GUNUNG ANAK KRAKATAU MELETUS
Gunung Anak Krakatau Meletus Jumat (10/4) Malam, Warga Berlarian Setelah Cium Bau Belerang
Berdasarkan data dari Kementerian ESDM di situs magma.vsi.esdm.go.id, letusan Gunung Anak Krakatau terjadi sebanyak dua kali pada Jumat malam.
“Tadi siang memang ada embusan kawah yang disertai asap. Untuk embusan ini hanya satu kali terlihat. Ketinggian asap kawah teramati sekira 25-50 meter dari puncak,” kata dia.
Andi mengatakan, aktivitas Gunung Anak Krakatau cenderung menurun pada dua hari terakhir.
Sebelumnya, Senin (10/2/2020), sempat teramati adanya asap kawah setinggi 1.000 meter berwarna pekat.
Sementara pada Selasa (11/2/2020) hingga dini hari tadi, data magma VAR Badan Geologi, PVMBG Kementerian ESDM Pos Pantau Gunung Anak Krakatau mencatat ada tiga kali letusan dengan amplitudo 36-37 mm dan durasi 46-85 detik.
Lalu gempa embusan sebanyak 5 kali dengan amplitudo 5-30 mm dan durasi 25-43 detik.
Gempa frekuensi rendah sebanyak 5 kali dengan amplitudo 3-14 mm dan durasi 5-15 detik.
“Juga teramati adanya gempa mikro tremor yang terekam dengan amplitudo 0,5-27 mm (dominan 10 mm),” kata Andi.
Juga terlihat adanya asap kawah putih dengan intensitas tipis hingga tebal berketinggian 150 dari puncak.
Status Gunung Anak Krakatau masih pada level II Waspada.
Nelayan dan pengunjung dilarang mendekati gunung api yang berada di Selat Sunda itu dalam radius 2 kilometer dari kawah.
Gempa 10 kali
Pada Februari 2020, tercatat terjadi 10 kali gempa akibat aktivitas Gunung Anak Krakatau.
Aktivitas vulkanik Gunung Anak Krakatau (GAK), kembali menunjukan adanya peningkatan yang fluktuatif.
Sejak Selasa (11/2/2020) dini hari hingga pukul 12.00 WIB, tercatat ada dua kali gempa letusan dengan amplitudo 36-37 mm, dan durasi 46-85 detik.
Penanggungjawab Pos Pantau GAK di Desa Hargo Pancuran Kecamatan Rajabasa, Lampung Selatan, Andi Suardi mengatakan, selain letusan, dari data Magma VAR Badan Geologi, PVMBG Kementerian ESDM, juga teramati adanya gempa hembusan satu kali dengan amplitudo 5 mm dan durasi 25 detik.