HUMAN INTEREST

Cerita Haji Munajat, Antar Anak Jadi Dokter dan Naik Haji dari Usaha Toko Sayuran

Berangkat ke Batam sejak 25 tahun silam, Haji Munajat mencoba bertahan dengan pasang surut kehidupan yang tidak mudah.

Editor: Dewi Haryati
TRIBUNBATAM.ID/WIDI WAHYUNINGTYAS
Haji Munajat, pemilik Toko Eyang Haji 

BATAM, TRIBUNBATAM.id - Mengadu nasib di tanah rantau acap kali penuh perjuangan dan tak selalu mulus.

Ada yang pulang dengan kegagalan, namun tak sedikit juga yang menuai keberhasilan.

Haji Munajat adalah salah satu perantau yang bisa dibilang sukses.

Ia kini telah memiliki Toko Eyang Haji, sebuah toko sayur dan sembako yang cukup besar di Pasar Botania 2, Batam Kota, Batam, Kepri.

Berangkat ke Batam sejak 25 tahun silam, ia mencoba bertahan dengan pasang surut kehidupan yang tidak mudah.

"Tahun 1994 saya datang bersama istri dan seorang anak saya. Waktu itu, pertama kali saya kerja di McDermott," kenangnya.

Dengan dorongan jiwa wirausaha yang kuat, setelah keluar dari McDermott, ia memutuskan untuk mulai berwirausaha.

CATAT, Calon Perseorangan Harus Kumpulkan Sedikitnya 3.153 Pemilih Ikut Pilkada Anambas

Harga Gas 3 Kilo di Legenda Malaka Batam dan Sejumlah Tempat Meroket, Ini Kata Kadisperindag

"Saya pernah usaha transportasi, taksi waktu itu. Tapi karena mengalami kegagalan, kami banting setir lagi ke usaha PJTKI (Perusahaan Jasa Tenaga Kerja Indonesia)," beber Munajat.

5 tahun menjalani usaha PJTKI, Munajat mengaku terpaksa harus menutup usahanya pada 2002.

Peraturan penghentian pengiriman tenaga kerja ke Malaysia-lah yang menjadi penyebabnya.

Hal ini membuat 500 orang calon TKI gagal berangkat.

Meski gagal, ayah dua anak ini tak menyerah untuk kembali memulai usaha baru.

Ia kemudian mencoba mengadu peruntungan dengan membuka usaha sembako kecil-kecilan di perumahan KDA tempatnya tinggal.

Selain mengandalkan toko sembako, ia juga pernah membuka usaha toko bangunan.

Namun karena ruko yang disewanya harus dijual oleh pemiliknya, ia mengaku tak bisa berbuat apa-apa.

Bukan karena tak bisa mengusahakan untuk mencari uang, namun waktu itu bertepatan dengan putranya yang harus masuk kuliah kedokteran.

Dihadapkan dengan dua pilihan sulit, Munajat akhirnya merelakan toko tersebut demi bisa mengantarkan anaknya kuliah.

"Karena mau dijual dan anak kami juga pas mau masuk kuliah, jadi kami harus pilih salah satu. Mau pilih toko atau pilih anak jadi dokter," ceritanya.

Akhirnya, ia hanya fokus untuk mengelola toko sayur dan sembako di KDA.

Berkat kesungguhannya, usaha ini bisa mengantarkannya naik haji pada tahun 2011 dengan haji plus.

Sedangkan Toko Eyang Haji miliknya ini, dibeli Munajat dari seorang pengusaha Tionghoa yang usahanya bangkrut.

Dengan tekad dan keberanian mengeluarkan modal hingga Rp 200 juta, ia pun membeli kios tersebut sekaligus membeli barang dagangan untuk mengisi tokonya.

“Kebetulan yang di KDA kemarin sepi karena diapit 2 pasar, Mustafa sama Botania 2 ini. Jadi kami fokus untuk besarkan di sini," jelas pria asal Cilacap, Jawa Tengah ini.

Selama 2 tahun mengelola toko ini bersama sang istri, Munajat sudah punya 4 karyawan yang membantu pekerjaannya.

Kendati demikian, ia mengaku usahanya tak selalu berjalan mulus.

Apalagi bila ada kendala pasokan sayur dari luar daerah. Ia harus pintar-pintar memutar otak agar sayur-mayur tersebut bisa dijual dengan harga yang wajar.

Kendala lainnya adalah bila ada sayur yang kualitasnya tidak terlalu bagus, ia mau tak mau harus menjualnya dengan harga yang sangat rendah agar modal tetap berjalan.

Adanya kendala-kendala tersebut, diakui Munajat, tak menyurutkan semangatnya untuk tetap berwirausaha.

“Ya selama kami masih mampu dan produktif, nggak boleh nyerah dan lelah ya. Apalagi masih ada anak kami yang sekolah," tuturnya.

Ketika ditanya perihal omzet yang didapat, pria yang akrab disapa pak Haji ini menjawabnya sambil tertawa.

“10 (juta) ke atas. Ya dapat lah belasan," jawabnya.

Ia berpesan, yang terpenting dari mengelola suatu usaha adalah fokus dan ketekunan yang dibarengi dengan rasa pantang menyerah.

“Yang namanya orang wirausaha itu harus fokus dan tekun, nggak boleh setengah-setengah," tutupnya. (tribunbatam.id/widiwahyuningtyas)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved