500 TKA China Akan Datang Akhir Juni 2020, Jubir Luhut: Mereka Dibutuhkan untuk Bangun Smelter
Rencana kehadiran 500 TKA China sekitar akhir Juni atau awal Juli untuk mempercepat pembangunan smelter dengan teknologi RKEF dari China, kata Jodi
TRIBUNBATAM.id, JAKARTA - Terkait rencana kedatangan sekitar 500 tenaga kerja asing (TKA) asal China, pemerintah kembali memberikan penjelasan.
500 tenaga kerja asing asal China itu rencananya akan datang pada akhir Juni 2020 atau awal Juli 2020.
Rencana kedatangan 500 Tenaga Kerja Asing (TKA) asal China ke Sulawesi Tenggara (Sultra) menuai polemik.
• Jadwal Liga Italia, Diawali Coppa Italia pada 13 Juni, Serie A Liga Italia Dimulai 20 Juni 2020
• Resmi, Liga Inggris Akan Dimulai 17 Juni 2020, Laga Manchester City vs Arsenal Main di Hari Pertama
• Sudah Ikut Sensus Penduduk Online 2020? Segera Lakukan Jika Belum, Hari Ini Terakhir
Penolakan bahkan datang dari gubernur dan DPRD Sultra.
Rencananya 500 TKA ini akan dipekerjakan di dua perusahaan tambang nikel yang ada di Sultra, yaitu PT Virtue Dragon Nickel Industry dan PT Obsidian Stainless Steel.
Rencana kedatangan 500 TKA China itu juga membuat beberapa pihak angkat bicara.
Ada yang merasa miris dan sedih mendengarnya, ada juga yang justru menilai pemerintah pusat terkesan inferior.
Terkait polemik itu, Juru bicara Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Jodi Mahardi menjelaskan kenapa 500 TKA China tetap akan didatangkan.
Ia mengatakan, 500 Tenaga Kerja Asing (TKA) asal China sangat dibutuhkan di tengah upaya hilirisasi tambang di Indonesia.
Sebab kata Jubir Luhut itu, 500 TKA China yang rencananya datang pada akhir Juni atau awal Juli 2020 itu akan mempercepat pembangunan smelter nikel di Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara.
"Saya akan bicara apa adanya saja. Rencana kehadiran 500 TKA China sekitar akhir Juni atau awal Juli adalah untuk mempercepat pembangunan smelter dengan teknologi RKEF (Rotary Kiln-Electric Furnace) dari China," ujarnya melalui keterangan tertulis, Jakarta, Kamis (28/5/2020).
Menurut jodi, teknologi RKEF akan membuat pembangunan smelter menjadi lebih ekonomis, cepat dan memiliki standar lingkungan yang baik.
Bahkan kata dia, teknologi itu juga akan menghasilkan produk hilirisasi nikel yang bisa bersaing di pasar internasional.
"Kenapa butuh TKA dimaksud? Karena mereka bagian dari tim konstruksi yang akan mempercepat pembangunan smelter dimaksud," kata dia.
Nantinya kata Jodi, setelah smelter tersebut jadi, TKA asal Negeri Tirai Bambu itu akan kembali ke China.