa turis yang hendak masuk pelabuhan terpaksa munggu di depan Mega Mall dan tidak berani masuk ke areal pelabuhan.
Mereka turun dari sebuah taksi karena kawasan itu macet.
Untuk masuk ke areal pelabuhan, para turis yang terlihat membawa koper ukuran besar tersebut tidak berani karena begitu banyaknya massa di areal pelabuhan.
Rusak Citra Batam
Kisruh antara taksi online dengan taksi konvensional kembali terjadi, Selasa (3/12/2019) siang di Pelabuhan Internasional Batam Centre.
Seorang driver taksi online menjadi korban persekusi.
Hal itu memancing kisruh yang lebih besar karena rekan-rekan mereka para driver taksi online kemudian ramai-ramai menyebut pelabuhan tersebut.
Mirisnya, kekacauan itu disaksikan oleh sejumlah turis yang baru datang ke Batam.
Kisruh yang terjadi tersebut berawal ketika seorang driver taksi online bernama Rizal masuk pelabuhan untuk menjemput keluarganya menggunakan mobil Toyota Calya warna merah.
Namun, pihak taksi pangkalan atau konvensional menuduhnya menjemput penumpang.
• DISAKSIKAN Turis Asing, Begini Kronologi Baku Hantam Sopir Taksi Online dan Kovensional di Batam
Dalam suasana gaduh tersebut, seorang driver taksi online lainnya bernama Tamba mencoba membantu kawannya.
Namun, ia justru menjadi korban amuk massa di pelabuhan tersebut dan mengalami lebam-lebam akibat pukulan.
Hal itu langsung memancing amarah puluhan driver taksi online lainnya dan mereka kemudian mengepung pelabuhan.
Puluhan mobil taksi online berdatangan ke pelabuhan dan memarkir kendaraannya di sepanjang jalan depan Mega Mall sehingga menimbulkan kemacetan.
Mereka kemudian masuk pelabuhan.
Cekcok mulut pun terjadi, bahkan nyaris terjadi bentrokan.
Untungnya, aparat keamanan berhasil mendinginkan suasana.
Suasana sempat mencekam.
"Awalnya kawan kami mau jemput keluarganya di pelabuhan. Padahal, waktu itu aplikasinya sudah dimatikan, Namun saat tiba disana ia malah dipersekusi," ujar Sembiring, seorang driver online kepada TRIBUNBATAM.id.
Rizal sendiri mengatakan, dirinya tidak mengira nyaris menjadi bulan-bulanan sekelompok orang di pelabuhan tersebut.
Mobil Calya warna merahnya, terpaksa diamankan polisi.
"Saya bukan jemput sewa, tapi hanya jemput keluarga yang baru saja tiba. Saya begitu kaget ketika saya dihadang. Saya sudah jelaskan tapi mereka terus mengepung saya,” kata Rizal yang mengatakan bahwa kelompok orang itu memaksanya turun dari mobil.
Namun, yang justru kena keroyok adalah Tamba yang mencoba meminta massa tak memukuli Rizal. Namun, massa justru menyerangnya.
Wajahnya di bagian mata sebelah kanan pun terlihat membiru akibat pukulan sampai akhirnya diamankan polisi ke dalam pos polisi pelabuhan.
Mirisnya, kericuhan ini sudah sangat sering terjadi dan seperti tak pernah ada jalan keluar. Padahal di berbagai daerah lain di Indonesia, kisruh seperti ini sudah jarang terjadi.
Namun di Batam, hal ini tak kunjung selesai. Akhir Oktober lalu, bentrok juga terjadi di Bandara hang Nadim, pintu gerbang Kota Batam lainnya.
Perburuk Citra Batam
Terus memanasnya konflik antara taksi online dan konvensional ini, jika tidak bisa dicegah akan berdampak besar pada Kota Batam yang saat ini mengandalkan sektor pariwisata sebagai andalan utamanya, di saat sektor industri dan perkapalan menurun.
Seperti kasus yang terjadi Selasa kemarin, peristiwa itu disaksikan oleh sejumlah turis asing.
Bahkan ada di antara mereka yang terlihat panik dan mengabadikan peristiwa itu menggunakan smartphone. Jika hal ini menyebar luas, maka dampaknya akan sangat besar.
Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan ( Disparbud) Kota Batam Ardiwinata mengungkapkan kegusarannya terkait kisruh yang terjadi di pintu gerbang Kota Batam ini.
Ardi mengatakan bahwa peristiwa tersebut sangat memalukan dan mencoreng citra Batam yang merupakan destinasi kedua terbesar dikunjungi turis asing, setelah Provinsi Bali.
"Keributan ini sangat kami sesalkan. Kami minta aparat dan pihak terkait untuk menyelesaikan persoalan ini dengan lebih tegas. Ada yang salah sebaiknya ditindak. Kita saat ini sedang berupaya agar pariwisata menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi, malah dirusak oleh perbuatan seperti ini,” katanya.
Ia menuturkan, alat transportasi adalah bagian amenitas atau fasilitas penunjang bagi wisatawan yang datang ke sebuah daerah, termasuk Batam.
"Kan malu, ada bule yang fotoin tadi. Di zaman media sosial seperti ini, hal-hal buruk seperti ini mudah tersebar,” katanya.
Pengelola Pelabuhan Internasional Batam Center, Nika Astaga berharap pemerintah bisa mencarikan jalan keluar terhadap gesekan ini. Pelabuhan Internasional seperti Batam Center ini seharusnya steril dari hal-hal yang seperti ini.
Sebenarnya, Dinas Perhubungan Provinsi Kepri sudah menerbitkan izin operasional taksi online di Kepri.
Kepala Bidang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (LLAJ) Dishub Kepri, Frengki Willianto, beberapa waktu lalu, mengatakan bahwa beberapa operator transportasi online sudah mendapatkan izin operasional.
Sebelumnya, untuk mengatasi terjadinya konflik, juga sudah disepakati 47 titik yang tidak bisa dimasuki oleh taksi online.
Namun, kesalahpahaman sering terjadi ketika mobil tersebut dituduh menjemput penumpang ketika masuk ke areal “terlarang“ tersebut, seperti yang terjadi kemarin. (dna/leo/blt)