VIRUS CORONA
Dexamethasone Diklaim Jadi Obat Covid-19, BPOM Kepri Ungkap Sebaliknya, Ini Efek Sampingnya
Kepala BPOM Kepri, Yosef Dwi Irawan bilang dexamethasone tidak dapat digunakan untuk pencegahan Covid-19
TRIBUNBATAM.id, BATAM - Dexamethasone disebut-sebut sebagai salah satu obat untuk penanganan Covid-19.
Apa tanggapan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM)?
Kepala BPOM Kepri, Yosef Dwi Irawan menjelaskan bahwa Dexamethasone adalah golongan steroid, merupakan obat keras yang terdaftar di Badan POM RI.
Pembeliannya harus dengan resep dokter dan penggunaannya di bawah pengawasan dokter.
"Dexamethasone tidak dapat digunakan untuk pencegahan COVID-19," sebut Yosef, baru-baru ini.
• Tunggu Rekomendasi Pusat, PAN Batam Belum Umumkan Koalisi Partai dan Calon untuk Pilwako
• Resep Bubble Milk Tea, Minuman Enak yang Menyegarkan, dengan Cara Pembuatan yang Mudah
Ia melanjutkan, saat ini belum ada obat yang spesifik untuk COVID-19, walaupun beberapa obat telah dipergunakan untuk penanganan COVID-19 sebagai obat uji.
Yosef mengatakan, bahwa penggunaan obat Dexamethasone harus sesuai dengan resep dokter dan tidak bisa sembarangan.
"Dexamethasone yang digunakan tanpa indikasi medis dan tanpa resep dokter, yang digunakan dalam jangka waktu panjang dapat mengakibatkan efek samping menurunkan daya tahan tubuh, meningkatkan tekanan darah, diabetes, moon face dan masking effect serta efek samping lainnya yang berbahaya," jelasnya.
Yosef mengatakan, hasil penelitian Universitas Oxford terkait penggunaan Dexamethasone menunjukkan penurunan kematian hanya pada kasus pasien COVID-19 yang berat yang menggunakan ventilator (alat bantu pernapasan) atau memerlukan bantuan oksigen.
"Obat ini tidak bermanfaat untuk kasus COVID-19 ringan dan sedang atau yang tidak dirawat di rumah sakit," ujarnya.
Yosef menyatakan, pihaknya terus memantau dan menindaklanjuti hasil lebih lanjut terkait penelitian ini serta informasi terkait penggunan obat untuk penanganan COVID-19 dengan melakukan komunikasi dengan profesi kesehatan terkait, seperti WHO dan Badan Otoritas Obat negara lain.
"Kami secara rutin melakukan pengawasan peredaran obat tersebut mulai di jalur distribusi (pedagang besar farmasi dan Instalasi Farmasi Provinsi/ Kabupaten / Kota) untuk memastikan penyalurannya ke sarana yang berwenang, yaitu sarana pelayanan kefarmasian (rumah sakit, puskesmas, apotek, klinik)," jelasnya.
BPOM Kepri meminta kepada masyarakat agar tidak membeli obat Dexamethasone dan steroid lainnya secara bebas, tanpa resep dokter, termasuk membeli melalui platform online.
"Untuk penjualan obat Dexamethasone dan steroid lainnya, termasuk melalui online tanpa ada resep dokter dapat dikenakan sanksi sesuai dengan ketentuan yang berlaku," sebutnya.
Diizinkan di Inggris
Pemerintah Inggris telah mengizinkan penggunaan Dexamethasone untuk beberapa pasien Covid-19.
Sebuah tim peneliti di Inggris menemukan bahwa steroid yang tersedia di pasaran, Dexamethasone, telah menunjukkan hasil yang memuaskan dalam meningkatkan angka kelangsungan hidup pada pasien Covid-19.
Dilansir USA Today, Rabu (17/6/2020) Dexamethasone, steroid yang biasa digunakan untuk mengobati peradangan ini mampu mengurangi angka kematian hingga sepertiga dalam sebuah studi penelitian terhadap lebih dari 6.000 pasien kondisi parah.
“Ini adalah peningkatan signifikan dalam pilihan terapi yang kita miliki,” kata Dr. Anthony Fauci, pakar penyakit menular top di Amerika Serikat.
Tetapi masih belum diketahui secara pasti seberapa bermanfaatnya obat ini untuk pasien Covid-19 dengan gejala ringan.
Simak pengertian mengenai apa itu Dexamethasone, dan bagaimana Dexamethasone digunakan untuk mengobati pasien Covid-19.

Lantas apa itu Dexamethasone?
Dr. Onyema Ogbuagu, seorang dokter penyakit menular dan profesor kedokteran di Yale, menjelaskan bahwa dexamethasone merupakan obat antiinflamasi dan pembengkakan yang umumnya digunakan untuk berbagai kondisi.
"Obat dexamethasone ini unik karena mengandung glukokortikoid," ujar Ogbuagu.
"Seperti halnya steroid lain, dexamethasone ini adalah perawatan non-spesifik yang tidak harus menargetkan satu jalur spesifik peradangan atau pembengkakan," jelas Ogbuagu.
Sementara itu, Robert Glatter, seorang dokter darurat di Rumah Sakit Lenox Hill Kota New York, mengatakan dexamethasone juga memiliki paruh hingga 54 jam.
"Hal tersebut dapat membantu memastikan tingkat pengobatan terapeutik untuk mengobati peradangan yang berkelanjutan," ungkap Robert Glatter.

Bagaimana Dexamethasone tersebut digunakan untuk mengobati pasien Covid-19?
Virus Covid-19 secara umum muncul dalam dua fase.
"Orang-orang terinfeksi virus, kemudian virus tersebut mereplikasi, dan itulah fase pertama dari virus Covid-19," jelas Ogbuagu.
"Setelah itu, sekitar 10 hari setelah terinfeksi, orang-orang mulai memproduksi antibodi dan reaksi peradangan terhadap virus." lanjutnya.
Bahan kimia inflamasi ini terkadang dapat menciptakan komplikasi Covid-19 yang parah, seperti sindrom gangguan pernapasan akut, yang menyulitkan oksigen memasuki aliran darah dan mencapai organ.
Pasien dengan komplikasi Covid-19 yang parah akan merasakan manfaat yang signifikan dengan mengonsumsi dexamethasone.
Pasien-pasien tersebut harus meminum dexamethasone selama 10 hari, baik secara oral atau melalui infus.
Setelah satu bulan, angka kematian akan berkurang sebesar 35% pada pasien yang membutuhkan perawatan dengan mesin pernapasan dan 20% pada pasien yang membutuhkan oksigen tambahan.
Namun obat deksametason ini nampaknya tidak terlalu berdampak secara signifikan kepada pasien Covid-19 dengan gejala ringan.
Beberapa penelitian, juga telah menyarankan bahwa steroid seperti dexamethasone dapat membantu meningkatkan angka kematian di antara orang-orang dengan ARDS.
Lalu apakah ada komplikasi akibat penggunaan Dexamethasone?
Waktu dan selektivitas di antara pasien sangat penting untuk memastikan dexamethasone dapat digunakan dengan benar sebagai pengobatan untuk pasien Covid-19.
Temuan awal menyarankan pasien Covid-19 yang tidak memiliki gejala parah, seperti membutuhkan bantuan respirator, tidak boleh menggunakan dexamethasone.
"Kelemahan dari steroid adalah tidak selektif," kata Ogbuagu.
"Steroid adalah pedang bermata dua yang dapat menghalangi kemampuan tubuhmu untuk melawan virus," jelasnya.
Ogbuagu mencatat bahwa beberapa penelitian telah menemukan tingkat kematian yang lebih tinggi pada pasien yang menggunakan steroid, karena mereka menghambat respon kekebalan tubuh terhadap virus.
Organisasi Kesehatan Dunia dan organisasi-organisasi lain menyarankan agar tidak menggunakan steroid lebih dini, karena mereka dapat menghalangi pembersihan virus.
Ogbuagu juga mengatakan bahwa steroid, secara umum, dapat menyebabkan beberapa efek samping yang parah, seperti diabetes atau bahkan memburuk kondisi seseorang yang telah mengidap diabetes sebelumnya, serta psikosis atau gangguan emosional.
(tribunbatam.id/Alamudin) (Tribunnews.com/Lanny Latifah)
Sebagian Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Mengenal Dexamethasone, Obat yang Diklaim Mampu Mengobati Pasien Covid-19