TANJUNGPINANG TERKINI

Dipimpin Wakapolres, Polres Tanjungpinang Latih Anggota Penanggulangan dan Antisipasi Bencana Alam

Polres Tanjungpinang membuat pelatihan penanggulangan bencana alam di ruang rapat utama (rupatama) Polres Tanjungpinang, Senin (10/2/2020).

Penulis: Endra Kaputra | Editor: Septyan Mulia Rohman
TribunBatam.id/Endrakaputra
Pelatihan penanggulangan dan antisipasi bencana alam oleh Polres Tanjungpinang di Rupatama Polres Tanjungpinang, Senin (10/2/2020). 

TANJUNGPINANG,TRIBUNBATAM.id - Polres Tanjungpinang membuat pelatihan di ruang rapat utama (rupatama) Polres Tanjungpinang, Senin (10/2/2020).

Pelatihan itu difokuskan kepada penanggulangan dan antisipasi bencana alam. Pelatihan tersebut bertemakan 'Class Practice Aman Nusa II'.

Wakapolres Tanjungpinang Kompol Agung Gima Sunarya yang memimpin pelatihan tersebut mengatakan, pelatihan ini sangat bermanfaat bagi setiap personel.

"Sehingga apabila terjadi bencana, dengan pengetahuan ini dapat diaplikasikan oleh masing-masing satuan fungsi yang mengerti akan tugasnya," ujarnya.

Kasat Sabhara AKP Darmin yang hadir dalam pelatihan itu memaparkan pelaksanaan kordinasi dalam penanggulangan bencana dengan instansi terkait.

Pihaknya juga menyusun sejumlah langkah siaga darurat, tanggap darurat bencana dan pasca bencana serta melakukan pengamanan terhadap daerah bencana, pengungsian dan antisipasi gangguan.

Adapun pelatihan disertai teori simulasi jika terjadi bencana di antaranya:

1. Menghubungi anggota untuk berkumpul di Mako.
2. Anggota yang sedang melaksanakan patroli agar menuju ke tempat terjadinya bencana.
3. Menyiapkan peralatan SAR terbatas
4. Menyiapkan kendaraan baik untuk penanggulangan bencana maupun kendaraan evakuasi.
5. Menurunkan armada Ambulans
6. Berkordinasi dengan instansi terkait.
7. Menyiapkan penambahan kekuatan antisipasi dampak luas bencana.

Pesan Kapolres Tanjungpinang

Cuaca ekstrem di Provinsi Kepri menjadi perhatian Kapolres Tanjungpinang, M Iqbal.

Kapolres Tanjungpinang, M Iqbal memberikan 7 tips aman saat musim hujan disertai angin kencang yang biasa terjadi pada bulan-bulan tertentu di Tanjungpinang.

Dalam pesan keamanan dan ketertiban masyarakat (kamtibmas), Kapolres Tanjungpinang, M Iqbal mengimbau kepada warga untuk menghindari atau mengurangi aktivitas di luar, berkendara di jalan raya, melakukan perjalanan laut apabila cuaca hujan dan angin kencang.

M Iqbal juga mengimbau kepada pengendra untuk berlindung di tempat yang aman ketika hujan dalam perjalanan.

Kapolres Tanjungpinang ini juga meminta pengendara bermotor untuk menghindari berlindung di bawah pohon saat hujan.

Selain rawan potensi tumbang, potensi petir dikhawatirkan menyambar pohon ketika pengendara bermotor berlindung saat hujan.

M Iqbal juga mengimbau masyarakat Provinsi Kepri, khususnya Tanjungpinang untuk menghindari jalan banjir.

M Iqbal yang pernah menjabat sebagai Kanit II Subdit III Dittipidnarkoba Bareskrim Polri ini, juga meminta masyarakat untuk terus memperbaharui informasi cuaca.

Ia juga mengajak masyarakat untuk aktif gotong royong dalam menjaga kebersihan lingkungan.

"Mulai dari membersihkan parit, selokan dan saluran air dari sampah agar aliran air lancar untuk mencegah genangan air," ujarnya dalam pesan kamtibmas itu.

Kapolres Tanjungpinang, M Iqbal juga mengimbau agar dinding tebing diperkuat dengan menanam pepohonan yang menyerap air, serta membuat tembok dengan saluran air untuk menghindari longsor.

"Memasuki musim penghujan, kami juga sampaikan kepada pengendara harus berhati-hati saat berkendara. Selain kondisi jalan yang berpotensi licin, jarak pandang juga berpotensi berubah," ucapnya.

Tsunami di Kepri

Tanpa kita sadari, tsunami ternyata pernah terjadi Kepri. Diperkirakan terjadi pada Maret 2011 lalu. Tsunami tersebut merupakan pengaruh dari gempa bumi Jepang berkekuatan dasyat 9 skala richter yang mengguncang kawasan Tohuku, wilayah di negera sakura waktu itu.

"Itu pernah. BMKG juga menginformasikan daerah di mana saja,"kata Kepala BMKG Stasiun Meterologi Tanjungpinang melalui Prakirawan Ardhito, Kamis (12/10/2018).

Waktu itu terjadi, masyarakat kala itu banyak yang tidak menyadari kalau di laut sebetulnya sedang tsunami. Kemungkinan karena tenaga tsunami yang terjadi kala itu kecil sehingga tidak begitu terasa.

Harus dipahami memang tsunami tidak melulu bersifat dasyat sampai masuk ke tengah permukiman dan merusak sejumlah bangunan. Dalam konteks Kepri waktu kejadian gempa bumi di Jepang 2011, kejadian tsunami tersebut terbilang dangkal sehingga nyaris tidak terasa sama sekali. Kondisi air laut juga seperti biasanya, bergelombang.

"Tsunami memang tidak selamanya besar dan tidak selamanya juga harus diawali dengan kondisi laut surut,"kata Ardhito.

Abdul Haris Hadiri Rakor Nasional BNPB, Presiden Jokowi Minta Daerah Susun Penanggulangan Bencana

Jadi Khatib Salat Jumat, Kapolres Tanjungpinang Minta Anggota Ikhlas dalam Bertugas

Kejadian tsunami waktu itu datang dari arah Timur Laut, merembes ke laut Cina Selatan dan tiba di perairan Kepri dalam skala rendah. Tanjungpinang sendiri terbilang tidak terpengaruh signifikan karena karena terlindungi oleh Pulau Bintan. Wilayah Kepri ada di wilayah gugusan pulau secara geogfaris terlihat saling melindungi dari pengaruh tsunami.

Terkait gempa dan tsunami yang belakangan ini dilaporkan terjadi di daerah lain, BMKG Tanjungpinang menyatakan, Kepri terbilang wilayah yang masih aman dari potensi gempa bumi dan tsunami.

Dalam peta seismotektonik Indonesia (seismotectonikc map of indonesia), tergambar wilayah Kepri berada di warna hijau. Warna coklat dan orange disimbolkan sebagai wilayah menujukan menunjukan potensi gempa karena dilalui jalur sesar atau patahan gempa.

"Kalau dilihat dari peta seismositas, potensi gempa di Kepri cukup kecil sekali dan tentu juga potensi tsunami kecil juga. Tapi meski demikian, untuk bencana tidak ada salahnya kita selalu waspada terhadap ancaman bencana apa saja,"kata Ardhito.

Meski potensi gempa kecil, tapi sedikit catatan juga perlu diperhatikan dalam rangka antisipasi bencana lain semacam lahan longsor. Ini berkaitan dengan masifnya pembangunan properti seperti di Bintan dan Tanjungpinang saat ini. Bukan apa apa, secara musim, wilayah Kepri tidak memiliki musim kemarau dan lebih banyak musim hujan. Kondisi itu sedikit tidaknya berpengaruh dengan kondisi lahan yang ada.

"Secara musim, kita ini gak ada musim kemarau, lebih banyak hujannya. Ya mungkin tidak ada salahnya juga pembangunan yang ada sedikit perlu memperhatikan kondisi tata lingkungan guna mengantisipasi kondisi semacam lahan longsor," kata Ardhito.(TribunBatam.id/Endrakaputra)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved