HARI BHAYANGKARA 2020
Jadi Sahabat Pengendara di Batam, Siap-siap Bertemu dengan Polwan Dinda Jika Tak Taat Lalu Lintas
Polisi wanita (polwan) berparas cantik ini merupakan personel Satuan Lalu Lintas (Sat Lantas) Polresta Barelang.
Sembari duduk di kantin Polsek Sekupang, Rabu (01/07/2020) siang, Sugianto menceritakan pengalamannya saat bertugas.
"Banyak sangat, sebagian saya hampir tidak ingat lagi cerita-cerita itu, tapi saya ucapkan saja apa yang saya ingat paling berkesan ya," lontar Sugi sembari mengusap keningnya.
Bahkan pandangan mata Sugi menatap ke atas, dan dengan santai di atas kursi panjang cerita Sugi berlanjut mengenang ingatannya ke masa lalu.
"Jadi, pada tahun 2000 saya penempatan tugas di Pos Polisi Polsek Kabil, kala itu Nongsa masih disebut Kabil dan Batam masih menyatu dengan Provinsi Riau.
Di ujung Kabil ada kampung Desa Airmas yang dihuni masyarakat suku laut. Jadi ada salah satu warga suku laut namanya Lena, ia pun mengajak saya ke Desa Airmas, saya pun menyaksikan aktivitas warga suku laut yang hanya tinggal di laut dan pelantar bantaran laut bahkan ada yang masih hidup diatas sampan dayung.
Saya masuk di lingkungan suku laut, mereka ini tidak punya agama, hanya punya kepercayaan tradisional. Mereka berkelompok waktu itu ada 22 Kepala Keluarga. Perlahan lahan saya mulai masuk dan menyatu dengan aktivitas mereka," ceritanya.
"Waktu itu saya ingat betul, sampai saya pernah menikahkan anak suku laut, saya ngajak kepala BAZ, Zulkarnain yang saat ini menjabat ketua Kemenag Batam.
Bahkan kapolseknya saya ajak ikut waktu ada pernikahan bagi warga suku laut. Kapolsek itu namanya Kapten Berliando, dia sampai kaget. Bisakamu bina mereka sampai mengenal pernikahan agama dan mengerti cara salat kata Kapolsek sama saya waktu itu, ucap Sugi lagi.
"Seiring berjalannya waktu saya terus berikan pemahaman. Bukan pembinaan iya, nanti saya dikira tokoh agama pula, hanya saja waktu itu saya lebih banyak menghabiskan banyak waktu bersama warga suku laut," ujar Sugi dengan nada tersenyum.
"Jadi waktu pun terus berjalan, masyarakat suku laut mulai maju. Hampir 6 tahun lebih saya bertugas di Kabil mereka mulai paham kehidupan di darat," sambungnya.
Kebiasaan pernikahan lewat agama dan mengenal salat di lingkungan tempat tinggal warga mulai tertanam.
Bahkan ada satu hal dari pengalamannya itu yang tak pernah dilupakan Sugianto. Ia sampai terkekeh sendiri mengingatnya.
"Warga suku laut waktu itu tidak ada yang sunat. Jadi pernah lah kita ada acara sunatan, sampai ada beberapa warga yang usianya sudah 40 tahun ikut sunatan," kata Sugi bercerita.
"Pastinya banyaklah kenangan yang tidak bisa saya lupakan kala itu, mulai dari mengajari mereka pernikahan lewat agama, mengajari mereka ngaji kita berikan guru ngaji dan mengajari mereka berdagang seperti hasil tangkapan ikannya dikelola dahulu sebelum dijual ke penampung," ujarnya.
"Masih ada bangunan mushala 9 x 9 meter yang saya dirikan di sana. Kalau saya ceritakan semua seakan tidak mungkin, namun memang seperti itu yang saya lalui ketika bertugas," katanya.
Bahkan sebelum menjadi polisi kala itu, tak pernah terlintas dibenaknya untuk jadi seorang abdi negara. Namun nasib berkata lain, keberuntungan berpihak padanya.