Kena Bullying Guru, Siswi di Anambas Trauma hingga Tak Mau Sekolah, KPPAD Kepri Turun Tangan

Seorang siswi di Anambas trauma dan tidak mau sekolah gara-gara menjadi korban bullying guru.

FREEPIK.COM
Ilustrasi 

TRIBUNBATAM.id - Seorang siswi di Anambas trauma dan tidak mau sekolah gara-gara menjadi korban bullying guru.

Tindakan bullying guru terhadap siswi terjadi sepulang sekolah.

Informasi yang dihimpun TRIBUNBATAM.id, kejadian bermula saat jam pulang sekolah, para siswa dan siswi di Kepulauan Anambas biasanya menggunakan transportasi laut untuk menyebrangi suatu tempat ke tempat lainnya.

Saat di atas kapal kayu yang berukuran cukup besar, guru tersebut tiba-tiba meneriaki siswinya dengan kata kasar dengan sebutan wanita tidak benar.

Atas kejadian ini membuat siswi tersebut merasa terpukul.

Di tempat kejadian para penumpang kapal laut yang berisikan pelajar semua juga ramai yang mendengar teriakan guru tersebut.

Hal itu langsung membuat korban merasa terpukul dan menangis.

Sesampainya di pelabuhan korban langsung pulang dengan berboncengan bersama temannya.

Sesampai di rumah korban langsung mengadu kepada orangtuanya atas kejadian yang ia alami.

Orangtua korban seketika tidak terima dengan tindakan guru tersebut.

Ia tidak habis pikir kenapa guru itu bisa memanggil anaknya dengan kata kasar yang tidak seharusnya ia ucapkan.

"Di atas Roro anak saya duduk berboncengan di atas sepeda motor dengan temannya. Motor itu punya anak saya, yang bawa teman laki-laki satu sekolah dan dekat tempat tinggal. Saat bercerita tersebut, gurunya yang juga ada di kapal roro tersebut langsung meneriaki anak saya," kata Ibu korban.

Akibatnya, korban tidak mau masuk sekolah akibat bully yang ia terima dari gurunya.

Sebab ia merasa malu dan tertekan secara psikis. 

Hal ini terjadi setelah siswi tersebut sebelumnya pernah diteriaki perempuan nakal olah oleh gurunya sendiri yang mengajar bidang studi agama di lokasi umum.

Dari sanalah dirinya kemudian mendapatkan ejekan dari teman-temannya hingga dirinya malu dan memutuskan untuk tidak lagi kesekolah.

Dilansir Kompas.com, Ketua Komisi Pengawasan dan Perlindungan Anak Daerah (KPPAD) Kepri, Erry Syahrial yang dihubungi melalui telepon membenarkan akan hal tersebut.

Erry mengaku hal ini menjadi perhatian serius pihaknya. 

“Tidak seharusnya seorang pengajar berlaku seperti itu, apalagi terhadap anak muridnya sendiri,” kata Erry, Minggu (19/1/2020).

Erry mengaku secepatnya akan berkoordinasi dan melaporkan hal ini ke Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Kepri, Muhammad Dali.

”Saya belum sempat bertemu dengan kepala Dinas Pendidikan, Insya Allah Senin (20/1/2020) saya beserta komisioner lainnya akan menyurati Disdik untuk memperjuangkan hak anak tersebut,” ujar Erry.

Ditanyai apa permasalahan sebenarnya hingga guru itu meneriaki muridnya perempuan nakal di lokasi umum, Erry megaku belum tahu pasti.

Namun, apapun kesalahan murid, tidak semestinya seorang guru mengeluarkan kata-kata tidak terpuji kepada siswanya, apalagi dengan meneriakinya di lokasi umum.

“Itu bukan cerminan seorang guru, seharusnya guru itu merupakan contoh, bukan malah berlaku kurang ajar kepada peserta didiknya. Gurukan tugasnya mendidik, kalau ada salah di muridnya, sudah seharusnya dididik,” terang Erry.

Erry menyebut, Ar sudah berada di Batam di kediaman kakeknya.

Ar di Batam untuk melanjutkan pendidikannya karena Ar sudah terlanjur malu pasca-diteriakin perempuan nakal oleh guru tersebut.

“Ar sangat trauma pasca-kejadian tersebut,” ungkap Erry.

Erry mengatakan, sebelum ke Batam, Ar sempat ke Tanjungpinang untuk melanjutkan sekolahnya.

Namun, karena nilainya banyak yang tidak mencukupi, rencananya Ar ingin mengambil Paket C di Batam.

“Tapi, paket C itu pilihan terakhir Ar, menurut saya ini harus ada solusinya, saya sudah berkomunikasi dengan guru yang bersangkutan, bahkan kepala sekolahnya juga saya tegur,” terang Erry.

Erry mengatakan, apa yang dialami Ar sangat bertentangan dengan Perda Perlindungan Anak.

Erry berharap tidak ada anak yang putus sekolah, apalagi karena masalah yang dianggapnya bisa diselesaikan oleh pihak sekolah.

“Setidaknya kasus ini dapat menjadi contoh untuk guru-guru lainnya agar tidak memperlakukan anak-anak didiknya di depan umum,” pungkas Erry.(*)

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved