Stok Air Baku di Batam Menipis, Hanya ATB yang Punya Alat Canggih Pengontrol Air
BP Batam mengambil alih pengelolaan air bersih dari PT Adhya Tirta Batam (ATB). Persoalannya hanya ATB yang memiliki alat canggih untuk pengontrol air
Dari jumlah tersebut, ada aset yang memang harus dikembalikan ke ATB senilai Rp 350 miliar.
Maria mengatakan, aset lama memang harus kembalikan ke BP Batam.
Namun jika aset dan fasilitas baru, lanjut Maria, inilah yang memang perlu didiskusikan.
Mendiskusikan nilai investasi pengembalian BP Batam kepada ATB.
"Sampai saat ini kami sudah berinvestasi Rp 1,017 triliun. Sementara dikonsesi sudah mengatur Rp 350 miliar nilai yang sesuai dengan bisnis model. Tentu ada selisihnya," katanya.
Maria menyebut ada sekitar Rp 500 miliar yang perlu didiskusikan.
"Apakah BP Batam punya perspektif lain, apakah ATB punya prespektif lain. Sampai sekarang belum punya ruang dan waktu untuk diskusi," paparnya, Jumat (24/1/2020).
Selain itu, di dalam konsesi juga disebutkan di tahun ke 25 ATB harus bisa memberikan pemenuhan jumlah pelanggan 107 ribu pelanggan.
Saat ini ATB berhasil memenuhi jumlah pelanggan sebanyak 290.488 pelanggan.
"Kita jauh melampaui indikator yang sudah diatur dalam konsesi," katanya.
ATB Minta Hitung-Hitungan
Pernyataan Kepala Badan Pengusahaan (BP) Batam, Muhammad Rudi perihal tak diperpanjangnya kontrak pengelolaan air bersih milik PT. Adhya Tirta Batam (ATB), Kamis (23/1/2020) lalu cukup mengejutkan.
Pasalnya, selama 25 tahun ATB telah dipercaya untuk menangani pengelolaan air di Kota Batam sejak tahun 1995.
Menyikapi ini, Head of Corporate Secretary ATB, Maria Y. Jacobus mengatakan dirinya tak ingin ambil pusing. Maria ingin BP Batam bersikap transparan sebelum peralihan dilakukan.
"Jangan sampai Batam ini dipertaruhkan. Talk with us, mari kita diskusi bersama perihal konsesi ini," tegasnya saat ditemui di Kantor ATB Sukajadi, Jumat (24/1/2020).