Jatuh Cinta dan Ingin Kabur dengan Pria 35 Tahun, Gadis 13 Tahun Ini Tewas Dibunuh Ayahnya
Media setempat memberitakan, Romina sebenarnya sempat mengungkapkan dia takut pulang ke rumah karena khawatir hidupnya dalam bahaya
TRIBUNBATAM.id, HOVIGH - Gadis remaja di Iran ini harus meregang nyawa di tangan ayahnya sendiri gara-gara jatuh cinta pada pria yang lebih tua 22 tahun dari dirinya.
Sang ayah sepertinya tidak menerima anak gadisnya yang masih berusia 13 tahun itu jatuh cinta pada pria berusia 35 tahun.
Gadis remaja yang diketahui bernama Romina Ashrafi itu bahkan sudah berencana untuk melarikan diri dengan pria 35 tahun tersebut karena cintanya tidak direstui orangtua.
• Hasil, Klasemen dan Top Skor Liga Jerman, Setelah Muenchen Menang, Dortmund Kalah, Leipzig Seri
• 2 Bocah Tewas Terpanggang di Mobil Tetangga yang Terbakar
• Siapa Sangka, Khabib Nurmagomedov Ternyata Pernah Jadi Teman Akrab Conor McGregor
Namun, sebelum keinginan kabur itu terwujud, remaja itu ditemukan tewas di rumahnya.
Ia dibunuh secara brutal oleh ayahnya saat tidur.
Romina Ashrafi dibunuh ayahnya menggunakan senjata tajam di rumah keluarganya di Hovigh, Talesh County, sebagai bentuk "hukuman", ulas media lokal.
Dalam laporan Iran International TV, Romina Ashrafi sudah merencanakan melarikan diri bersama dengan pria 35 tahun itu.
Si remaja awalnya sudah kabur bersama lelaki yang lebih tua 22 tahun darinya, setelah sang ayah marah mendengar rencana pernikahan mereka.
Dua keluarga mereka kemudian menghubungi pihak berwajib, membuat penegak hukum menggelar pencarian di mana mereka ditemukan, dan Romina dibawa pulang.
Media setempat memberitakan, Romina sebenarnya sempat mengungkapkan dia takut pulang ke rumah karena khawatir hidupnya dalam bahaya.
Namun, otoritas tetap menyerahkannya kepada keluarganya sesuai aturan yang berlaku.
Di saat tidur, dia dibunuh secara brutal oleh ayahnya.
Setelah melakukan perbuatannya, sang ayah dilaporkan menyerahkan dirinya dan ke polisi,
sambil membawa senjata yang berlumuran darah.
Dilansir Daily Mail Rabu (27/5/2020), gubernur distrik, Kazem Razmi, menyatakan sang ayah ditahan dengan investigasi segera digelar.
Wakil Presiden Bidang Pemberdayaan Perempuan, Masoumeh Ebtekar, juga mengumumkan "perintah khusus" untuk menyelidiki pembunuhan itu.
Al Arabiya melaporkan, ayah Romina Ashrafi bisa lolos dari hukuman mati karena dia merupakan "penjaga" remaja 13 tahun itu.
Sesuai dengan hukum yang berlaku, ayah yang tak disebutkan identitasnya itu akan dibebaskan dari qisas, atau pembalasan dalam bentuk sesuatu.
Hukum setempat iah menyatakan hanya "pemilik darah", dalam hal ini adalah anggota keluarga, yang bisa menuntut eksekusi atas pembunuhan kerabat mereka.
Karena itu, pelaku " pembunuhan terhormat" dilaporkan tidak akan mendapat hukuman berat karena keluarga tidak akan menuntut kerabat mereka.
Fariba Sahraei, editor senior di Iran International TV menyatakan, setiap tahun, perempuan di Iran dibunuh oleh kerabat pria dengan alasan mempertahankan kehormatan mereka.
"Namun motif pembunuhan Romina jelas sangat mengejutkan tidak hanya publik di negara ini, melainkan juga seluruh dunia," jelasnya.
Berapa banyak pembunuhan terhormat di negara itu tak diketahui.
Namun, seorang polisi Teheran pernah menyebut angkanya 20 persen dari total kasus pembunuhan.
\\
\\
\\