HUJAN BUATAN DI BATAM
Permukaan Air Dam Duriangkang Naik 37 Cm, Korlap Tim TMC Sebut Hujan Buatan di Batam Berhasil
Proses penyemaian awan menggunakan Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) dapat dilakukan dengan berbagai metode.
Untuk melakukan teknologi ini di Kota Batam, Tim TMC telah membawa pasokan 176 pcs flare yang diproduksi dari Kanada.
Tabung-tabung flare itu kemudian dipasang di sayap pesawat, kemudian dibakar sekitar 5 menit sebelum ditembakkan.
Lama jeda waktu antara proses penyemaian dan turunnya hujan, menurut Sutrisno, bergantung pada tingkat kematangan awan yang disemai.
"Kalau awannya masih kecil, bisa menubggu empat jam setelah disemai sampai turun hujan. Tapi kalau awan sudah matang, biasanya pesawat landing bisa langsung hujan," tambah Sutrisno.
Gandeng Tim TMC BPPT
Hujan buatan tak lepas dari Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC). Ini adalah upaya campur tangan manusia terhadap potensi cuaca untuk keperluan sumber daya air di atmosfer.
Dalam penerapan teknologi ini, BP Batam bekerja sama dengan Tim TMC dari Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT).
Teknologi ini direncanakan dilakukan selama 30 hari sejak Kamis (11/6/2020) lalu.
Teknologi ini dapat diterapkan dengan tujuan menambah curah hujan, atau redistribusi curah hujan.
Penambahan curah hujan biasanya diperlukan untuk meningkatkan ketersediaan air waduk, atau pemadaman kebakaran hutan.
Sedangkan redistribusi curah hujan biasa dilakukan di daerah-daerah rawan banjir, seperti DKI Jakarta dan Tangerang.
Contohnya, penerapan TMC untuk penanganan banjir DKI Jakarta pada awal tahun 2020.
Kali ini, Badan Pengusahaan (BP) Batam turut menerapkan teknologi ini di wilayah Kota Batam.
Tujuannya, untuk menambah tinggi permukaan air waduk yang hampir surut, agar siap menghadapi potensi krisis air di musim kemarau mendatang.
"Rencananya ini akan berlangsung dari tanggal 11 Juni sampai 10 Juli 2020," ujar Koordinator Lapangan TMC Batam, Sutrisno, Kamis (25/6/2020).