INSPIRASI

Ditolak 6 Perusahaan karena Tunarungu, Andhika Sukses Bangun Kopi Tuli, Target 1000 Cabang di Daerah

Meski sempat ditolak bekerja di perusahaan, Mohammad Andhika Prakoso kini sukses membangun kerajaan bisnisnya bernama Kopi Tuli.

kontan/venny suryanto
Pemilik Kopi Tuli, Mohammad Andhika P 

TRIBUNBATAM.id - Keterbatasan tidak membuat Mohammad Andhika Prakoso patah semangat untuk berkarya.

Sejak kecil Mohammad Andhika Prakoso menderita tuli akibat sakit yang ia derita.

Meski sempat ditolak bekerja di perusahaan, Mohammad Andhika Prakoso kini sukses membangun kerajaan bisnisnya bernama Kopi Tuli.

Bukan tanda sebab ia memilih Kopi Tuli sebagai brand.

Kopi ini dinamakan Kopi Tuli yang didirikan oleh ketiga pemiliknya yang tuli atau penyandang disabilitas. 

Buruh Penggilingan Bakso Mendadak Jadi Orang Kaya Setelah Terima Telepon, Kini Punya Rumah Mewah

Kopi Tuli berdiri pada 2018 silam.

Salah satu pemilik Kopi Tuli yakni Mohammad Andhika Prakoso bercerita bahwa dirinya saat kecil pernah jatuh sakit hingga menyebabkan dirinya mengalami gangguan dalam pendengarannya alias tuli. 

Ia juga mengaku begitu sulit untuk bersosialisasi dengan teman-teman lainnya semasa sekolah mulai dari SD,SMP, SMA hingga kuliah.

Ia merasa dirinya sulit untuk mengikuti proses pemelajaran selama sekolah karena ternyata penjelasan dari gurunya yang begitu cepat sedangkan ia harus secara pelan-pelan untuk dapat mengikuti apa yang dibicarakan. 

Hingga saat itu, Andhika meminta kepada orang tuanya untuk dimasukkan ke dalam bimbel private agar lebih dapat mengerti apa yang diajarkan.

Tak berhenti di masa sekolah saja, dirinya juga merasa kesulitan saat di bangku kuliah, ia bilang saat itu sulit sekali bersosialisasi dengan teman-teman sekelasnya bahkan tersulitnya kalau sudah dalam pembagian kelompok untuk mengerjakan tugas. 

“Ketika mereka tahu saya tuli, semakin sulit saya untuk diterima di kelompok tersebut,” Jelas Andhika. 

Ia juga mengatakan bahwa dirinya sempat sangat sulit untuk mendapatkan pekerjaan setelah melamar di berbagai tempat.

Bahkan setelah dihubungi untuk di interview, perusahaan tersebut bisa langsung menolaknya karena dirinya memiliki keterbatasan. 

“Saya dulu pernah lamar ke lebih dari 200 perusahaan. Saat itu ada sekitar enam perusahaan yang memanggil lagi untuk di interview. Tapi begitu mereka tahu saya tuli mereka menolak saya,” tambahnya. 

Halaman 1/3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved