Begini Cara Sri Mulyani Tanamkan Nilai-nilai Toleransi Kepada Pegawai Kemenkeu Agar Tidak Radikal

Di hadapan sejumlah tokoh di antaranya Menko Polhukam Mahfud MD, Sekjen Gerakan Suluh Kebangsaan Alissa Wahid, Frans Magnis Suseno, dan sejumlah tokoh

Editor: Eko Setiawan
kompas tv
Sri mulyani tetap jadi menteri keuangan 

Ketika itu, ia pun merasakan adanya dilema baik di antara pegawai Kemenkeu secara pribadi maupun Kemenkeu secara institusional mengingat di satu sisi kemerdekaan berekspresi merupakan hak dalam setiap negara demokrasi tapi di sisi lain masyarakat Indonesia juga telah bersepakat untuk menjaga persatuan dan kesatuan.

"Itu suatu tension yang terlihat sekali struggle, suatu pergolakan perjuangan, di antara kita sendiri, baik secara pribadi maupun institusional. Ini sesuatu yang harus direkonsiliasi," kata Sri Mulyani.

Atas dasar kegelisahan tersebut, akhirnya Sri Mulyani menggunakan kesempatan ketika pejabat eselon I dan II Kementerian Keuangan menggelar pertemuan terkait merajut kebangsaan pasca Pemilu 2019 di Gedung Danapala Jakarta.

"Jadi waktu kami buat pembicaraan itu, saya buka di Danapala, biasanya kan untuk perkawinan ya. Bayangkan eselon II itu jumlahnya 225 orang semua eselon II. Itu Kakanwil Pajak, DJKN, Direktur-direktur di tingkat pusat dan semua eselon I," kata Sri Mulyani.

Sri mengaku, pembicaraan mengenai radikalisme di tubuh Kemenkeu tersebut sebenarnya bukan sesuatu yang direncanakan.

Bermodal nekat, Sri Mulyani akhirnya memberanikan diri untuk membuka percakapan tersebut.

Ia pun menceritakan bagaimana ia menanyai satu per satu pejabat yang cara berpakaiannya terlihat berbeda dengan pejabat lainnya.

Ia mengaku menanyakan terkait apa yang membuat mereka sampai memilih untuk berpenampilan berbeda tersebut.

Sri Mulyani mengaku terkejut karena alasan yang mereka kemukakan ternyata berbeda-beda.

Menurutnya, ada yang menjawab dengan penuh kebijaksanaan, ada yang karena latar belakang keluarga, dan sebagainya.

Setelahnya, ia pun menanyai kepada pejabat yang berbeda agama tentang persepsi mereka ketika melihat sesama aparatur sipil negara yang memiliki cara busana berbeda.

Ia mengatakan, ketika itu mereka tidak mau menjawab karena menganggap hal tersebut sangat sensitif.

Sri Mulyani pun tidak memaksa untuk menjawab dan memilih untuk menceritakan pengalamannya sendiri sebagai minoritas saat tinggal di Amerika.

Hingga akhirnya ia pun menutup acara saat waktu sudah menunjukan pukul 24.00 WIB.

"Saya tahu waktu itu sampai hampir lebih pukul 24.00 WIB. That's very painful. Energi saya sampai habis terkuras. Itu lebih susah dari mengurusi keuangan negara."

Halaman
123
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved