VIRUS CORONA DI SINGAPURA

Sepi Penumpang Akibat Covid-19, Bandara Changi Singapura Tutup Terminal 4 dan 2

Bandara Changi memutuskan untuk menutup terminal empat dan dua akibat sepinya penumpang. Semua ini sebagai dampak dari wabah Covid-19 yang merebak.

straitstimes.com
Wisatawan dan pengunjung di Terminal 3 Bandara Changi, Kamis (19/3/2020). 

TRIBUNBATAM.id, SINGAPURA - Imbas dari wabah virus Corona atau Covid-19 membuat para penumpang pesawat membatalkan penerbangannya hingga bandara-bandara di dunia cenderung sepi.

Hal ini juga dialami oleh Bandara Internasional Changi Singapura.

Bandara Changi bahkan memutuskan untuk menutup terminal empat pada 16 Mei 2020.

Penutupan ini dilakukan hingga waktu yang belum ditentukan.

Penutupan karena imbas berkurangnya jumlah penumpang pesawat di bandara tersebut.

Melansir Simple Flying, sebelumnya pihak bandara juga telah menutup terminal dua dan akan menghemat biaya tenaga kerja, serta beragam fasilitas.

Data Corona Singapura Senin (18/5) Pagi, Total 28.038, Sembuh 8.342, Meninggal Dunia 22

Pihak bandara juga meniadakan transit penumpang.

Hal tersebut dilakukan berdasarkan keputusan Pemerintah Singapura.

Seperti diketahui, Bandara Changi merupakan pemberhentian utama bagi para pelancong di Asia Tenggara, serta mereka yang melakukan perjalanan lebih lama di seluruh dunia seperti rute Sydney dan Melbourne ke London.

Penutupan ini juga jadi momentum pengelola Bandara Changi untuk melakukan peremajaan terminal.

Adapun kegiatan operasional bandara akan kembali dilakukan saat kondisi pandemi sudah normal.

Lalu apa yang akan terjadi ke depannya?

Maskapai penerbangan Singapore Airlines kini hanya memiliki sekitar 16 pesawat yang beroperasi dari total armada 136 pesawat.

Jumlah pesawat tersebut tidak banyak, sehingga pihak bandara tidak perlu mengoperasikn semua terminal.

Dengan demikian, otoritas bandara memutuskan untuk menutup terminal empat, memindahkan penerbangan dan operasional ke dua terminal yang tersisa: terminal satu dan tiga.

Selain penutupan, Bandara Changi juga akan mengurangi layanan bus antar jemput, mengonsolidasikan taksi hanya ke dua lokasi, dan mengurangi frekuensi Skytrain.

Adapun Mal Jewel, yang terkenal berlokasi di dalam bandara dan memiliki air terjun itu akan tetap dibuka.

Namun, beberapa toko mungkin ditutup untuk menerapkan jarak sosial.

Terminal akan dibuka kembali ketika penerbangan dan jumlah penumpang pesawat kembali normal.

Namun, tidak ada tanggal yang bisa ditentukan untuk kembali membuka terminal.

Dianggap Strategi yang Berbahaya, Singapura Tolak Terapkan Herd Immunity Untuk Covid-19

Berbagai kebijakan atau strategi bisa dipilih suatu negara demi memutus rantai penyebaran virus Corona atau Covid-19.

Salah satu strategi yang dianggap efektif adalah dengan memberlakukan herd immunity.

Sama seperti lockdown, strategi ini juga memiliki dampak, bahkan dianggap membahayakan.

Pemerintah Singapura menolak strategi herd immunity untuk menanggulangi covid-19.

Mencapai herd immunity terhadap Covid-19 melalui infeksi alami pada populasi dinilai akan menyebabkan jumlah kematian dan infeksi yang lebih tinggi.

Selain itu juga dapat membebani sistem perawatan kesehatan apabila pasien membludak.

Singapura, meskipun disebut-sebut memiliki layanan kesehatan yang baik di dunia tidak mau mengambil opsi menjalankan herd immunity.

Hal itu diungkapkan Direktur Pelayanan Kesehatan Kementerian Kesehatan Singapura (MOH) Kenneth Mak saat briefing virtual pada hari Selasa (12/5/2020).

Mak menjelaskan bahwa Singapura harus "membayar sangat mahal" untuk mencapai herd immunity, oleh karena itu cara ini belum menjadi bagian dari strategi Singapura untuk memerangi pandemi virus Corona.

"Jika kita berasumsi bahwa kita akan membiarkan Covid-19 menyebar bebas dalam populasi kita, maka kita harus menerima kenyataan akan ada lebih banyak lansia jatuh sakit, lebih banyak lansia yang mengalami komplikasi, dan sejumlah besar lansia bisa meninggal karena infeksi," kata Mak seperti yang dilaporkan Associated Press.

Selain itu, Mak juga menyebut risiko rumah sakit dan juga ruang ICU yang akan dibanjiri oleh pasien Covid-19.

Menurutnya, jika Singapura berhasil mengendalikan penyebaran virus Corona dengan baik, maka Singapura tidak akan perlu mengandalkan herd immunity, kecuali kekebalan yang diperoleh dari vaksin.

Apa itu herd immunity?

Diberitakan Kompas.com (20/3/2020), herd immunity mengacu pada situasi ketika cukup banyak orang dalam suatu populasi memiliki kekebalan terhadap infeksi sehingga dapat secara efektif menghentikan penyebaran penyakit tersebut.

Kekebalan tersebut bisa berasal dari vaksinasi atau dari orang yang menderita penyakit tersebut. Seberapa banyak orang yang dibutuhkan untuk menciptakan kondisi tersebut tergantung pada seberapa menularnya patogen tersebut.

Untuk membatasi penyebaran campak misalnya, para ahli memperkirakan 93-95 persen dari populasi perlu kebal. Campak lebih menular daripada virus Corona baru atau Covid-19.

Para ahli memerkirakan untuk menghentikan penyebaran virus Corona sebanyak 40-70 persen dari populasi perlu kebal.

Sementara itu herd immunity juga bisa dihentikan dengan vaksinasi. Sayangnya saat ini belum tersedia vaksin untuk virus Corona.

Ini juga dapat dicapai secara alami karena ketika orang terinfeksi lalu pulih, dia akan kebal terhadap infeksi. Ini berfungsi jika kemungkinan infeksi ulang rendah atau idealnya nol.

Berisiko tingkatkan kematian

Dengan membuat banyak orang terinfeksi, kemungkinan meningkatnya angka kematian juga tinggi. Misalnya diambil 70 persen dari total populasi untuk sengaja diinfeksi.

Dari jumlah tersebut tidak semuanya berusia muda. Ada juga orang tua. Padahal orang tua termasuk golongan rentan.

Menurut WHO, orang tua atau orang dengan kondisi medis yang sudah ada sebelumnya, seperti diabetes atau kanker paru-paru rentan terinfeksi oleh virus Corona.

Orang tua atau lansia berisiko sakit parah jika terinfeksi. Hal itu karena kekebalan mereka yang lebih rendah dibanding kelompok usia lainnya.

Strategi yang berbahaya

Epidemiolog Griffith University Australia Dicky Budiman mengatakan bahwa strategi herd immunity berbahaya diterapkan.

Dicky menjelaskan, Herd Immunity atau kekebalan komunitas lebih tepat untuk menyebut kondisi apabila dikaitkan dengan sudah ditemukannya vaksin.

Sehingga, ketika vaksin belum ditemukan maka istilah Herd Immunity menurut dia kurang pas untuk pandemi Covid-19. Dicky juga menekankan bahwa pendekatan Herd Immunity sebelum ada vaksin sangat berbahaya apabila diterapkan.

"Karena ini bukan penyakit flu biasa," ungkap dia.

Dalam istilah pemahaman kekebalan komunitas yang terjadi saat ini, Dicky menyebut, data WHO secara global di dunia baru sekitar 3 persen yang kemungkinan memiliki kekebalan Covid-19.

"Masih besar yang rentan terkena, masih 90 persen lebih," jelas dia.

(*)

Tunda Pemberangkatan Haji hingga 2021, Singapura Juga Tiadakan Kunjungan Idul Fitri

Keberangkatan Jamaah Haji Ditunda hingga 2021, Majelis Agama Islam Singapura: Ini Demi Singapura

Singapura Tunda Keberangkatan Jemaah Haji, Indonesia Masih Tunggu Kabar dari Kerajaan Arab Saudi

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Sepi Penumpang Pesawat, Bandara Changi Tutup Terminal 4 dan 2".

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved