HUMAN INTEREST

Kisah Nurita, Besarkan Empat Anak Dari Hasil Kumpulkan Barang Bekas, Ada yang Jadi Mahasiswa

Nurita adalah seorang ibu dari empat anak sekaligus seorang istri yang menguatkan suami. Sehari-hari, dia mengumpulkan barang rongsokan

Editor: Dewi Haryati
TRIBUNBATAM.ID/ARDANA NASUTION
Nurita (45), seorang pemulung di Batam yang mampu menyelolahkan anaknya sampai ke perguruan tinggi. Foto diambil Jumat (20/12/2019) 

TRIBUNBATAM.id - Kita mungkin menyepelekan sampah yang berserakan di sekitar kita, tapi jangan salah, mungkin saja sampah itu bisa jadi emas bagi orang lain.

Seperti yang dilakukan Nurita (45). Ia adalah seorang ibu dari empat anak sekaligus seorang istri yang menguatkan suami.

Nurita menjadikan sampah itu menjadi mata pencahariannya sehari-hari.






Bukan sembarang sampah, ia mengumpulkan barang-barang rongsokan dan limbah rumah tangga yang dinilai masih bisa didaur ulang.

Sebagian orang mungkin menyebutnya pemulung, namun dia tak keberatan dengan hal itu.

Nurita mengumpulkan segala jenis sampah, mulai dari sampah plastik, besi tua, aluminium, sampai tembaga.

Sering Terjadi Kecelakaan, Warga Minta Pemerintah Perbaiki Jalan Tengku Sulung Batam

Menteri ATR Sofyan Djalil Peringatkan Masyarakat Kampung Tua Batam Jangan Jual Tanahnya


Kemudian dia mengumpulkannya dan menjualnya kembali ke pengepul yang lebih besar.

“Jadi aku mengumpulkan dulu di sini, terus nanti aku jual kembali ke bos besar,” ungkapnya saat dijumpai Tribun Batam, Jumat (20/12/2019).

Bergelut dengan barang tak terpakai setiap harinya, Nurita bisa menilai mana barang yang memiliki daya jual.

“Nanti kami sortir dulu di sini sesuai kualitasnya, nanti dari situ ditentukan berapa harga per kilonya dari bos,” ujar Nurita.

Dari hasil mengumpulkan sampah dari barang tak terpakai itu, ia dapat mengumpulkan omzet sampai Rp 10 juta per bulan.

Dari hasil itulah dia bisa menghidupi keluarga dan menyekolahkan anaknya sampai ke perguruan tinggi.

“Pokoknya yang penting anak-anak saya bisa sekolah semua, saya mau mereka bisa sukses,” tutur Nurita.

Mudah saja menjumpai lapak Nurita. Lapak yang sekaligus dijadikan rumah olehnya ini terdapat di pinggir jalan daerah Sengkuang, Kecamatan Batuampar, Kota Batam.

Lapak Nurita di pinggir jalan Sengkuang, Batam, Jumat (20/12/2019).
Lapak Nurita di pinggir jalan Sengkuang, Batam, Jumat (20/12/2019). (TRIBUNBATAM.ID/ARDANA NASUTION)

Ketika kita berkunjung ke daerah Sengkuang, tepatnya ke arah deretan toko-toko yang banyak menjual perkakas bekas, maka akan kita temui lapaknya di sebelah kanan.

Tumpukan barang rongsokan yang menggunung memenuhi pinggir jalan itu, menandakan kalau kita sudah sampai di lapak Nurita.

Ketika ditemui Tribun, saat itu Nurita sedang memeriksa barang yang dibawa oleh pemulung yang mengumpulkan barang dari seluruh Batam.

Walau saat itu kondisi di daerah Sengkuang sedang panas terik, dengan sigap dia membongkar karung-karung yang hampir sobek itu.

“Sedang menyortir barang,” katanya.

Mengadu Nasib di Batam

Kisah Nurita dimulai ketika dia masih berusia 18 tahun merantau ke Batam.

Ia berharap dapat penghidupan yang lebih baik kala itu.

“Aku saat itu tamat SMA, cuma orangtuaku hanya mau menguliahkan anak laki-laki saja. Katanya perempuan tak usah sekolah tinggi-tinggi,” kenang Nurita.

Jadilah dia, seorang gadis merantau ke Batam meninggalkan tanah kelahirannya di Limapuluh, Sumatera Utara.

Tak lama tinggal di Batam dan bermodalkan ijazah SMA, Nurita mendapatkan pekerjaan di salah satu pabrik.

Setelah mampu menghidupi diri sendiri di Batam, tak lama kemudian dia menemukan tambatan hatinya, Pantas Malau (43).

Mereka menjalani biduk rumah tangga hingga saat ini. 

Jatuh Bangun Dalam Hidup

Perjalanan hidup Nurita dan Pantas mengalami pasang surut.

Untungnya mereka dikaruniai empat anak yang menguatkan mereka.

Keempat anaknya yaitu Novita (19), Angela (16), Bernardius (15), dan Elisabeth (11).

Suami Nurita dulunya merupakan seorang sopir yang bekerja di salah satu perusahaan di Batam.

Selain itu suaminya juga punya usaha sampingan.

Ada Parcel Unik di Stan Mega Mall Batam Center, Ini Isiannya

Tak Hanya Pelabuhan Resmi, Polsek KKP Batam Kawal Pelabuhan Tikus Jelang Nataru

Kehidupan Nurita dan suami di Batam awalnya baik-baik saja.

Sampai anak ke empat mereka lahir, memiliki rumah dan mobil pribadi pun sempat mereka rasakan.

"Kita yang namanya manusia kan ingin yang lebih lagi, jadi suamiku itu main proyek. Tak disangka usaha itu hancur, sampai meninggalkan utang," cerita Nurita.

Karena harus membayar utang itu, Nurita dan suami terpaksa harus menjual rumah yang mereka tempati dan aset-aset lain yang mereka miliki.

Nurita bahkan sempat jatuh sakit karena masalah ini. Namun ketika dia melihat anak-anaknya, Nurita pun langsung bangkit dan memikirkan solusi atas masalahnya tersebut.

"Saya itu orangnya sekecil apapun masalah harus diceritakan kepada anak-anak, jadi tak ada rahasia. Jadi ku kumpulkan semua anak-anak, kubilang sama mereka kita harus jual rumah mau bayar utang," ungkap Nurita.

Sambil berlinang air mata Nurita mengenang kisahnya. Ia mengaku saat itu ia harus tabah demi suami dan anak-anaknya.

Tekad yang tak pernah padam ialah, Nurita harus bisa menyekolahkan anaknya sampai ke perguruan tinggi.

Dia tak mau anaknya merasakan nasib yang sama seperti yang dialaminya.

Setelah menjual rumahnya, Nurita dan keluarganya pindah ke tempat tinggal sekarang dan membuka warung.

Dirasa penghasilan dari warung itu tak mencukupi, Nurita dan suami mulai mengumpulkan barang bekas dari rumah ke rumah.

"Puji Tuhan tak terasa sudah tiga tahun lah pas kami memulung dan bisa menjadi pengepul sampai sekarang," kata Nurita.

Nurita terus berjuang sehari-harinya mengumpulkan barang rongsokan, demi menyekolahkan anak-anaknya.

Alhasil ke empat anaknya pun mengenyam pendidikan yang layak.

Seperti Novita, puteri sulungnya sekarang telah menjadi mahasiswa di Universitas Putera Batam jurusan Ilmu Komunikasi.

Puteri keduanya Angela pun tengah bersekolah di SMK 1 Batam.

Begitu juga dengan Bernadius dan Elisabeth yang sedang bersekolah di SMP dan SD.

Perjuangan Nurita belum selesai, namun kini setidaknya ia bahagia telah dapat mengantarkan anak-anaknya ke sekolah.

Nurita merupakan sosok ibu pejuang di keluarganya. Dia tak malu melakukan apapun demi keluarganya.

"Tuhan sudah ambil semua hartaku tapi aku hanya minta satu. Beri aku jalan untuk bisa menyekolahkan anak-anakku," tutup Nurita sambil menyeka air matanya. (tribunbatam.id/ardana nasution)

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved