HUMAN INTEREST
Kisah Parlaungan Siregar si 'Presiden Nato', Jadi Kuli Pelabuhan Hingga Gabung ke Komling
Perjalanan hidup Parlaungan Siregar si 'Presiden Nato' menarik untuk dikuti. Sebelum menetap di Kota Batam, beragam profesi pernah ia lakoni.
BATAM, TRIBUNBATAM.id - Perjalanan hidup Parlaungan Siregar si 'Presiden Nato' menarik untuk dikuti.
Sebelum menginjakan kaki ke Kota Batam, ia pernah menjadi kuli di pelabuhan sampai kepala preman di Jalan Pandu Tanjungbale Karimun, Provinsi Sumatra Utara.
Lahir 24 Juni 1952 di Sipirok Tapanuli Selatan, Sumatra Utara. Parlaungan Siregar hanya menempuh pendidikan sampai kelas II Sekolah Rakyat (SR). Itu pun tidak selesai.
Mayoritas hidup Parlaungan Siregar ia habiskan di perantauan. Parlaungan Siregar sudah meninggalkan kampung halamannya sejak 1963.
Awalnya ia ikut bersama abangnya ke Karimun dan melanjutkan sekolah di SR Meral Karimun, Provinsi Kepri.
Parlaungan lahir dari keluarga berada. Orang tuanya berprofesi sebagai tentara. Bahkan abangnya yang membawanya ke Karimun adalah kepala Bea Cukai untuk wilayah Riau dan Sumatra Barat bernama Muhammad Yunus Siregar.
Umurnya saat meninggalkan kampung halamannya baru 11 tahun.
Di Karimun, Parlaungan hanya bisa bertahan selama lima bulan. Karena sejak kecil tidak suka diatur, Parlauangan memilih kabur dari rumah saudaranya di Karimun dan ikut kapal arang ke Tanjungpinang.
Di Tanjungpinang Parlaungan Siregar tidak tahu arah dan tujuan. Ia mendengar ada orang yang berbincang saat di pelabuhan.
Parlaungan Siregar mendapat pertolongan di sana.
"Saya kabur dari Karimun malam hari, sampai di Tanjungpinnang pagi hari. Kebetulan saat saya sampai di Tanjungpinang berbarengan dengan sampainya Kapal Begawan, yang saat ini dikenal dengan Kelud," kata Parlaungan, Minggu (1/3/2020).
Tidak tahu arah tujuan, Parlaungan mendengar ada penumpang berbahasa Batak.
"Itulah yang saya ikuti, tanpa takut saya pegang ibu itu kemana dia pergi. Sampai akhirnya ibu itu sadar dan menanyakan saya. Anak siapa dari mana kenapa pegang saya," ucap Parlaungan mengingat masa itu.
Dengan penuh harap Parlaungan menceritakan bahwa dirinya kabur dari rumah abangnya di Karimun dan tidak tahu entah kemana lagi tujuannya. "Nah ibu itulah yang menolong saya. Saya tidak tahu namanya, ibu itu saya panggil "Namboru" (Adek Bapa, atau satu marga dengan Bapak,red)," ungkap Parlaungan.
Parlaungan dibawa menginap bersama Namboru yang baru di kenalnya di Hotel Sondang Tanjungpinang yang saat ini masih ada.
• Kisah Parlaungan Siregar Berjuluk Presiden Nato, Disematkan Wali Kota Batam 2005 Ahmad Dahlan
• Warga Sagulung Sambut Baik Pengerjaan Saluran Drainase di Jalan menuju Kawasan Galangan Kapal
"Saya ikut bersama namboru itu jualan barang barang elektronik, dari Tanjungpinang ke Tanjungpriok, Jakarta," ucap Parlaungan.
