BERITA NATUNA
Romantika Observasi Natuna, Benih-benih Cinta di Balik Hanggar Lanud Raden Sajad
Berjuta kisah beribu cerita, momen observasi tak hanya melelulu tentang kesedihan dan kejenuhan. Namun banyak juga romantika selama berada di Natuna.
Romantika Observasi Natuna, Benih-benih Cinta di Balik Hanggar Lanud Raden Sajad
BATAM, TRIBUNBATAM.id - Berjuta kisah beribu cerita, momen observasi tak hanya melelulu tentang kesedihan dan kejenuhan. Namun banyak juga romantika selama berada di Natuna.
Empat belas hari bukanlah waktu yang singkat melalui aktivitas bersama-sama, bak ibu dan ayah serta anak-anak melewati hari hari dalam ruang terbatas.
“Iyah,, tentu berkesan. Dan tidak hanya berkesan, namun menggoreskan pengalaman berharga dalam hidup,” ujar seorang peserta observasi karantina, Yayu Indah Maharani.
Sembari menenteng tas ranselnya, Yayu bercerita bahwa pengalaman yang dilaluinya tidak akan terlupakan begitu saja.
Sebab, seumur hidup, baru kali ini dirinya mengalami kejadian, diobservasi dalam sebuah ruang dengan gerak terbatas selama dua minggu.
Namun semua itu memberikan pengalaman berharga bagi gadis cantik asal Kendari itu. Kepada Tribun, Sabtu (15/2/2020), Yayu mengatakan, secarik kertas tak cukup menggoreskan cerita hari-hari yang dilalui ratusan WNI saat menjalani masa observasi di Lanud Raden Sajad, Ranai, Natuna.
Mulai dari awal perjalanan saat pemerintah indonesia menjemput 238 WNI dari Wuhan Provinsi Hubei, China, membuat mereka sudah mulai saling mengenal satu sama lain.
Hubungan itu kemudian menjadi semakim akrab sebagai orang-orang sepenasiban ketika diisolasi di sebuah pulau.
Ruang gerak terbatas di dalam sebuah hanggar serta berbagai cerita di luaran yang sulit mereka terima terkait virus itu.
“Jadi, kita ini seperti virus yang bisa menyebar, padahal tidak. Saya tahulah gejala virus bagaimana, nggak sia sia dong saya jadi mahasiswa kedokteran,” kata Yayu sambil tersenyum.
Namun walau bagaimanapun, Yayu dan seluruh kawan-kawannya bersyukur telah melewati pengalaman berharga ini.
Yayu pun bercerita perasaan awal saat menjalani serangkaian evakuasi dari Wuhan membuat hati dan perasaannya bercampur-aduk.
"Ya, mungkin karena pertama kali dijemput pemerintah, terus satu pesawat dengan warga Indonesia. Kesannya itu beda jika kita pulang sendiri," ujarnya.
Itu baru awalnya. Setelah sembilan jam terbang, mereka sampai di Bandara Hang Nadim Batam dengan pengawalan ketat.