HUJAN BUATAN DI BATAM

BP Batam Gandeng Tim TMC BPPT Ciptakan Hujan Buatan, Tambah Debit Air 2 Waduk Utama

Penambahan curah hujan biasanya diperlukan untuk meningkatkan ketersediaan air waduk, atau pemadaman kebakaran hutan.

TribunBatam.id/Hening Sekar Utami
Koordinator Lapangan Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) Batam, Sutrisno di kantor Tribun Batam, Kamis (25/6/2020). Ia menjelaskan tentang teknik modifikasi cuaca dan hujan buatan. 

TRIBUNBATAM.id, BATAM - Hujan buatan tak lepas dari Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC). Ini adalah upaya campur tangan manusia terhadap potensi cuaca untuk keperluan sumber daya air di atmosfer.

Dalam penerapan teknologi ini, BP Batam bekerjasama dengan Tim TMC dari Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT).

Teknologi ini direncanakan dilakukan selama 30 hari sejak Kamis (11/6/2020) lalu.

Teknologi ini dapat diterapkan dengan tujuan menambah curah hujan, atau redistribusi curah hujan.

Penambahan curah hujan biasanya diperlukan untuk meningkatkan ketersediaan air waduk, atau pemadaman kebakaran hutan.

Sedangkan redistribusi curah hujan biasa dilakukan di daerah-daerah rawan banjir, seperti DKI Jakarta dan Tangerang.

Contohnya, penerapan TMC untuk penanganan banjir DKI Jakarta pada awal tahun 2020.

Kali ini, Badan Pengusahaan (BP) Batam turut menerapkan teknologi ini di wilayah Kota Batam.

Tujuannya, untuk menambah tinggi permukaan air waduk yang hampir surut, agar siap menghadapi potensi krisis air di musim kemarau mendatang.

"Rencananya ini akan berlangsung dari tanggal 11 Juni sampai 10 Juli 2020," ujar Koordinator Lapangan TMC Batam, Sutrisno, Kamis (25/6/2020).

Dalam prosesnya, awan yang berpotensi hujan akan disemai oleh Tim TMC dengan menggunakan bahan semai variatif.

Bahan semai ini bisa menggunakan NaCl atau garam dapur, bisa juga dengan flare yang berbentuk tabung.

"Contohnya kemarin, kami melakukan sistem jumping process untuk daerah DKI Jakarta, berhasil mengurangi curah hujan sampai 45%," ujar Sutrisno.

Sesuai kebutuhan di Batam, TMC diterapkan untuk menambah curah hujan guna mengisi waduk-waduk. Untuk tujuan ini, TMC dirasa lebih tepat dilakukan pada musim penghujan dibandingkan kemarau.

Musim Durian, Omzet Pedagang di Bintan Meningkat Drastis, Sehari Bisa Capai Rp 10 Juta

Begini Cara Bikin Cairan Disinfektan Alami dari Campuran Kulit Jeruk dan Cuka

"Hal ini karena kami membutuhkan keberadaan awan untuk disemai, sementara situasi musim kemaran jarang ada potensi awan hujan," tambah Sutrisno.

Kondisi Dua Waduk di Batam

Penerapan hujan buatan hasil Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) diklaim berdampak pada penambahan ketersediaan air baku di sejumlah waduk di Kota Batam, Provinsi Kepri.

Semula, BP Batam memang menginisiasi penerapan teknologi ini guna menambah ketersediaan air baku yang tertampung di waduk-waduk, khususnya Dam Duriangkang dan Dam Mukakuning.

Sebab, potensi krisis air sudah di depan mata menjelang musim kemarau ini. Oleh karenanya, TMC menjadi salah satu jalan untuk meningkatkan kembali tingkat elevasi waduk.

Seperti diketahui, Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) ini telah dilaksanakan selama 14 hari sejak Kamis (11/6/2020) lalu.

Hasil dari teknologi ini, sejak awal kegiatan TMC, terhitung hampir setiap hari waduk-waduk mengalami kenaikan permukaan air.

Terhitung sejak Kamis (11/6/2020) sampai Rabu (24/6/2020), elevasi dam Duriangkang mencapai 37 cm, sementara itu, dam Mukakuning naik 46 cm, dam Sei Harapan naik 83 cm, dan dam Nongsa naik 35 cm.

"Kalau ditanya efektivitas, yang jelas tiap hari ada kenaikan. Harapannya dari BP Batam, supaya elevasi waduk menuju normal. Kalau Dam Duriangkang itu diharapkan deltanya minimal 1 meter," terang Koordinator Lapangan TMC Batam, Sutrisno, Rabu (24/6/2020).

Tetap Andalkan Potensi Hujan

Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) menjadi perhatian warga Kota Batam, Provinsi Kepri.

Melalui teknologi ini, hujan buatan tercipta di Kota Batam. Penerapan TMC di Kota Batam tak lain adalah untuk menambah ketersediaan air baku di waduk-waduk, guna mencegah potensi krisis air di musim kemarau.

Meski demikian, tidak sedikit warga yang bertanya mengapa hujan buatan tidak dilakukan saat Kota Batam di musim kemarau.

Koordinator Lapangan Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC), Sutrisno mengungkapkan alasan kenapa hujan buatan di Batam tak dilakukan saat kemarau tapi justru dilakukan saat musim hujan.

Tim TMC tidak dapat serta merta memunculkan hujan tanpa adanya bantuan awan.

Keberadaan awan dengan potensi hujan adalah salah satu faktor terpenting keberhasilan TMC.

Awan-awan tersebut selanjutnya akan disemai dengan menggunakan bahan semai berupa flare yang ditembakkan dari pesawat Piper Cheyenne.

Berkat adanya bahan semai tersebut, awan akan mempercepat turunnya hujan dengan curah yang cukup tinggi.

"Kenapa tidak dilakukan di musim kemarau? Karena kondisi cuacanya tidak mendukung potensi awan hujan," ujar Sutrisno, Rabu (24/6/2020).

Awan di musim kemarau dirasa kurang potensial untuk disemai.

Walaupun sebenarnya TMC dapat diterapkan pada musim kemarau dengan dukungan awan yang sesuai kriteria, hasil curah hujannya tidak akan maksimal.

RUPIAH HARI INI - Ditutup Melemah 0,32%, Rupiah di Level Rp 14.175 per Dolar AS

Cerita Konjen Singapura di Kepri Akibat Corona, Saya Belum Bertemu Anak Istri Sejak Libur Imlek

Sehingga, masa musim penghujan di bulan Juni 2020 ini dinilai sebagai opsi terbaik.

"Kami perhatikan pertimbangan ekonomi juga. Sebab, teknologi ini cukup mahal, sehingga diharapkan hasilnya maksimal," tambah Sutrisno.

Dalam operasinya, Tim TMC senantiasa berkoordinasi dengan BMKG dan BP Batam. Teknologi ini telah diterapkan selama 13 hari dari total masa waktu 30 hari lamanya.

Bantah Hujan Buatan Sebabkan Banjir

Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Kelas I Hang Nadim Batam, Addi Setiadi, mengakui potensi hujan beberapa bulan belakangan ini memang dapat muncul meski disemai atau pun tidak.

Addi mencontohkan, beberapa hari lalu turun hujan di wilayah bagian utara Kota Batam, yang sempat menyebabkan banjir.

Sesungguhnya, awan hujan di daerah utara Kota Batam tempo lalu itu tidak disemai oleh Tim Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC).

Daerah tersebut juga bukan merupakan target penyemaian.

"Itu karena faktor meteorologi fenomena regional adanya belokan angin ditambah konvergensi, itulah yang memunculkan terjadinya awan efektif," sebutnya.

Atas penjelasan ini, Addi berharap kesimpulan yang beredar di tengah masyarakat tentang hujan buatan menjadi penyebab utama banjir dapat diluruskan.

Menurutnya, banjir yang terjadi merupakan konsekuensi fenomena regional dari kondisi metereologi yang diterangkan tersebut.

"Ini murni fenomena regional," ujar Addi. Ia mengingatkan, terdapat potensi hujan alami di Kota Batam selama bulan Juni hingga Juli 2020 ini.

Menginap Bersama Rekannya di Hotel, Kadinkes Karimun Sebut Hasil PCR Rekan Pasien 06 Negatif

Sempat Ragu, Warga Batam ini Apresiasi Respon Cepat bright PLN Batam

Ia memprediksi, dari tanggal 21 hingga 30 Juni dan 1 hingga 10 Juli 2020, terdapat potensi hujan yang sangat memungkinkan.

Akan tetapi hujan tersebut bersifat lokal, tidak pasti di daerah waduk.

Oleh karena itu, diperlukan Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) yang mampu mempercepat turunnya hujan di daerah tangkapan air serta tampungan waduk.

"Kalau kami perhatikan, volume air waduk pernah minus. Ini mau ditambah lagi, maka dilakukanlah TMC," ujar Addi, Rabu (24/6/2020).

Koordinator lapangan Tim TMC, Sutrisno juga menekankan bahwa hujan dapat terjadi kapan saja, baik disemai maupun tidak.

Dalam hal ini, Tim TMC hanya berfokus pada potensi awan di atas sasaran waduk-waduk utama yakni dam Duriangkang dan Mukakuning.

"Teori kami adalah, kami menyemai awan yang berpotensi jatuh di daerah tangkapan air waduk dengan mempertimbangkan lokasi awan dan arah angin," ujar Sutrisno.

Hujan yang turun dapat saja melenceng dari daerah target oleh karena berbagai faktor. Namun pihak TMC sendiri tidak teralu mengamati melenceng atau tidaknya hujan akibat penyemaian awan tersebut.

Penjelasan BMKG

Sejumlah masyarakat Kota Batam masih sulit membedakan mana hujan buatan dan hujan alami.

Memang, curah hujan di Kota Batam cenderung meningkat. Kondisi serupa diketahui juga terjadi di Singapura.

"Hari ini ada berita kalau hujan ini adalah hujan buatan BP Batam. Bingung juga kita. Kalau hujan buatan, kenapa di Tanjungpinang, Medan, Karimun dan beberapa lainnya ada hujan. Hebat dong BP Batam atas hujan ini," ujar seorang warga Batam, Mangatur Simbolon, Selasa (23/6/2020) siang.

Mereka pun masih meragukan kebenaran informasi itu. Warga itu mengatakan, lebih masuk akal jika musim kemarau lalu tiba-tiba ada hujan.

"Tapi sebulan terakhir memang hujan deras kan mengguyur kota ini khususnya pagi hari," timpal Hotman warga lain yang kebetulan bersamaan duduk saat dimintai tanggapan Tribun.

Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) pun angkat bicara soal hujan buatan ini.

Kepala Seksi (Kasi) Data dan Informasi BMKG Stasiun Meteorologi Kelas l Hang Nadim Batam Suratman menjelaskan, hujan dibuat dengan proses fisika.

Hujan buatan ini dibuat oleh manusia dengan teknik menambahkan curah hujan.

Cara membuat hujan ini adalah dengan penyemaian awan atau yang dikenal dengan cloud seeding.

Cloud seeding ini membuat awan menggumpal dan di semai sehingga akan memberikan efek berupa turun hujan.

"Misalnya, di atas langit permukaan Dam Duriankang ada gumpalan awan rendah. Nah, pada kondisi ini disuntikan suatu zat. Sehingga, awan itu turun menjadi cairan air yang disebut hujan. Dan kondisi ini pun, efektif hanya satu jam saja. Nah untuk awan yang tinggi dipakai cairan garam. Jadi hujan buatan bukan seluruh Batam ini hujannya. Tapi ada titik tertentu saja yang awannya lebih banyak," jelas Suratman.

Ia mengatakan, Juni ini memang curah hujan cukup tinggi di Kepri. Sebab kata dia, penyebabnya ada pergeseran cuaca.

Puncak hujan sedianya adalah Mei lalu.

"Tapi bergeser ke Juni ini. Hari ini (Selasa) arah angin dominan dari Selatan dan Barat daya ke Utara. Kecepatan angin antara 5-30 km/jam.Temperatur 23-30 derajat, masih kondusif bagi dunia penerbangan," terangnya.(TribunBatam.id/Hening Sekar Utami/Leo Halawa)

Sumber: Tribun Batam
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved