Cerita Konjen Singapura di Kepri Akibat Corona, 'Saya Belum Bertemu Anak Istri Sejak Libur Imlek'

Pria 54 tahun ini sudah ada di Kota Batam selama 134 hari. Ia benar-benar berharap agar pandemi virus Corona ini segera berlalu.

Facebook/Emmett Jaegerjaquez
Potret Jalanan di Singapura Ditengah Covid-19. Warga Singapura memilih untuk berada di Batam sejak akses masuk ke negara itu dibatasi akibat pandemi Covid-19. Foto ilustrasi. 

Hanya saja, jelasnya, kebanyakan mereka, memilih tetap di rumah dan di negaranya.

Kalaupun, sekolah, pusat perbelanjaan, rumah ibadah, atau community centre mulai dibuka terbatas di Singapura, sejak awal Juni lalu, itu lebih karena pertimbangan psikologis.

“Pemerintah membayangkan kondisi kejiwaan warga yang sudah lebih 100 hari ’stay at home’. Mereka juga rindu bersosialisasi,” ujarnya.

Mantan Konjen Singapura di Medan ini, menyebutkan belum ada kepastian waktu dari pemerintah Singapura dan Indonesia, kapan pintu perbatasan kembali dibuka untuk warga umum seperti sedia kala.

Bukan hanya Singapura, jelas dia, hampir semua negara di dunia, juga memilih mendahulukan keselamatan nyawa dan kesehatan warga dari virus Corona, ketimbang opsi pemulihan aktivitas ekonomi, seperti mengizinkan kunjungan wisatawan.

Dia mencontohkan, New Zealand, Korea Selatan, dan Beijing. Awal Juni lalu, ketiga negara ini mulai membuka aktivitas ruang publik.

Namun, setelah tiga pekan, muncul lagi kasus-kasus baru di tiga negara itu. Pemerintah setempat, kembali memperketat penerapan social distancing.

Mengintip pernyataan resmi atasannya, Menteri Luar Negeri Singapura Dr Vivian Balakrishnan, Selasa (23/6/2020) tadi malam di Channel News Asia (CNA's In Conversation), Mr Mark Low, menyebutkan, pemerintahnya baru membuka pintu terbatas, bagi pekerja dan warga China ke Singapura dan sebaliknya.

Kesepakatan diplomatik “fast lane’ kedua negara ini, kata Mark, menjadi contoh New Normal yang diterapkan di negara-negara sahabat, termasuk Indonesia dan Malaysia.

Singapura adalah negara pertama di Asean yang disetujui Beijing, untuk membuka jalur wisatawan kedua negara.

Dalam perjanjian itu, China dan Singapura masing-masing mewajibkan para pendatang untuk mengikuti protokol kesehatan WHO.

“Warga Singapura harus punya keterangan sehat dari negaranya, demikian juga warga China yang ke Singapura, dan tak perlu lagi ada karantina.”

Alasan menjadikan China sebagai negara percontohan, karena kedua pihak memiliki hubungan dagang, bisnis, dan diplomatik kuat.

Menlu Vivian Balakrishnan, menyebutkan setelah fas lane dengan China, sejumlah negara juga mmeminta pembukaan pintu perbatasan ini.

Hanya saja, jelas Vivian, kebijakan dengan China ini akan dintinjau ulang dalam 12 hingga 18 bulan kedepan.

Halaman
123
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved