TRIBUN WIKI

Daftar Pandemi Paling Mematikan dalam Sejarah, Termasuk HIV AIDS dan Flu Spanyol

Sebelum Covid-19 muncul, sejumlah pandemi lain juga pernah menyerang dunia. Paling parah memakan korban hingga 200 juta jiwa.

Editor: Eko Setiawan
eva.vn
Kala itu perawat mengangkut pasien pandemi flu Spanyol. 

Pada tahun-tahun sejak saat itu, antivirus dan pengobatan pencegahan PrEP telah membantu mencegah penularan penyakit ini.

Jumlah penderita HIV/AIDS di Amerika Serikat telah meningkat sejak 2013 sekitar 39.000 infeksi HIV baru setiap tahunnya.

4. Flu Spanyol (1918-1920)

Pandemik Flu Spanyol 1918 adalah yang terburuk dalam sejarah, menewaskan 50 juta orang di dunia.

Sepertiga populasi bumi terinfeksi virus H1N1.

Para peneliti saat itu belum dapat menentukan secara tepat apa yang menyebabkan virus ini mematikan.

Seperti pandemi coronavirus saat ini, tidak ada vaksin pada ketika flu Spanyol merebak.

Orang-orang diperintahkan untuk dikarantina, menjaga jarak sosial, mencuci tangan dan mensterilkan, yang bisa mereka lakukan untuk mencegah penularan.

Beberapa kota di Amerika Serikat, seperti San Francisco, mengeluarkan peraturan yang memaksa orang untuk mengenakan masker.

Penyakit itu diyakini pertama kali muncul pada tahun 1916 di satu rumah sakit tentara Inggris, di Étaples, Perancis.

Penyakit itu seperti Virus H5N1 yang disebabkan oleh burung.

Influenza yang seperti pneumonia parah ini membusuk dan menyebar di parit Perang Dunia I yang dingin dan basah.

Kemudian wabah menyebar seperti mengitari bola bumi.

5. The Black Death (1347-1353 ) 

Angka korban the Black Death berkisar 50 juta, yang lain menyebutkan 200 juta orang.

Angka kematian itu bisa dibilang menjadi pandemi paling mematikan dalam sejarah dunia.

Banyak peneliti percaya bahwa, seperti COVID-19, the Black Death berasal dari Asia.

Penyakit disebarkan oleh gerakan Golden Horde Batu Khan.

Selama pengepungan gerombolan Caffa (pelabuhan utama di Laut Hitam), orang-orang Mongol - banyak yang tewas akibat penyakit ini.

Penyakit menyebar akibat orang-orang yang sudah tertular melarikan diri.

Mereka berlayar mengarungi Laut Hitam.

Mimpi buruk itu dimulai di Eropa pada Oktober 1347 ketika 12 kapal dari Laut Hitam tiba di Sisilia.

Para pengangkut barang yang menyambut kapal-kapal menemukan pemandangan mengerikan.

Pelaut-pelaut yang sakit, tubuh mereka rusak oleh pes hitam yang mengalir.

Mereka berdiri di geladak di antara teman-teman awak kapal yang mati.

Meski warga setempat telah mengusir kapal-kapal dari pelabuhan, kerusakan sudah terjadi.

Dari Sisilia, penyakit ini menyebar seperti api, menghancurkan populasi Eropa hingga 1353.

Gejalanya meliputi demam tinggi, kedinginan, muntah dan diare.

Bubo berisi nanah, kemudian menjadi hitam dan gangren.

Kematian hitam dipercaya disebarkan oleh kutu dari tikus, kemudian ke manusia.

Samuel K Cohn, profesor sejarah abad pertengahan di Universitas Glasgow dan penulis "The Black Death Transformed" (2002), pendukung teori penyebaran penyakit dari manusia ke manusia.

Meskipun, kata Cohn, DNA purba menunjukkan strain Yersinia pestis.

Penyebab Black Death tetap tidak diketahui, meskipun satu hal yang pasti - itu menyebar cepat dan lebih cepat  dari COVID-19.

Penyakit tersebut lebih cepat menyebar di daerah tertentu dari waktu ke waktu. 

Sumber: TribunnewsWiki
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved