VIRUS CORONA
Natuna & 2 Daerah Ini Kembali Jadi Opsi Tempat Observasi Jilid 2 Ratusan WNI terkait Corona
Yuri bilang sudah ada 3 opsi lokasi, yakni Biak, Papua dan Natuna untuk tempat observasi. Kendati demikian masih menunggu perintah presiden
NATUNA, TRIBUNBATAM.id - Baru beberapa hari lalu, 238 Warga Negara Indonesia (WNI) dari Wuhan, China, selesai menjalani masa observasinya di Natuna. Observasi jilid 2 dikabarkan akan kembali berlangsung di Natuna.
Sejumlah persiapan telah dilakukan oleh pemerintah pusat. Menyusul ratusan WNI dari kapal MV Diamond Princess dan kapal MV Dream World akan segera menjalani serangkaian proses evakuasi.
Ada sebanyak 78 WNI di kapal Diamond Princess yang dikarantina Jepang serta 209 WNI kru kapal Dream World yang diisolasi Hong Kong akan segera dibawa ke Indonesia.
Dari informasi yang dihimpun Tribunbatam.id, kapal MV Dream World yang mengangkut ratusan WNI itu saat ini sudah berada di perairan laut lepas Bintan Provinsi Kepri. Sedangkan kapal MV Diamond Princess saat ini sedang berlabuh di Jepang.
Sekretaris Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kementerian Kesehatan, Achmad Yurianto saat dihubungi Tribunbatam.id mengatakan, untuk mekanisme penjemputan pihaknya masih menunggu instruksi presiden.
"Belum ada perintah penjemputan dari presiden. Semua kegiatan ditujukan untuk penyiapan jika sewaktu waktu turun perintah penjemputan, termasuk Natuna," ujarnya, Sabtu (22/2/2020) siang.
• Masa Observasi WNI dari Wuhan Selesai, Hanggar Lanud Raden Sajad Natuna Disterilisasi
Ia melanjutkan, untuk kedua kapal MV Diamond Princess dan kapal MV Dream World, fokus pemerintah untuk menjemput WNI yang ada di dalamnya.
Hanya saja untuk lokasi tempat mereka diobservasi masih menunggu instruksi presiden.
"Sudah ada 3 opsi lokasi, sama seperti yang kemarin, Biak, Papua dan Natuna. Kendati demikian masih menunggu perintah presiden," sambungnya.
Namun dari 3 lokasi tersebut, Natuna menjadi opsi pilihan. Lantaran sejumlah persiapan fasilitas yang dimiliki telah memadai untuk melangsungkan observasi jilid 2 pasca 238 WNI dinyatakan negatif setelah menjalani serangkaian observasi di Lanud Raden Sajad, Natuna.
Yuri mengatakan, untuk rencana evakuasi WNI dari dua kapal tersebut sudah cukup matang.
"Sudah hampir dua minggu kita rapatkan ini, sampai puyeng kepala, hehe," ujarnya.
Ia mengemukakan proses evakuasi WNI yang berada di kapal tersebut akan berbeda dengan perlakuan WNI yang dievakuasi dari Wuhan, China.
"Kalau yang sakit tidak boleh dievakuasi kan harus dirawat di sana. Ini yang dievakuasi yang sehat semua, kalau sakit tinggal di sana lah," ujarnya.
Bahkan untuk unsur pengamanan, puluhan personel Polda Kepri sudah diterjunkan ke Natuna.
Hal itu dibenarkan oleh Dansat Brimob Polda Kepri, Kombes Pol M Salipuh, bahwa saat ini ia bersama sejumlah anggota sudah siaga di Natuna.
Sementara Bupati Natuna Hamid Rizal saat dihubungi mengatakan, terkait Natuna menjadi lokasi observasi jilid 2, pihaknya belum mendapat laporan secara resmi.
Kendati demikian, Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Natuna, Andes Putra mengatakan jika observasi kembali dipusatkan di Natuna, ia meminta agar pemerintah pusat dapat menjalin koordinasi terlebih dahulu, sehingga ada sosialisasi kepada warga.
"Jangan sampai terulang seperti kejadian kemarin. Rasa takut warga menggebu-gebu," ucapnya.
Tentunya, pusat agar mempertimbangkan dan mensuplai layanan fasilitas kesehatan yang ada serta menjamin ratusan WNI yang dievakuasi memang benar dalam kondisi sehat.
"Dan kita juga meminta agar Menteri Kesehatan nanti berkantor di Natuna selama proses observasi berlangsung," ujarnya.
Namun Andes mengaku sudah mendapat informasi via selulernya bahwa lokasi observasi akan dilakukan di Natuna, namun belum final.
Sebelumnya kapal pesiar Diamond Princess yang membawa 3.711 orang telah dikarantina selama 14 Februari di Pelabuhan Yokohama sejak 5 Februari 2020. Hal itu dilakukan karena ada 130 orang yang telah positif terjangkit virus corona.
Sementara itu, kapal pesiar Dream World yang membawa 3.600 orang telah dikarantina di Pelabuhan Victoria, Hong Kong sejak 6 Februari 2020. Kapal tersebut dikarantina setelah diketahui adanya 3 penumpang yang terinfeksi virus corona.
Harapan Bupati Natuna ke Pemerintah Pusat
Setelah serangkaian masa observasi ratusan WNI dari Wuhan, China, berakhir di Natuna, Bupati Natuna, Hamid Rizal angkat bicara terkait perhatian pemerintah pusat terhadap daerahnya.
Bupati Natuna, Hamid Rizal meminta pemerintah pusat agar memberikan perhatian serius kepada daerah yang dipimpinnya.
"Selama ini Natuna masih jauh dari ketertinggalan akses fasilitas penunjang. Lihat rumah sakit kita, lihat akses transportasi menuju Natuna, semuanya terbatas," ujar Hamid, Selasa (18/2/2020).
"Kami tidak meminta banyak, kami hanya meminta pusat memperhatikan nasib Natuna," sambungnya.
Bahkan Hamid menyebutkan salah satu kebutuhan masyarakat seperti rumah sakit di Natuna, hanya memiliki fasilitas seadanya.
"Natuna memang memiliki rumah sakit namun hanya tipe C, setidaknya kita harus memiliki rumah sakit tipe B agar dapat melayani kebutuhan kesehatan masyarakat," ujarnya.
Hal itu bukan tanpa alasan. Rumah sakit dengan tipe menjadi kebutuhan dasar warga. Sebab, Natuna ini jauh dari segala akses kota.
Tidak hanya itu, Hamid juga meminta kepada pusat jika ada kebijakan pemerintah pusat untuk Natuna sebaiknya dilakukan koordinasi terlebih dahulu sebelumnya.
Dicontohkannya seperti kejadian penempatan 238 WNI yang menjalani masa observasi di Hanggar Lanud Raden Sajad, Natuna.
Hal itu dikarenakan kurang adanya koordinasi, sehingga pada waktu itu gejolak penolakan warga meningkat. Menurut Hamid, tidak lain dari itu, karena warga memiliki rasa ketakutan.
Bahkan Hamid menilai, sudah saatnya pemerintah pusat perlu menaikkan status Pemerintah Kabupaten Natuna naik menjadi Pemerintah Provinsi Khusus Natuna.
"Saya rasa itu langkah terbaik untuk mengelola potensi yang dimiliki Natuna," ujarnya.
Natuna, menurutnya, memiliki wilayah perairan laut 99,2 persen. Namun Pemerintah Kabupaten tidak dapat mengelolanya.
"Kalau Natuna jadi provinsi khusus maka kekayaan sumber alamnya dapat dikelola untuk mendorong kemajuan Natuna itu sendiri. Hari ini kan semua kewenangan penuh ada di provinsi untuk mengelola laut dari 0-12 mil, lalu kabupaten dapat apa?," kata Hamid.
Ia melanjutkan, potensi alam Natuna menyimpan kekayaan yang melimpah. Karena itulah Natuna kerap diperebutkan negara tetangga.
Tolak WNI dari Wuhan Diobservasi di Natuna
Sebelumnya, aksi unjuk rasa masyarakat Natuna terus memuncak. Tidak hanya di pintu Bandara Raden Sajad, gelombang masa terlihat di Kantor Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Natuna, Provinsi Kepri.
Pantauan TribunBatam.id, Senin (03/02/2020) pagi, di Kantor Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Natuna ratusan masyarakat yang terdiri dari pemuda dan mahasiswa memenuhi halaman kantor DPRD.
Mereka menolak Natuna sebagai tempat observasi ratusan Warga Negara Indonesia (WNI) dari Wuhan, China Minggu (2/2/2020) kemarin.
