Di Negara Ini Semua Kompetisi Olahraga Masih Berlangsung, Atlet yang Menolak Malah Kena Denda

Orlando Canales, juru bicara La Liga Primera, mengutarakan bahwa mereka belum melihat alasan untuk memberhentikan kompetisi

Editor: Mairi Nandarson
TWITTER/1917Diriangen
Pemain Klub Diriangen mengenakan masker saat bermain melawan Ocotal di Liga Primer Nikaragua 

Hingga Rabu (15/4/2020) sore WIB, Pusat Sistem Sains dan Teknis Universitas Johns Hopkins mencatat hanya ada 9 kasus terkonfirmasi Covid-19 dan satu angka kematian di Nikaragua.

Kesemuanya merupakan kasus import dengan pemerintah mengatakan tidak ditemukan adanya bukti transmisi lokal.

Sebagai perbandingan, dua negara tetangga Nikaragua, Kosta Rika dan Honduras, memiliki 30.000 lebih kasus Covid-19 dengan 30 kematian.

Hal ini membuat Presiden Nayib Bukele dari El Salvador mempertanyakan angka-angka Nikaragua tersebut.

"Ada beberapa negara yang menangani kasus ini dengan baik. Namun, ada juga yang menunjukkan angka-angka lebih kecil hanya karena mereka tak melakukan pengetesan dengan baik, seperti Nikaragua," tutur Bukele seperti dikutip dari La Prensa.

Namun, Camilo Velasquez, seorang jurnalis sepak bola Nikaragua, mengutarakan ada movitasi lain dari keteguhan hati Pemerintah Nikaragua menjalankan kompetisi olahraga di tengah pandemi virus corona.

"Olahraga itu seperti memberikan roti dan sirkus kepada rakyat," tutur Velasquez.

"Pemerintah takut bahwa situasi Covid-19 menciptakan situasi sempurna bagi oposisi untuk menciptakan mogok massal atau krisis nasional."

Orlando Canales, juru bicara La Liga Primera, mengutarakan bahwa mereka belum melihat alasan untuk memberhentikan kompetisi.

Apalagi, liga lokal yang ditayangkan di televisi dan secara online tersebut menunjukkan peningkatan audiens setelah publik tak boleh menghadiri laga-laga secara langsung di stadion.

Para pemain yang teguh tak ingin bermain karena khawatir soal Covid-19 pun mendapat denda.

Atlet bisbol bernama Robin Zeledon dari tim Brumas di Jinotega mogok merumput pada akhir Maret karena khawatir terpapar virus corona dan menyebarkannya ke keluarga.

Alih-alih memberi dukungan, tim memberinya skorsing satu tahun dan berhenti membayar gaji bulanannya yang berada di angka 200 dolar AS (3,1 juta rupiah) per bulan.

Sementara, tim sepak bola Cacique Diriangen FC menemukan solusi unik untuk tetap merumput walau mereka khawatir terhadap Covid-19.

Para pemain tetap bertanding seperti biasa dengan memakai masker dan sarung tangan.

Halaman
123
Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved