Sempat Jadi Sorotan, Kadishub Batam Sebut 37 Unit Bimbar Telah Uji KIR Sejak Februari Lalu

Kadishub Batam, Rustam Efendi bilang, sejak 17 Februari hingga 11 Maret 2020 tercatat sebanyak 37 unit bus Bimbar telah melakukan uji KIR.

Editor: Dewi Haryati
TRIBUNBATAM.ID/ICHWAN NUR FADILLAH
Kepala Dinas Perhubungan Kota Batam, Rustam Efendi 

Janganlah hanya kami supir angkutan umum ini yang ditekan, janganlah hanya kami supir angkutan umum ini yang dipojokkan. Kami cari makan, kami harus memikirkan uang untuk menghidupi anak istri di rumah. Kami tahu, dari angkutan ini kami cari makan. Kami juga tidak mau celaka

Makmur, Supir angkutan Bintang Anugrah Pelangi (Bimbar) mengungkapkan kepedihan hatinya di sela acara pertemuan yang digelar Direksi PT Bintang Anugrah Pelangi di Pasar Melayu, Jumat (21/2/2020).

Supir yang dikumpulkan oleh direksi yang menaungi angkutan yang mereka operasikan di Pasar Melayu tersebut, menyampaikan keluhan mereka selama ini kepada perwakilan dari Dinas Perhubungan, dan anggota polisi yang datang dalam pertemuan tersebut.

"Kami ini setiap hari harus mencari penumpang, agar bisa menutupi setoran kepada pemilik mobil. Kami juga harus memikirkan uang yang bisa kami bawa ke rumah untuk makan anak dan istri," kata Makmur.

Dia mengaku, saat ini kondisi trayek Tanjunguncang -Jodoh, sangat sulit untuk mendapatkan penumpang.

"Karyawan banyak yang naik bus karyawan, ada juga yang sudah bulanan, kepada angkutan umum tertentu," kata Makmur.

Di samping itu, trayek Tanjunguncang - Jodoh juga banyak angkutan umum lainnya.

"Kita berhadapan dengan Carry, kita juga berhadapan dengan trayek Dapur 12, kita juga berhadapan dengan Trans Batam, kita berhadapan dengan taksi konvensional. Bahkan saat ini paling ramai taksi online," kata Makmur.

Selain makmur, J. Purba, seorang sopir lainnya mengaku untuk menyisihkan uang Rp 50 ribu saja, kadang sore hari tidak ada.

"Kadang seharian kita bawa mobil, kita tidak dapat hasil, semua hasil yang kita dapatkan hanya untuk menutupi setoran dan untuk minyak," kata Purba.

Dia mengatakan, di jalan sambil membawa angkutan, terkadang air mata mereka hampir menetes.

"Kita jalan dari Tanjunguncang, sampai ke Jodoh, kadang hanya dapat dua penumpang. Itupun penumpung pendek, ongkosnya hanya Rp 2.000. Kadang sampai ke Nagoya kita hanya dapat Rp 5.000," kata Purba.

Yang paling sakitnya, kata Purba, kadang perjalanan pulang balik Tanjunguncang Nagoya yang ditempuh kurang lebih 2,5 jam, yang dihasilkan hanya Rp 15 ribu.

"Sementara kita harus bayar masuk terminal. Jadi sedih juga saat ini," kata Purba.

Dia mengatakan, mereka bukan tidak mau mengikuti aturan yang ada.

Halaman
1234
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved