TRIBUN WIKI
Mirip Sahara di Afrika, Inilah Sejarah Gurun Pasir Bintan, Banyak Didatangi Wisawan
Gurun pasir Bintan adalah salah satu objek wisata di Bintan dengan panorama menyerupai gurun Sahara
TRIBUNBATAM.id - Salah satu objek wisata paling populer di kabupaten Bintan adalah Gurun Pasir Bintan.
Gurun pasir ini terletak di Desa Busung, Kecamatan Seri Kuala Loam, Pulau Bintan.
Lokasinya bisa dijangkau kurang lebih 45 menit perjalanan darat dari bandara RHF Tanjung Pinang maupun dari pelabuhan Tanjung Pinang.
Jika dari pelabuhan Tanjun Uban, jaraknya hanya sekitar 15 menit saja.
Letaknya berada persis di depan jalan lintas barat, Bintan.
Bagi yang dari Batam, sekali lewat dari pelabuhan Roro Tanjunguban, jika hendak ke tempat lain di Bintan pasti langsung bisa melihatnya di jalan raya.
Hamparan pasir putih nan eksotis membentang luas sepanjang mata memandang.
Sekilas, gurun pasir ini mirip dengan gurun Sahara.
Daya Tarik
- Spot swafoto
Meski hanya berupa hamparan gurun pasir, pihak pengelola dan warga setempat telah menyediakan sejumlah spot foto yang bisa dimanfaatkan oleh pengunjung untuk berswafoto.
Ada panggung bingkai love, ada replika unta, binatang khas padang pasir timur tengah, termasuk di gundukan pasir yang membentang di berbagai penjuru area.
- Telaga biru
Di beberapa sudut gurun ini terdapat telaga berwarna biru yang sangat eksotis.
Warna birunya berpadu dengan warna putih kecoklatan dari hamparan pasir menghasilkan panorama yang mempesona.
Di setiap telaga tersebut juga disediakan pelantaran atau dermaga kayu, sehingga pengunjung bisa berjalan di atasnya.
- Wisata air
Wisata ini juga menyediakan perahu bebek dan perahu kano khusus di telaga dengan tarif sewa Rp 15.000 - Rp 20.000.
- Kuliner
Lokasi gurun pasir ini relatif terik, sehingga pengunjung cenderung akan cepat haus.
Namun, di sekitar kawasan ini banyak penjual minuman seperti es kelapa, teh obeng, hingga minuman dingin lainnya.
Geografis
Gurun ini memiliki luas kurang lebih 6000 hektar dengan struktur pasir yang berbukit-bukit.
Hal ini membuat daratan di gurun ini terlihat seperti gundukan-gundukan pasir yang tidak rata.
Tekstur tanah di gurun ini cenderung keras sehingga mudah dipijak.
Sejarah
Gurun pasir ini tidak muncul begitu saja, melainkan area bekas penambangan pasir bauksit yang telah ada sejak tahun 1980an.
Pasir bauksit tersebut kini telah mengeras seperti karang.
Penambangan pasir di area ini sudah lama dihentikan sejak Orde Baru masa pemerintahan Presiden Soeharto.
Puluhan tahun berlalu, area ini hanya dibiarkan begitu saja oleh masyarakat.
Baru beberapa tahun belakangan gurun pasir ini dikelola oleh masyarakat dan pemerintah setempat menjadi objek wiata.
Tiket dan retribusi
Untuk memasuki kawasan ini, pengunjung tidak dikenai biaya tiket masuk, namun hanya perlu membayar retribusi parkir sebesar Rp 2 ribu untuk motor dan Rp 5 ribu untuk mobil. (*)