Tetap Siaga, Korea Selatan Ungkap Tidak Ada Pergerakan Mencurigakan dari Korea Utara

Korea Utara kembali menjadi sorotan dunia usai ledakkan kantor penghubung yang berlokasi di Kaesong pada Selasa (16/6/2020). Ini respon Korea Selatan.

yonhap/via koreatimes.co.ko
Serangan dahsyat Korea Utara menghancurkan Pos Perbatasan Kedua Negara, Selasa (16/6/2020) siang. Korea Selatan angkat bicara soal pergerakan Korea Utara. 

"Secara terpisah, provokasi ini dan lainnya yang akan datang, mungkin terkait dengan upaya internal Korea Utara untuk membangun legitimasi Kim Yo Jong, adik perempuan Kim Jong Un."

Panda melanjutkan, bagaimanapun Kim Yo Jong adalah orang yang mengancam penghancuran kantor penghubung antar-Korea itu akhir pekan lalu.

2. Adik Kim Jong Un adalah dalangnya - Andray Abrahamian, Profesor di Universitas George Mason Korea.

Menurut Abrahamian, dalam sepekan terakhir Korut ingin mengekstraksi beberapa konsesi dari Korsel, ingin mendapat perhatian AS tanpa menguji coba rudal jarak jauh, atau mungkin ingin menciptakan krisis sebagai awalan melakukan pembicaraan darurat.

"Tidak satu pun dari penjelasan ini yang sepenuhnya memuaskan," ungkapnya.

Abraham melanjutkan, begitu banyak pilihan yang dihadapi Korut berkaitan dengan politik internal dan kita tidak pernah bisa memastikan apa yang sebenarnya terjadi.

Kim Yo Jong sudah dipastikan menjadi dalang ketegangan ini, dan Abrahamian merasa insiden di Kaesong adalah upayanya untuk membangun citra sebagai orang yang bisa kejam pada musuh-musuh Korut.

Yo Jong terkait erat dengan pemulihan hubungan Korut-Korsel pada 2018, dan diperkirakan dia sedang menunjukkan sebagai orang yang tidak bisa dianggap remeh.

3. Korut merasa dikhianati Trump - Van Jackson, penulis buku On the Brink: Trump, Kim, dan Ancaman Perang Nuklir.

Jackson menuturkan, motif serangan itu kemungkinan berasal dari tiga masalah yang saling berkaitan.

Pertama adalah Kim Jong Un yang merasa dikhianati setelah kegagalan di KTT dengan Trump.

"Kim menghadiri pertemuan-pertemuan itu dengan harapan mendapat bantuan dari AS tetapi tidak menerimanya," kata Jackson.

Kedua, perekonomian Korut di bawah tekanan akibat terbatasnya perdagangan dengan China karena Covid-19, dan meningkatnya kampanye AS soal sanksi maksimum.

Ketiga, Kim Yo Jong sedang membangun citra sebagai orang yang berwenang dan perlu unjuk gigi kepada para petinggi dan senior militer Korut.

Tapi, Jackson mengatakan, tidak jelas apakah dia dipersiapkan sebagai suksesor Kim Jong Un.

Halaman
1234
Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved