Tiap Orang Punya Cerita
Pak Sujud Pati dan Mie Ayam Baloi Persero
Kini, setelah 27 tahun, gerobak biru mie ayamnya jadi salah satu destinasi wisata kuliner favorit keluarga di Kota Batam.
Penduduknya, belum cukup 250 ribu. Itupun kebanyakan buruh pabrik, plus warga tempatan yang menyebar di kampung-kampung muara Pulau Batam.
Kepala otorita Batam, kala itu BJ Habibie. Menteri Riset Teknologi dan Kepala Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) inilah yang merancang Batam, jadi ‘kawasan industri’.
Sujud yang hanya jebolan SMP-pun, tak patah semangat.
Melalui seorang kenalannya, pegawai rendahan di BOB, dia dapat ‘izin parkir’ gerobak mie ayam di sekitar Baloi Persero.
“(Mal) BCS belum ada. Jalan depan ini, masih tanah belum diaspal, dan cukup untuk satu lori (truk),” ujar Sujud menunjuk bahu jalan lapak jualannya, 27 tahun lalu.
Kini, Google Map mengidentifikasi ruas jalan itu dengan Jl Bunga Raya.
Secara adminstratif masuk wilayah Kelurahan Baloi Indah, Kecamatan Lubuk Baja, Kota Batam, Provinsi Kepulauan Riau.
Gerobak pertamanya dibangun dengan uang Rp400 ribu.
Itu sudah termasuk, modal beli mangkuk, sendok, panci tanak, dan tenda bekas, dan bahan mie ayam.
Karena tekad sudah bulat, Sujud memilih ngontrak kamar di kawasan Rumah Liar, belakang showroom Indomobil, Baloi.
Dari rumah tinggalnya, ia jalan kaki sekitar 1,1 km ke spot jualannya.
“Ruli saya sempat terbakar, lalu pindah ngontrak di dekat gudang Bulog, depan BCS.”
Di awal masa jualan, semangkuk mie ayam dijual Rp1000.
Harga ayam sekilonya, masih Rp4000.
Setelah 27 tahun, semangkuk kuah kaldu ayam, plus dua butir bakso, kerupuk, dan sebotoa air mineral 600 ml, dijual Rp15 ribu.