RAMADAN
Ramadan di Finlandia, Tholchah Harus Menjalani puasa hingga 20 Jam
Lamanya durasi berpuasa di Finlandia menjadi tantangan sendiri bagi Tholchah. Selain itu, tak lagi terdengar azan berkumandang.
"Tidak ikut makan siang dianggap sebagai pelanggaran dan guru bisa kena teguran pemerintah jika ada anak tidak ikut makan siang," ujar Tholchah.
Pandemi corona atau covid-19 ini membuat anak Tholchah harus belajar dari rumah. "Dan anak kami bisa puasa sebagaimana biasa," sambungnya.
Tiga kali berpuasa di Finlandia, tentunya membuat ia merindukan suasana bulan Ramadan di Indonesia. Di Tampere tak ada momen buka puasa bersama. "Di Indonesia bisa buka puasa bersama dengan teman kampus, teman kuliah, kawan lama atau sesama perantau," kata Tholchah.
Momen kebersamaan itu, menjadi ajang saling kumpul. Melepas kerinduan antar sahabat lama. Buka bersama, bagi Tolchah, menjadi ajang silahturahmi bersama kerabat. "Itu jadi sesuatu yang aduh kalau puasa di sini tidak ada kayak gitu ya," imbuh dia.
Suasana Ramadan di Indonesia juga membuat dirinya rindu ingin pulang. Bagaimana saat malam pertama puasa ada keramaian. Ada bunyi petasan. Ada suara orang mengaji dari masjid.
"Kalau malam bunyi petasan, di masjid suara orang ngaji baca Al Quran sepanjang malam. Atau sesekali ikut tadarus di masjid dekat rumah. Di sini kan tidak ada, bukan karena pandemi tapi ramadhan tahun-tahun kemarin memang tidak ada," ucap Tholchah.
Atau momen berbagi antar tetangga. Seperti berbagi kue lebaran. "Kalau mikir itu jadi kangen ingin pulang ke Indonesia," tuturnya. (*)
