HEADLINE TRIBUN BATAM
Mahasiswa Iran Usir Khamenei, Setelah Pengakuan Menembak Pesawat Ukraine
Para pengunjuk rasa meneriakkan yel-yel agar Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei turun dari jabatannya sebagai bentuk tanggung jawab.
Mahasiswa Iran Usir Khamenei, Setelah Pengakuan Menembak Pesawat Ukraine
TRIBUNBATAM.id, TEHERAN - Iran kembali diguncang demonstrasi besar, Sabtu (11/1/2020).
Itu terjadi setelah pemerintah Iran mengakui menembak jatuh pesawat komersii Ukraine International Airlines yang membawa 176 orang.
Menurut Iran, penembakan itu tak sengaja.
Unjuk rasa itu menjadi sorotan internasional karena polisi menangkap Duta Besar (Dubes) Inggris untuk Iran, Rob Macaire, Sabtu malam waktu setempat, dengan tuduhan memberi dukungan kepada gerakan radikal.
Rob Macaire kemudian dibebaskan setelah ditahan selama sekira satu jam kemudian.
Tak pelak Menteri Luar Negeri Inggris, Dominic Raab, mengecam Iran dan menyebut negara itu melakukan pelanggaran mencolok terhadap hukum internasional.
"Penangkapan Duta Besar kami di Teheran tanpa alasan merupakan pelanggaran mencolok hukum internasional. Pemerintah Iran sedang berada di persimpangan," kata Raab.
• Dituding Terlibat Demo di Teheran, Dubes Inggris Ini Sempat Ditangkap Iran
Sebelum ditangkap, Duta Besar Rob Macaire tampak berada di tengah para pengunjukrasa.
Akibatnya, diplomat karier yang punya pengalaman selama 30 tahun itu dituduh mengorganisir, memprovokasi, dan mengarahkan tindakan radikal.
Ribuan pengunjukrasa berkumpul di luar gerbang Universitas Amir Kabir, dekat bekas Kedutaan Besar AS di Teheran.
Mereka mengecam salah tembak terhadap pesawat penumpang Ukraina yang terjadi Rabu (8/1) lalu.
Pesawat nomor penerbangan 752 itu jatuh berkeping-keping setelah lepas landas dari Bandara Imam Khomeini, Teheran, beberapa jam setelah Iran menembakkan belasan rudal ke dua pangkalan militer AS di Irak.
Iran menyerang markas militer AS sebagai balasan atas pembunuhan terhadap Mayor Jenderal Qassem Soleimani, Komandan Pasukan Quds, di kompleks Bandara Internasional Baghdad, Jumat (3/1) dini.
Para pengunjuk rasa meneriakkan yel-yel agar Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei turun dari jabatannya sebagai bentuk tanggung jawab terhadap kasus salah tembak pesawat Ukraina.
"Matilah diktator," teriak pengunjuk rasa.
Seorang demonstran bahkan berani meneriakkan, "Khamenei memalukan. Tinggalkan negara iniI" Kantor Berita FARS melaporkan, polisi Iran membubarkan unjuk rasa yang dipelopori para mahasiswa dan memblokir jalan utama.
Terkait kasus salah tembak, Iran berdalih pada saat itu terjadi peningkatan penerbangan pesawat militer AS di sekitar perbatasan.
Pesawat Ukraine International Airlines yang baru saja take off dari Bandara Imam Khomeini dikira pesawat militer AS atau rudal musuh.
"Pesawat itu mendekati pusat militer IRGC (Garda Revolusi Iran) yang sensitif dan kondisi penerbangan menyerupai musuh.
Dalam kondisi tersebut pesawat tidak sengaja tertembak, mengakibatkan kematian banyak warga Iran dan warga asing," ujar sebuah pernyataan yang dikeluarkan pemerintah Iran.
Para korban tewas yaitu 82 warga Iran, 63 warga Kanada, 11 warga Ukraina, 10 warga Swedia, empat warga Afghanistan, tiga warga Jerman, dan tiga warga negara Inggris.
Saran ditolak
Komandan Angkatan Udara, Garda Revolusi Islam, Brigadir Jenderal Amir-Ali Hajizadeh, mengaku sempat menyarankan agar semua penerbangan komersiil di Iran dihentikan hingga ketegangan dengan AS mereda.
Tetapi Angkatan Bersenjata Iran, pemerintah, serta otoritas penerbangan, memilih untuk tidak melakukannya.
Hajizadeh mengatakan operator pertahanan udara tidak sempat menghubungi pusat komando pertahanan udara untuk mengonfirmasi keberadaan pesawat Ukraina.
Hajizadeh menambahkan operator pertahanan udara hanya punya 10 detik untuk memilih antara menembak jatuh atau tidak.
Hajizadeh mengakui bertanggungjawab atas peristiwa itu. "Seandainya aku bisa mati," ujarnya untuk menyatakan penyesalan dan tanggungjawabnya.
Provokasi Trump
Aksi unjuk rasa penentang pemerintah Iran rupanya dimanfaatkan betul oleh Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump.
Trump memprovokasi para demonstran melalui pesan di akun Twitter pribadinya.
"Kepada orang-orang Iran yang pemberani dan telah lama menderita: aku berdiri bersamamu sejak awal menjadi presiden, dan pemerintahan saya akan terus mendukungmu. Kami mengikuti protesmu secara cermat, dan terinspirasi oleh keberanianmu," ujar Trump dalam bahasa Inggris dan Bahasa Persia, Sabtu.
Dalam tweet terpisah, Trump menulis pemerintah Iran harus mengizinkan kelompok-kelompok hak asasi manusia untuk memantau dan melaporkan fakta dari lapangan tentang protes rakyat Iran yang sedang berlangsung.
"Tidak akan ada lagi pembantaian terhadap demonstran yang melakukan aksi damai, juga tidak ada pemblokiran internet. Dunia sedang menonton," tulis Trump.
Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo pada Sabtu mengunggah status di Twitter, "Suara rakyat Iran jelas. Mereka muak dengan kebohongan rezim, korupsi, ketidakmampuan, dan kebrutalan IRGC (Garda Pengawal Revolusi Iran) di bawah kleptokrasi @ khamenei_ir." "Kami mendukung orang-orang Iran yang pantas mendapatkan masa depan lebih baik," lanjut Pompeo. (cnn/dailymail/feb)