Ikatan Dokter Anak Indonesia Usul ke Pemerintah Agar Menunda Sekolah Hingga Tahun Depan

Semua sektor akan kembali melakukan aktivitas namun dengan sejumlah protokol kesehatan, termasuk dalam sektor pendidikan. Namun, sektor pendidikan me

Editor: Eko Setiawan
TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN
Siswa sekolah dasar negeri 002 Ranai melakukan aktivitas belajar menggunakan masker di Kabupaten Natuna, Kepulauan Riau, Indonesia, Selasa (4/2/2020). Bulan Juli, murid sekolah akan kembali masuk sekolah seperti sebelum masa pandemi corona. 

TRIBUNBATAM.id, JAKARTA – Setelah bergelut dengan Pandemi Corona, Akhirnya Indonesia masuk dalam Fase baru yakni New Normal.

Setelah memasuki masa new normal, semua aktifitas tentunya akan dimulai kembali.

Termasuk proses pembelajaran untuk anak sekolah.

BREAKING NEWS, Ada Pohon Tumbang di Jalan Akses Waduk Sei Ladi, Rusak 1 Unit Mobil

Dukungan Kevin Aprilio untuk Aurel dan Azriel Hermansyah, Anang Hermansyah Beri Respon

Jadwal MotoGP 2020 Sudah Dirilis, Alex Marquez Tak Sabaran Segera Jalani Debut di MotoGP

Indonesia akan memasuki fase ‘normal baru’ atau ‘new normal’ setelah kurang lebih 3 bulan sebagian wilayah Indonesia menerapkan pembatasan sosial untuk mencegah penyebaran virus corona (Covid-19).

Semua sektor akan kembali melakukan aktivitas namun dengan sejumlah protokol kesehatan, termasuk dalam  sektor pendidikan. Namun, sektor pendidikan menjadi sektor terakhir untuk menuju normal baru.

Dalam hal ini, Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menyarankan kegiatan pembelajaran di sekolah ditunda hingga tahun depan.

“Dari IDAI dengan jelas sebaiknya jangan masuk dulu setidaknya sampai Desember 2020,” ujar Dokter Catherine Mayung Sambo dari IDAI yang juga merupakan Satgas Covid-19 dalam diskusi online ‘Kenormalan Baru Di Satuan Pendidikan’, Senin (15/6/2020).

Dokter Mayung menjelaskan normal baru dalam dunia pendidikan membutuhkan adaptasi dan mindset bahwa normal baru bukan kembali menjalani kehidupan yang lama, tanpa Covid-19.

Namun, IDAI meminta adanya panduan-panduan terkait normal baru, seperti dengan adanya pembatasan fisik dan jaga jarak minimal 6 kaki, serta protokol kesehatan di sekolah.

“New normal lebih cocok menggunakan istilah adaptasi kebiasaan baru yang  menuju masyarakat produktif dan aman Covid -19. Kita berharap masyarakat mengikuti panduan itu,” ujarnya.

Hal tersebut menurutnya perlu ditanamkan juga pada mindset anak-anak agar bisa tetap terjaga dan tetap bisa mendapatkan hak pendidikan dengan baik.

“Anak-anak mulai yang masih kecil hingga yang masuk usia sekolah maupun remaja itu sedang dalam proses tumbuh kembang dan dengan mindset bagaimana cara menjaga kesehatan secara benar, serta bagaimana menjaga diri supaya tetap sehat dan  menjaga jarak agar tetap produktif.”

IDAI membagikan sejumlah kriteria yang bisa jadi rekomendasi pemerintah untuk mempertimbangkan apakah PSBB bisa dilonggarkan atau sekolah bisa kembali dibuka.

Pertama yaitu terkait pengendalian wabah, apakah di suatu wilayah wabah sudah bisa terkendali, menurutnya itu yang bisa menjawab adalah dinas kesehatan dan pemerintah daerah setempat.

“Jadi tidak hanya tentang warna apa rumah saya. Hijau, kuning, merah atau oranye, tapi juga ikut melihat trending warna kasusnya. Ketika kasus masih melonjak, kami dari IDAI menyarankan jangan dulu pergi sekolah,” ungkapnya.

Sumber: Tribunnews
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved