POSITIVE PARENTING
Bahaya Asap Rokok Untuk Anak-anak, Berisiko Derita Asma hingga Tiga Kali Lipat
Jika anda punya anak, perhatikan dengan baik ketika merokok dihadapan sang buah hati. Berikut risiko yang bisa terjadi pada anak saat hirup asap rokok
TRIBUNBATAM.id, JAKARTA - Tak bisa dipungkiri, merokok sudah menjadi rutinitas bagi sebagian orang setiap harinya.
Jika anda memiliki anak, perhatikan dengan baik jarak ketika merokok dihadapan sang buah hati.
Tentunya sebagai orangtua, anda tak ingin anak menjadi sakit akibat turut menghirup asap rokok.
Menurut penelitian terbaru yang dipublikasikan di International Journal of Epidemiology, anak-anak yang ayahnya perokok memiliki risiko sakit asma tiga kali lipat.
Selama ini, sejumlah penelitian telah membuktikan bahwa ibu yang merokok selama kehamilan berisiko melahirkan anak dengan asma.
Ternyata, kebiasaan merokok oleh ayah pun juga berpengaruh.
• PPDB KEPRI, Orangtua di Tanjungpinang Harap Anaknya Masuk Sekolah Pilihan, Klaim Belum ada Gangguan
Menurut penelitian ini, nikotin pada rokok telah merusak sel sperma pria dan akhirnya memengaruhi gen anak.
Penelitian ini melibatkan 24.000 anak.
Peneliti mengamati kapan pria mulai merokok dan melihat risiko kesehatan anak mereka.
Mereka yang merokok sejak dini, yaitu sebelum usia 15 tahun menjadi sangat berisiko mengalami masalah pada kesehatan sperma.
Jadi, bukan hanya dipengaruhi kebiasaan merokok setelah berkeluarga, tetapi jauh sebelum itu.
"Ayah perokok, baik sebelum konsepsi (pembuahan), berisiko tiga kali lipat memiliki anak sakit asma dibanding para ayah yang tidak pernah merokok sebelumnya," kata profesor Cecilie Svanes dari University of Bergen di Norwegia.
Bahkan, jika berhenti merokok sebelum konsepsi, tetap akan memengaruhi bayi.
Menurut Cecilie, lamanya merokok, misalnya sejak masa remaja hingga sebelum menikah, sudah sangat memengaruhi sel sperma.
Temuan ini menambah banyak bukti bahwa bagaimana perilaku pria sebelum konsepsi menjadi sangat penting untuk kesehatan bayinya kelak.
Kebiasaan buruk pria seperti merokok ternyata memengaruhi sperma dan genetik.
Studi lainnya pernah menemukan, pria yang merokok ganja lebih dari satu kali dalam seminggu mengalami penurunan jumlah sperma 29 persen dibanding pria tidak merokok.
Tumbuh Gigi Bisa Terlambat, Simak Tanda-tanda Jika Anak Kekurangan Vitamin D
Berbagai asupan nutrisi hingga Vitamin Diperlukan anak-anak untuk perkembangannya.
Salah satunya adalah Vitamin D, yang dikenal dapat membantu pertumbuhan tulang anak.
Ada gejala-gejala yang bisa orangtua kenali ketika anak kekurangan Vitamin D.
Kekurangan Vitamin D dapat mengakibatkan Rakitis, penyakit jaringan di tulang tidak termineralisasi, mengakibatkan tulang lunak dan kelainan bentuk tulang.
Vitamin D tidak hanya diperlukan untuk tulang tetapi juga untuk sistem kekebalan tubuh yang sehat.
Hal itu karena vitamin ini membantu tubuh dari infeksi dan juga mencegah radang sendi.
Oleh karena itu penting untuk mengetahui tanda-tanda anak yang kekurangan vitamin ini.
Penelitian pada orang dewasa menunjukkan jumlah Vitamin D yang tepat dalam tubuh seseorang dapat membantu mencegah penyakit jantung dan diabetes.
Tanda dan gejala defisiensi atau kekurangan Vitamin D adalah :
- Mengalami kram otot, kejang, dan kesulitan bernapas.
- Cenderung memiliki tulang tengkorak dan kaki yang lunak, mungkin terlihat melengkung.
- Sering mengeluh sakit di kaki dan otot karena kelemahan. Kondisi ini dikenal sebagai Rakitis.
- Mengalami pertumbuhan yang buruk salah satunya berat badan yang kurang.
- Pertumbuhan keseluruhan menjadi lambat.
- Tumbuh gigi bisa terlambat.
- Anak-anak cenderung menjadi mudah tersinggung.
- Rentan terhadap berbagai infeksi seperti pernapasan.
- Pernapasan bisa terpengaruh karena tulang rusuk menjadi lunak.
Walaupun kekurangan Vitamin D bisa berbahaya, jangan sampai pemberian vitamin ini berlebihan.
Dosis yang berlebihan bisa berbahaya sehingga harus sesuai takaran yang disarankan.
Dosis pada bayi, hingga usia 12 bulan ialah 10 mcg Vitamin D setiap hari.
Selain itu untuk anak-anak yang lebih tua dari 1 tahun dosisnya adalah 15 mcg.
Bila menemukan tanda-tanda tersebut, segera berkonsultasi pada dokter.
Orangtua Tak Boleh Memaksa, Begini Tips Mudah Agar Anak Mau Menyantap Sayur
Tak semua anak suka untuk menyantap sayuran jika dijadikan makanan sehari-hari.
Sehingga membuat para orangtua harus memutar otak agar sayuran tetap bisa disantap anak.
Lantas bagaimana cara terbaik untuk meningkatkan minat anak untuk makan sayur?
Semakin kita memaksa anak untuk makan sayur dan buah, makin kecil kemungkinan mereka untuk mau mencobanya.
Ada cara mudah untuk membuat si kecil dengan suka rela makan sayuran.
Caranya adalah dengan memberi contoh, menunjukkan betapa enaknya makan sayur atau pun buah.
Menyuruh anak makan sayur adalah tentang meyakinkan mereka.
Tindakan ini juga berarti meminta orang lain melakukan sesuatu, terkadang dengan paksaan.
Berbeda halnya dengan mengajarkan atau memberi contoh.
Ini adalah tindakan kolaboratif, memberikan teladan.
Fokusnya ada pada orangtua, sedangkan ketika menyuruh anak makan sayur, tekanannya pada anak.
Orangtua memang berpengaruh besar pada pola makan anak.
Jika ayah ibunya saja tidak pernah terlihat makan sayur, jangan harap anak juga menyukai sumber serat ini.
Sebelum mengajarkan anak untuk makan sayur dan buah, orangtua perlu mengetahui beberapa hal ini.
- Pahami bahwa anak menolak mencoba makanan baru karena cemas atau takut.
Mereka mungkin bukan orang yang suka mengambil risiko.
Cobalah melihat dunia dari sudut pandangnya.
Bayangkan jika kita mengonsumsi makanan yang "aneh" dan di luar zona nyaman, misalnya ulat sagu.
Kita pasti ragu-ragu dan takut dengan rasanya.
Demikian juga dengan si kecil saat kita menyodorkannya brokoli.
- Beri contoh pada anak bagaimana mengeksplor makanan baru.
Jangan hanya mencontohkannya dengan langsung melahapnya.
Misalnya saat mengenalkan buah kiwi.
Tawarkan sepotong pada anak, biarkan ia menjilatnya dulu atau mengedus baunya.
Anak-anak butuh untuk membangun database tentang sebuah makanan sebelum berani mencobanya.
- Jika anak mau mencoba, tanyakan perasaannya tentang makanan tersebut.
Apakah menurutnya enak, pahit di lidah, atau mungkin baunya terlalu tajam.
Dengan demikian orangtua bisa menggali sampai di mana kemauan anak jika dicoba jenis makanan lain.
(*)
• Sejak 2018 Fitra Cabuli Belasan Anak, Mengaku Ketagihan Karena Sering Berhubungan Intim Dengan Waria
• Disinggung Andy Noya Soal 3 Anaknya Dengan Veronica Tan Kini, Ahok BTP: Saya Tak Mau Hidup Pura-pura
• KENAPA Anak Bisa Alergi Susu Sapi? Simak Penyebab dan Cara Mencegahnya
Artikel ini telah tayang di tribun-timur.com dengan judul Ayah Merokok Dekat si Kecil, Anak Berisiko Derita Asma hingga Tiga Kali Lipat.