BATAM TERKINI
Mak Dupek Korban Tanah Amblas di Batam, Jalan Kaki ke Tenda Perbekalan Pakai Tongkat Khusus
Kondisi Mak Dupek sakit-sakitan. Meski begitu, ia harus berjalan dari rumahnya menuju tenda perbekalan demi mengambil makanan
TRIBUNBATAM.id, BATAM - Nasib warga belakang eks Pasar Induk Jodoh Batam masih memprihatinkan selang beberapa hari musibah tanah amblas.
Hal ini seperti yang terjadi dengan seorang warga, dia biasa dipanggil Mak Dupek.
Kondisi Mak Dupek sakit-sakitan.
Ia mengeluhkan kakinya sakit.
Meski begitu, ia harus berjalan dari rumahnya menuju tenda perbekalan menggunakan tongkat, demi mengambil makanan.
Tongkat yang disebut Mak Dupek ini hanya berupa patahan kursi yang digunakan untuk menopang badannya ketika berjalan.

“Payah kali ini kalau mau ambil nasi saja harus jalan kedepan padahal kaki sakit. Untung ada tongkat,” ujar Mak Dupek.
Jalan menuju rumah Mak Dupek pun ternyata harus melewati genangan lumpur yang mempersulit Mak Dupek untuk melintas.
Bersama suaminya, Mak Dupek hanya tinggal berdua di tenda sederhana pada malam hari.
Rumah yang mereka tinggali selama 20 telah rubuh karena musibah yang terjadi Minggu (29/12/2019) dini hari.
“Rasanya mau nangis pun sudah tak bisa menggambarkan perasaan hancur kami ini,” katanya.
Sementara itu, pantauan tribunbatam.id di lokasi, Jumat (3/1/2020), tampak tenda pengungsian berdiri kokoh lengkap dengan stok bahan makanan yang menumpuk ketika memasuki kawasan permukiman warga di belakang eks Pasar Induk Jodoh.
Bahan makanan ini merupakan sumbangan dari berbagai pihak yang prihatin terhadap nasib korban tanah amblas.
Sayangnya, hal itu belum dirasakan seorang korban tanah amblas, Nisa.
Menurut Nisa bantuan yang datang ke lokasi tak semuanya sampai ke tangan mereka.
“Itu nggak semuanya disampaikan ke kami, hanya ditumpuk aja disana,” tutur Nisa.
Bahan makanan yang banyak itu ternyata tak lantas disalurkan kepada korban, warga hanya dapat sebagian kecil dari bantuan itu.
“Tak tahu juga buat apa, ya paling sekali-kali kami dipanggil untuk mengambil makanan,” sambung Nisa.
Selain itu Nisa dan keluarga bersama warga lain harus rela untuk tidur di tenda-tenda sementara yang terlihat memprihatinkan.