Banjir di Tanjung Uma Batam, Warga Semalaman Tak Bisa Tidur
Banjir telah surut di sekitar jalan masuk pemukiman Tanjung Uma, Kecamatan Lubuk Baja, Kota Batam.
TRIBUNBATAM.id, BATAM - Banjir telah surut di sekitar jalan masuk pemukiman Tanjung Uma, Kecamatan Lubuk Baja, Kota Batam. Namun, dampak dan kerugian masih dirasakan oleh warga Bukit Timur kelurahan tersebut.
Berlokasi tepat di samping jalan dan saluran drainase, dengan ketinggian cukup rendah, kampung ini jadi sasaran utama banjir tiap kali hujan deras melanda.
Sebagian besar warga mengeluhkan perabotan rumahnya rusak akibat tergenang air, pada Sabtu (20/6) lalu.
Air setinggi paha tersebut menggenangi perabotan rumah tangga seperti lemari, kulkas, dan tempat tidur di sekitar 20 rumah.
Perpetua, salah seorang warga yang menjadi korban banjir, mengaku kesulitan kala banjir menggenangi rumah miliknya.
Ia sempat berusaha mengeluarkan air dari dalam rumah dengan menggunakan gayung, namun saking melimpahnya, wanita itu pun kelelahan.
• Banjir di Tanjunguma Batam, Tembok Pembatas Ambrol, Tiang Listrik Roboh
Alhasil, tembok depan rumah Perpetua terpaksa dijebol agar air dapat segera mengalir keluar. Hasil menjebol tembok rumah itu masih tampak menganga dengan ditutupi sehelai gulungan kain.
"Ada dua sampai tiga jam menyiduk air, tapi tak surut-surut, jadinya dipaksa lah tembok dijebol," ungkap Perpetua.
Lain lagi dengan Ian, dirinya mengaku masih bisa bersabar menyiduk air banjir dari rumahnya dengan menggunakan gayung sampai surut.
Namun, akibat genangan banjir tersebut, dua buah kasur miliknya basah kuyub, sehingga Ian harus tidur dengan alas seadanya pada malam hari kemarin.
"Kalau bisa tidur berdiri, tidur berdiri lah kami. Kadang kalau hujan deras di malam hari malah kami tak tidur sampai reda, waspada siapa tahu mau banjir lagi," ujarnya.
Kerugian juga dirasakan oleh Buya, seorang ibu rumah tangga yang sehari-hari berjualan adonan roti untuk menghidupi keluarganya.
Akibat banjir kemarin, Buya tidak sempat menyiapkan adonan roti untuk jualannya hari ini.
Padahal, di tengah wabah Covid-19 ini berjualan roti adalah satu-satunya sumber penghasilan bagi Buya dan keluarga.
Sebab, sang suami mendapat PHK dari perusahaan tempatnya semula bekerja, karena pandemi Covid-19.