"Kami meminta pemerintah segera menarik ratusan WNI yang ditempatkan di kampung kami, disini bukan tempat untuk penyakit," teriak orator Tiyan seorang mahasiswa STAI Natuna dengan suara lantang.
Teriakan itu pun sontak diikuti oleh ratusan demonstran lainnya. Aktivitas demonstrasi itu begitu riuh.
Mereka menggunakan alamamater kampus, tak kalah menarik ratusan demonstrasi baik ibu rumah tangga yang terlibat tak lupa menggunakan masker.
"Pemerintah tolong lah pikirkan kami warga Natuna. Kami tidak meminta mereka keluar Natuna, namun setidaknya mereka jangan ditempatkan di dekat permukiman warga. Setidaknya mereka diletak di KRI di sebuah pulau lah," ujar seorang warga lainnya, Nata.
Kata dia, WNI dari Wuhan yang menjalani observasi tidak jauh dari rumah yang ia tinggali.
"Tempat ratusan WNI itu di hanggar Bandara, tidak jauh dari permukiman warga. Terus tadi pagi mereka beraktivitas berolahraga, radius mereka tinggal kan sangat dekat," lanjut Nata yang tinggal di Penida, Ranai tidak jauh dari lokasi WNI di karantina.
Akibat hal itu, kata dia ratusan warga Penida, Ranai meninggalkan rumah masing-masing.
Berangkatkan Keluarga Jauh dari Lokasi Observasi
Warga Natuna memberangkatkan anaknya jauh dari lokasi observasi WNI dari Wuhan, Tiongkok.
Mereka khawatir dengan kabar virus Corona yang menjangkit di sejumlah negara di dunia.
Seperti diketahui, 237 WNI dari Wuhan diobservasi di area Bandara Lanud Raden Sajad, Ranai selama 14 hari.
Seorang warga Penagi, Ranai, Nata mengaku memberangkatkan anaknya ke Pulau Midai, jauh dari ibu kota Kabupaten Natuna itu.
Ketakutan itu tak hanya dirasakan Nata, juga warga lainnya.
Bukan tanpa alasan, mereka ingin melindungi diri dan keluarga dari penyebaran virus corona yang menggegerkan warga dunia, bahwa ribuan orang telah meninggal dunia akibat terpapar.
Berbeda halnya dengan ketakutan warga terhadap aktivitas ratusan WNI dari Wuhan di Ranai. Pantauan TribunBatam.id Senin (2/3/2020) sore hari di hanggar tempat ratusan WNI menjalani observasi terlihat sehat.
Mereka beraktivitas dengan ceria, bermain dan bercanda tawa bak tak ada peristiwa seperti yang menggemparkan warga natuna.
Di sore hari mereka tampak bermain games, dan berlari, hingga menjelang maghrib mereka usai beraktivitas.
Diketahui aktivitas mereka berjalan seperti biasa keseharian melalui hari-hari.
Alasan Dipilihnya Natuna
Kepala BNPB Letjen TNI Doni Monardo mengatakan, penempatan sementara bagi WNI dari Wuhan di Natuna tersebut bukanlah tanpa alasan.
Sebab, mereka nantinya akan ditempatkan sementara di hanggar milik Lanud Raden Sadjad.
Di hanggar ini lokasinya terbilang cukup luas, sehingga para WNI yang menjalankan karantina bisa melakukan segala aktivitasnya dengan nyaman tanpa bersinggungan langsung dengan masyarakat.
"Bahkan lokasinya juga terbilang jauh dengan bandara sipil, jadi tidak ada yang perlu dicemaskan."
"Yang terpenting para WNI tersebut bisa berolahraga dengan suasana alam yang masih alami," kata Doni.
Masa karantina dilakukan lebih kurang selama 15 hari dan setelahnya para WNI bisa dipulangkan ke kampung halamannya masing-masing.
Diwartakan sebelumnya pesawat Batik Air yang mengangkut ratusan WNI dari Wuhan sudah mendarat di Bandara Hang Nadim Batam, Minggu (2/2/2020).
Pantauan TribunBatam.id, Minggu (2/2/2020) pagi sekira pukul 08:40 WIB, pesawat Airbus 330-300CEO mendarat.
Tampak ratusan WNI dan petugas yang keluar dari dalam pesawat mengenakan seragam alat pengaman diri (APD) bak pakaian astronot.
Mereka langsung bertukar pesawat menuju 3 unit pesawat evakuasi milik TNI AU jenis Pesawat Hercules C130 dan pesawat Boeing 737-400 milik TNI AU.
Sebelum mereka diberangkatkan, dari informasi yang dihimpun ratusan WNI dilakukan pemeriksaan kesehatan.
Para WNI selanjutnya akan diterbangkan ke Natuna menggunakan tiga pesawat TNI AU.
Ketiga pesawat tersebut, dua unit berjenis boeing dan satu unit berjenis hercules.
Kepala Dinas Operasi (Kadisops) Lanud Hang Nadim Batam Mayor Wardoyo mengatakan, pihaknya mempersiapkan tiga pesawat tersebut atas perintah Presiden Joko Widodo dan Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto
Rencananya, saat 245 WNI tersebut tiba di Hang Nadim akan langsung dilakukan pemeriksaan di dalam pesawat.
"Jadi mereka tidak turun lagi ke bandara, dari pesawat ke pesawat dan langsung diterbangkan ke Natuna," kata Wardoyo saat ditemui di ruang VVIP Bandara Hang Nadim.
Dikatakan Wardoyo, untuk persiapan di dalam maupun di luar pesawat sudah disiapkan dari sekarang.
Setiap unit pesawat juga disediakan tenaga medis untuk bersiaga sewaktu-waktu.
Pesawat Milik TNI AU yang direncanakan akan mengangkut WNI yang dievakuasi Pemerintah Indonesia dari China telah tiba di Bandara Udara Hang Nadim Batam.
Kedatangan pesawat evakuasi milik TNI AU Tersebut sekitar 20:36 WIB, dengan diawali oleh kedatangan Pesawat Hercules C130.
Setelah kedatangan pesawat Hercules milik TNI AU tersebut disusul kedatangan pesawat Boeing 737-400 milik TNI AU.
Dari pantauan Tribun Batam pada Sabtu (1/2/2020) malam di dekat pagar Hanggar bandara Udara Hang Nadim terlihat terlihat setelah sampai dan terparkir rapi ketiga pesawat tersebut melakukan pengisian Bahan Bakar Minyak (BBM).
Terlihat juga petugas kesehatan dan anggota TNI AU sedang sibuk menurunkan barang dari pesawat yang tiba tersebut.
Rombongan Warga Negara Indonesia (WNI) yang dipulangkan dari China, akan langsung dibawa ke Natuna setelah dilakukan pemeriksaan kesehatan di Batam.
Sementara itu, para suami dan pemuda setempat di Natuna terus melakukan aksi demonstrasi penolakan terhadap kedatangan ratusan WNI.
Hingga kini gelombang massa dikabarkan terus memuncak, dan memadati pintu AURI Lanud Raden Sajad, Minggu (02/02/2020) siang.
Aksi penolakan terus memanas hingga warga melakukan aksi bakar ban karet di lokasi tersebut.
"Para ibu-ibu sembunyi dan ngumpet masuk rumah masing-masing, takut terkena virus. Sebab sebentar lagi pesawat akan mendarat," ujar seorang warga Natuna, Wifit saat dihubungi.
Berbeda halnya dilokasi aksi demonstrasi, ratusan para warga saling dorong dorongan.
"Sudah dari kemarin aksi warga, jumlah massa terus berdatangan. Bahkan aksi dorong-dorongan tak terhindarkan," ujar seorang petugas bandara kepada Tribun.
Kata dia warga menolak kebijakan penempatan ratusan WNI yang akan di karantina di Natuna.
Polda Kepri berharap, masyarakat dapat menerima WNI yang baru saja dipulangkan ke tanah air.
"Bagaimanapun mereka saudara kita, warga Indonesia juga, jadi sudah saatnya kita saling membantu dan memberikan dukungan,"ungkap Kabid Humas Polda Kepri Kombes Pol Harry Goldenhardt di Bandara Hang Nadim, Minggu (2/2/1010).
Ia menegaskan, WNI yang dikarantina di Natuna dalam kondisi sehat.
Sebab, sebelum dievakuasi ke Batam, seluruh WNI telah diperiksa dan dinyatakan sehat.
"Kalau tidak sehat, pasti tidak diperbolehkan keluar oleh pemerintah China. Karena sehatlah, makanya diperbolehkan keluar dari China," ucapnya.
(Tribunbatam.id/bereslumbantobing/*)