VIRUS CORONA DI BATAM

Bisa Ketemu Keluarga 28 Hari Sekali, Begini Perjuangan Tim Medis RSUD Embung Fatimah Selama Covid-19

Meski hanya bisa bertemu dengan keluarga 28 hari sekali, namun para tim medis di RSUD Embung Fatimah Batam tetap bersemangat. Simak kisahnya.

TribunBatam.id/Ian Pertanian
Kepala Ruangan Tun Sendari Terpadu Ruangan Khusus Covid-19 RSUD Embung Fatimah, Tika, Jumat (17/4/2020). Tenaga medis di rumah sakit rujukan penanganan virus Corona ini menceritakan kisahnya dalam menangani pasien virus Corona. 

TRIBUNBATAM.id, BATAM - Meski hanya bisa bertemu dengan keluarga 28 hari sekali, namun para tim medis di RSUD Embung Fatimah Batam tetap bersemangat dalam menjalankan tugasnya selama wabah Covid-19.

28 hari itu yakni harus kerja 14 hari, kemudian dikarantina selama 14 hari, baru bisa bertemu keluarga.

Mereka mengakui ada rasa khawatir, rasa cemas yang selalu menghantui mereka saat melaksanakan tugas kemanusian demi menolong pasien yang terpapar Covid-19.

Wajar, mereka menjadi orang paling dekat dengan orang yang terpapar virus yang banyak merenggut korban jiwa itu.

"Rasa takut itu ada, cemas itu ada. Yang kita kerjakan adalah taruhannya nyawa, siapa saja bisa jadi korban. Tetapi walaupun demikian kita tetap bersukacita, untuk menghibur diri agar rasa takut dan rasa cemas hilang," kata Tika, Kepala Ruangan Gedung Tun Sendari Terpadu. Gedung yang digunakan untuk merawat pasien Covid -19 di RSUD Embung Fatimah, Jumat (17/4/2020).

Ia mengatakan, penanganan medis khusus pasien virus Corona, jauh berbeda dengan penyakit menular lainnya yang ada.

Alat Pelindung Diri (APD) wajib dikenakan, meski tidak jarang menimbulkan rasa sesak saat digunakan.

Menurutnya, khekawatiran tenaga medis di RSUD Embung Fatimah yang menagani pasien Covid-19 lebih tinggi dibandingkan rumah sakit lainnya yang ada di Kota Batam.

"Kebetualan di Batam ini ada dua rumah sakit Rujukan yang pertama RSBP dan RSUD Embung Fatimah. Masyarakat perlu tahu juga, namanya rumah sakit rujukan itu. Pasien yang datang berarti sudah positif bahkan sudah kritis," ungkapnya.

Dia mengatakan rasa takut kerap muncul ketika menangani pasien kritis Covid-19.

"Kita tahulah namanya saja sudah kritis, berarti sudah antara hidup mati. Jadi tingkat kekhawatiran itu sangat tinggi. Pengawasan terhadap pasien juga harus lebih ketat," ucapnya.

Dia menceritakan pernah tim perawat mereka sampai pingsan karena tidak sanggup menahan panas saat menggunakan APD.

"Ruangan untuk pasien Covid-19, tidak bisa dilengkapi AC, paling tidak hanya kipas angin. Sementara APD yang kita gunakan sangat tebal karena terdiri dari beberapa lapis," katanya.

 Peringatan Dini BMKG: Cuaca Sabtu 18 April 2020, Waspada Cuaca Ekstrem di Sejumlah Daerah

 VIDEO - Aksi Pencurian Saat Pandemi Covid-19 Digagalkan Polsek Sekupang

Pasien Covid-19 yang selama ini dirawat di RSUD Embung Fatimah, kondisinya sudah parah. Ini yang membuat kekhawatiran dan kecemasan sering muncul. Meski demikian, hal itu harus diterimanya. Karena itu sudah menjadi tanggung jawab profesi yang diembannya.

Dia menceritakan pengalamannya, selama ini obat yang bisa mengusir rasa takut, rasa jenuh dan menambah imun tubuh hanya dengan rasa gembira.

Halaman
12
Sumber: Tribun Batam
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved