Pandemi Global Corona Masih Panjang, Karena Konflik Peran WHO; Trump dan Jinping Batalkan KTT G-20

Sebagai sponsor utama WHO, Amerika merasa punya kewajiban menuntut akuntabilitas penuh atas wabah yang mencurigai keterlibatan China dan WHO

courtesy_Xin-hua
KTT VIRTUAL - Pemimpin G-20, akhir Maret 2020, menggelar KTT Virtual untuk kali pertama. Saudi Arabia menjadi tuan rumah KTT yang melibatkan WHO, para menteri kesehatan, menteri perdagangan, pangan dan pekerja. 

Sekitar 37,2 % Kasus Pandemi Global Covid-19 tercatat di Amerika Serikat. Amerika minta pertaggung jawaban WHO. Di sisi lain, China juga menolak membahas proposal Amerika untuk menyelidiki peran WHO dalam dugaan penyebaran virus global ini.

 TRIBUNBATAM.ID, WASHINGTON — Efek ekonomi global pandemi Corona Virus Disease (COVID-19), masih akan panjang.  

Ketegangan Amerika Serikat versus China, sepanjang tahun 2019 lalu, ternyata berlanjut ke pertemuan kedua pemimpin G-20.

Rencana konferensi virtual antara pemimpin G20, Sabtu (25/4/2020), tiba-tiba dibatalkan di menit terakhir.

Demikian dilansir South China Morning Post (SCMP) dan CNN, Minggu (26/4/2020) dini hari waktu Indonesia.

Pemicu batalnya rapat pemimpin negera maju ini, karena Presiden Xi Jinping dan Presiden AS Donald Trump, belum menemukan titik kesepakat soal peran WHO di pandemi global COVID-19 ini.

Trump dan Xi,dijadwalkan ikut conferensi video itu, yang digelar Jumat (24/4) malam, atau Sabtu pagi.

China dan Amerika masih berdebat panjang tentang peran organisasi kesehatan dunia (WHO) dalam mitigasi global pandemi yang telah menewaskan lebih dari 190.000 orang di seluruh dunia, termasuk sekitar 50.000 di AS.

Data dari WorldoMeters, Sabtu (25/4) mengkonfirmasikan dari 2,476,100 kasus posotif global, sekitar 929,028 kasus atau (37,51%) kasus positif masih mewabah di 15 dari 50 negara bagian Amerika. 

Hingga Minggu (26/4) dini hari, atau 38 hari Covid-19 mewabah di Amerika, data WHO dan John Hopkins University masih mencatat ada tambahan 3,796 kasus baru di Negeri Paman Sam.

.

Sementara China, sudah 27 hari terakhir stagnan di posisi 82,816 kasus dan 4,623 kematian. Dengan 77,346 pasien sembuh sejak lockdown dibuka, 17 April lalu, China optimistis negeranya segera memasuki masa pemilihan dan menyongsong kebangkitan ekonomi.

Dengan pembatalan rapat virtual G-20 ini, Shen Dingli, Profesor hubungan internasional di Universitas Fudan di Shanghai, memprediksi hubungan China-AS telah memburuk secara tajam dan sangat mengkhawatirkan, Masa depan akan menjadi lebih buruk.

“Tiongkok berpikir AS memerintahkan penghentian pendanaan bagi WHO untuk menyingkirkan kepemimpinan yang buruk dalam memerangi virus corona dan mencoba menyalahkan Cina, tetapi AS berpikir bahwa WHO tidak setuju dengan China dan China harus bertanggung jawab atas kerugian besar di AS, ” kata  Dingli seperti dilansir SCMP.

Menurut sumber yang terlibat dalam persiapan untuk panggilan video conference tersebut, mengatakan Amerika tetap bersikeras meminta pertanggungjawaban WHO atas kegiatan awalnya dalam menangani wabah coronavirus

Amerika minta pertanggung jawaban WHO.

Di sisi lain, China juga menolak membahas proposal Amerika untuk menyelidiki peran WHO dalam dugaan penyebaran virus global ini.

KTT G-20 masih dijadwalka dalam waktu dekat.

Namun syaratnya, jika kedua belah pihak menyetujui kompromi atas WHO, atau setidaknya atas kata-kata pada WHO dalam komunike G20.

KTT virtual pertama ppemimpin G20 diadakan 26 Maret lalu. 

Arab Saudi yang jadi motor pertemuan kala itu, mengkonfirmasi Trump dan Xi tak ikut berpartisipasi.

Di pertemuan pertama itu, para pemimpin  sepakat menempun strategi "apa pun yang diperlukan untuk mengatasi pandemi”.

Di pertemuan virual pertama itu, 20 negara sepakat meluncurkan paket US $ 5 triliun untuk membantu ekonomi global, dalam bentuk pinjaman lunak, termasuk mensubsidi lagi WHO.

Sejak itu, pertikaian tentang peran WHO telah tumbuh sangat tajam antara Beijing dan Washington, yang berpuncak pada Trump yang mengumumkan rencana untuk menunda pendanaan Amerika untuk badan PBB, mengklaim telah mempromosikan "disinformasi" China tentang virus tersebut.

Sebagai sponsor utama WHO, Amerika Serikat memiliki kewajiban untuk menuntut akuntabilitas penuh atas wabah yang mencurigai keterlibatan China dan WHO.

“Pembayar pajak Amerika menyediakan antara US $ 400 juta dan US $ 500 juta per tahun untuk WHO; sebaliknya China menyumbang sekitar US $ 40 juta per tahun, bahkan lebih sedikit, ”kata Trump, Selasa (21/4/2020) lalu. 

Jia Qingguo, seorang profesor di Sekolah Studi Internasional di Universitas Peking, mengatakan hubungan AS-Cina telah memburuk selama bertahun-tahun, dan wabah koronavirus telah memperburuk mereka.

"Ini harus menjadi kesempatan bagi kedua negara untuk bekerja sama untuk menanggapi virus, tetapi AS menyalahkan China, dan tanggapan China memberikan alasan untuk mengintensifkan konfrontasi," katanya.

Jia menambahkan bahwa jika Trump terpilih kembali pada November, hubungan antara China dan AS dapat meningkat menjadi konfrontasi habis-habisan.

Sebelumnya pada hari Jumat, juru bicara Kementerian Luar Negeri China Geng Shuang mendesak AS "untuk tidak melawan komunitas internasional" dengan merusak WHO.

Selain KTT para pemimpin pada akhir Maret, Arab Saudi telah menyelenggarakan serangkaian konferensi virtual yang melibatkan menteri-menteri kesehatan, perdagangan, keuangan, pertanian dan tenaga kerja G20.

Menurut agenda resmi, pertemuan virtual para menteri pariwisata dijadwalkan Jumat, dengan pertemuan virtual lain tentang ekonomi digital dijadwalkan berlangsung pada 4 Mei.

Pertemuan tatap muka para pemimpin G20 dijadwalkan berlangsung di Riyadh pada 21 dan 22 November. (*)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved