HARI BHAYANGKARA 2020

Jadi Sahabat Pengendara di Batam, Siap-siap Bertemu dengan Polwan Dinda Jika Tak Taat Lalu Lintas

Polisi wanita (polwan) berparas cantik ini merupakan personel Satuan Lalu Lintas (Sat Lantas) Polresta Barelang.

Editor: Dewi Haryati
TRIBUNBATAM.ID/ICHWAN NUR FADILLAH
Gaya Bripda Dinda Permata Sari, personel Sat Lantas Polresta Barelang saat bertugas. 

TRIBUNBATAM.id, BATAM – Wajahnya cantik bak artis di televisi. Tetapi, jika sedang bertugas, jangan coba-coba tak taat aturan lalu lintas. Dia tak segan untuk menilang.

Sosok ini tak lain adalah Bripda Dinda Permata Sari atau akrab disapa Dinda.

Polisi wanita (polwan) berparas cantik ini merupakan personel Satuan Lalu Lintas (Sat Lantas) Polresta Barelang.

Usianya 24 tahun dan telah menjadi personel Polri sejak tahun 2017 lalu. Katanya, menjadi abdi negara adalah cita-citanya sejak kecil.

“Saya memang ingin menjadi polisi sejak dulu. Selain ingin mengabdi pada negara tercinta, menjadi polisi juga mendidik saya untuk menjadi pribadi yang disiplin,” ujarnya kepada Tribun Batam, Rabu (1/7/2020).

Distribusi Bantuan Sembako dari Pemprov Kepri Molor, Pasokan Barang dari Penyedia Terganggu

Polisi Gadungan Peras Harta Istri Bulenya Pakai Pistol Mainan, Bawa Kabur Uang Rp 150 Juta

Selama bertugas, banyak kisah unik dialami Dinda. Apalagi dia berada di Unit Turjawali, menertibkan pengendara ‘bandel’ di Batam seolah menjadi ‘makanan’ hari-hari.

“Ada yang ngotot tak mau mengakui kesalahan dan ada yang malah marah-marah balik ke saya. Tapi, saya hanya tersenyum saja sambil berusaha memberi tahu letak kesalahan si pengendara,” tambahnya.

Baginya, tetap tersenyum ini sekaligus menerapkan semboyan PROMOTER (Profesional, Modern, dan Terpercaya) Polri dalam tugas. Selain senyum, lanjutnya, salam dan sapa adalah cara lainnya untuk mengaplikasikan semboyan PROMOTER.

Menurut Dinda, kawasan Simpang Basecamp Batuaji dan Sei Panas Kota batam adalah dua tempat yang membuatnya kewalahan jika menjalankan tugas. Sebab, di dua tempat itu masih banyak ditemui pengendara tak menggunakan helm.

“Bahkan tak jarang, 1 sepeda motor bisa berboncengan 3 orang tanpa helm semua,” katanya lagi.

Di luar tugas, Dinda adalah seorang wanita cantik nan anggun. Hobinya bermain basket. Bahkan, Dinda juga aktif bermain di tim basket Polda Kepri, Selingi Sakti, dan klub basket BASS Batam.

Diakuinya, hobi ini telah dilakukan sejak sekolah dulu. Beberapa kompetisi tingkat daerah pun tak jarang dicicipinya.

Polwan cantik ini juga aktif di akun media sosial Instagram. Di akun @d_ndaaa, pengikut Dinda sebanyak 5 ribu orang.

Tak jarang dia membagikan kegiatan rutinnya di media sosial, sembari menyampaikan pesan keamanan dan ketertiban masyarakat (Kamtibmas) untuk warga Batam.

“Jadi follow aja IG saya, siapa tahu mau tahu pesan Kamtibmas juga,” selorohnya sambil melempar tawa.

Pada perayaan Hari Ulang Tahun (HUT) Bhayangkara ke-74 sendiri, Dinda berharap, Polri dapat terus maju dan berjaya untuk Bangsa Indonesia.

34 Tahun Mengabdi

 Di peringatan Hari Bhayangkara ke-74 tahun ini, ada cerita dari warga Nongsa, Batam, Kepri. Ya, sejumlah warga Nongsa sepertinya tak pernah melupakan sosok polisi bernama Sugianto.

Bukan tanpa alasan, Sugianto punya catatan dalam kehidupan warga suku laut di Nongsa saat itu. Sejak Batam masih serumpun dengan Provinsi Riau, ia kerap membantu kehidupan warga suku laut.

"Ya kami ingat betul beliau, kalau ada waktu kami ingin bertemu dengan pak Sugi, sembari cerita-cerita nostalgia ngingat waktu masih di Nongsa dulu," cetus Santo, warga Nongsa Kabil yang pernah melalui pengalaman lama bersama Sugianto, Selasa (30/6/2020) lalu.

Santo merupakan salah satu warga suku laut yang pernah dibina Sugianto ketika polisi itu menjabat Kepala Pos Polisi Punggur (Kapospol).

"Pastilah ingat betul, kalau tak ada pak Sugi itu mungkin kami dan beberapa warga suku laut waktu itu tidak bisa se-modern ini. Cuma dah lama saya tak kontak dengan pak Sugi," ujar Santo yang kini jadi Ketua RT di Punggur.

 Kadisdik Bintan Bakal Bertemu Kepala Sekolah, Bahas Over Kapasitas Jumlah PPDB Bintan 2020

 Begini Perayaan Hari Bhayangkara ke-74 Tahun di Kepri Saat Pandemi, Kapolda Ingatkan Tugas Polisi

Santo ingin mengenang kembali pengalamannya bersama Bhayangkara Sugianto kala itu yang masih berpangkat Brigadir Kepala (Bripka) polisi.

"Nanti ada waktu kita ngopilah pak, sampaikan salam saya ye kalau ketemu sama pak Sugi," pesan Santo dalam sambungan selulernya mengakhiri perbincangan dengan Tribun.

Terpisah, Sugianto yang kini menjabat sebagai Wakapolsek Sekupang itu mengatakan banyak kisah dan cerita yang dilaluinya saat bertugas jadi polisi.

Kurun waktu 34 tahun lamanya meniti karir di kepolisian bukanlah waktu yang singkat bagi Sugianto hingga ia akan memasuki masa pensiun sebagai Bhayangkara. Lebih dari separuh umurnya diabdikan kepada negara dengan menjadi polisi.

Polisi lulusan Bintara tahun 1986 dengan pangkat Brigadir ini memulai tugas di Provinsi Riau kala itu Kepri masih kabupaten.

Sederet cerita suka dan duka dilaluinya dalam penugasan sebagai seorang Bhayangkara abdi negara.

AKP Sugianto, Wakapolsek Sekupang. Sugianto pernah punya andil dalam kehidupan warga suku laut di Nongsa, Batam
AKP Sugianto, Wakapolsek Sekupang. Sugianto pernah punya andil dalam kehidupan warga suku laut di Nongsa, Batam (TRIBUNBATAM.ID/ISTIMEWA)

Beberapa daerah di Kepri terkhusus di wilayah hukum Polresta Barelang pernah dirasakan Sugi dalam bertugas.

"Selama di Kepolisian, sukanya banyak, dukanya juga banyak. Pokoknya tenaga dan pikiran dicurahkan agar bagaimana melayani masyarakat," ujar Sugianto.

Sembari duduk di kantin Polsek Sekupang, Rabu (01/07/2020) siang, Sugianto menceritakan pengalamannya saat bertugas.

"Banyak sangat, sebagian saya hampir tidak ingat lagi cerita-cerita itu, tapi saya ucapkan saja apa yang saya ingat paling berkesan ya," lontar Sugi sembari mengusap keningnya.

Bahkan pandangan mata Sugi menatap ke atas, dan dengan santai di atas kursi panjang cerita Sugi berlanjut mengenang ingatannya ke masa lalu.

"Jadi, pada tahun 2000 saya penempatan tugas di Pos Polisi Polsek Kabil, kala itu Nongsa masih disebut Kabil dan Batam masih menyatu dengan Provinsi Riau.

Di ujung Kabil ada kampung Desa Airmas yang dihuni masyarakat suku laut. Jadi ada salah satu warga suku laut namanya Lena, ia pun mengajak saya ke Desa Airmas, saya pun menyaksikan aktivitas warga suku laut yang hanya tinggal di laut dan pelantar bantaran laut bahkan ada yang masih hidup diatas sampan dayung.

Saya masuk di lingkungan suku laut, mereka ini tidak punya agama, hanya punya kepercayaan tradisional. Mereka berkelompok waktu itu ada 22 Kepala Keluarga. Perlahan lahan saya mulai masuk dan menyatu dengan aktivitas mereka," ceritanya.

"Waktu itu saya ingat betul, sampai saya pernah menikahkan anak suku laut, saya ngajak kepala BAZ, Zulkarnain yang saat ini menjabat ketua Kemenag Batam.

Bahkan kapolseknya saya ajak ikut waktu ada pernikahan bagi warga suku laut. Kapolsek itu namanya Kapten Berliando, dia sampai kaget. Bisakamu bina mereka sampai mengenal pernikahan agama dan mengerti cara salat kata Kapolsek sama saya waktu itu, ucap Sugi lagi.

"Seiring berjalannya waktu saya terus berikan pemahaman. Bukan pembinaan iya, nanti saya dikira tokoh agama pula, hanya saja waktu itu saya lebih banyak menghabiskan banyak waktu bersama warga suku laut," ujar Sugi dengan nada tersenyum.

"Jadi waktu pun terus berjalan, masyarakat suku laut mulai maju. Hampir 6 tahun lebih saya bertugas di Kabil mereka mulai paham kehidupan di darat," sambungnya.

Kebiasaan pernikahan lewat agama dan mengenal salat di lingkungan tempat tinggal warga mulai tertanam.

Bahkan ada satu hal dari pengalamannya itu yang tak pernah dilupakan Sugianto. Ia sampai terkekeh sendiri mengingatnya.

"Warga suku laut waktu itu tidak ada yang sunat. Jadi pernah lah kita ada acara sunatan, sampai ada beberapa warga yang usianya sudah 40 tahun ikut sunatan," kata Sugi bercerita.

"Pastinya banyaklah kenangan yang tidak bisa saya lupakan kala itu, mulai dari mengajari mereka pernikahan lewat agama, mengajari mereka ngaji kita berikan guru ngaji dan mengajari mereka berdagang seperti hasil tangkapan ikannya dikelola dahulu sebelum dijual ke penampung," ujarnya.

"Masih ada bangunan mushala 9 x 9 meter yang saya dirikan di sana. Kalau saya ceritakan semua seakan tidak mungkin, namun memang seperti itu yang saya lalui ketika bertugas," katanya.

Bahkan sebelum menjadi polisi kala itu, tak pernah terlintas dibenaknya untuk jadi seorang abdi negara. Namun nasib berkata lain, keberuntungan berpihak padanya.

"Apa ya, memang tidak pernah bercita-cita jadi polisi, tamat sekolah dan dapat kerja saja itu sudah menjadi impian bagi saya. Saya sadar dari keluarga tidak mampu waktu itu," ujar Sugi sembari menunjukan foto kondisi rumah yang dihuni keluarganya di salah satu kampung perkebunan di Parlabian Sumatera Utara.

"Jadi menjadi polisi itu memang sebuah keberuntungan besar bagi saya, kala itu saya tahun 1984 saya tamat SMA, saya pun merantau ke Pekanbaru bekerja di PT Caltex, satu tahun bekerja di sana.

Suatu ketika saya dan teman mau salat Jumat, teman saya ini bilang ada buka penerimaan polisi dan minta saya ikut daftar. Dia beri saya semangat, saya bilang sama dia, ahk.. kamu ini mengada saja, karena saya berpikir masuk polisi itu harus punya uang banyak, sementara saya hanya orang miskin.

Namun beberapa hari kemudian, saya terpikir apa yang disampaikan teman saya, dan dengan penuh optimis akhirnya saya mendaftar dan berbuah hasil, saya dinyatakan lulus Bintara Polri 1986 di Pekanbaru," katanya.

"Bahkan saat saya lulus dan selesai pendidikan orang tua saya tidak mengetahui sama sekali. Jadi ada cuti habis pendidikan waktu itu saya pun pulang ke kampung halaman di Parlabian lalu saya sampaikan kepada mereka, bapak dan ibu.

Awal saya sampaikan mereka kaget dan tidak percaya namun saya tunjukkan dokumentasi dan seragam dinas saya," ujarnya.

Bahkan agar mendapat biaya kebutuhan sekolah polisi, Sugi pernah melakoni kenek mobil.

Pria kelahiran 19 April 1964 di Perkebuanan Parlibian ini menamatkan pendidikan di SD Parlabian 001, kemudian SMP Perisai Parlabian dan SMK STM pernah putus sekolah karena biaya, lalu pindah ke SMA Karya Parlabian.

Sugi bertugas jadi polisi sejak Juni tahun 1986, penempatan pertama tugasnya di DitIntelpam Polda Riau dari tahun 1987 sampai 1992.

Bahkan cerita pertama tugasnya, ia dihadapkan untuk melakukan pengamanan Pemilu di sebuah desa tertinggal bernama Desa Kateman di Tembilahan.

Kemudian tahun 1992 ia dipindah tugaskan ke Polsek Kepri Barat dia Sat intel hingga 1998.

Tidak lama kemudian dari tahun 1998 sampai 2000 Sugianto pun bertugas di Pudkodalops kini lebih dikenal Baops. Bertugas di Pudkodalops cerita Sugi ia kerap memulangkan TKI yang bermasalah waktu itu.

Berbagai rentetan waktu penugasan pun dilaluinya hingga tahun 2011 ia mendapat kesempatan jadi perwira ali golongan dan berpangkat Ipda.

Sejak megemban tugas jadi perwira, Sugi juga sering berpindah pindah tugas dan harus memboyong keluarga ikut pindah. 
Tat kala anak dan istri sering juga ditinggal tugas.

"2 tahun lagi saya akan pensiun, namun saya sudah cukup senang. Ada anak yang meneruskan jejak saya sebagai Polwan," ujarnya.

Tidak ingin bercerita panjang lagi, intinya dia ingin mengucapkan selamat HUT Bhayangkara Polri.

"Hal yang paling saya pegang teguh dalam menjalankan tugas adalah semangat dan gigih, saya tidak perna mengeluh dan tidak pernah menolak, jika itu perintah atasan saya selalu siap," katanya.

Tak banyak kata yang disampaikan Sugi, ia hanya berpesan bagi Bhayangkara muda tetap semangat.

"Jadi Polri adalah pengabdian, maka dedikasikan dirimu untuk pertiwi," tutup Sugi berpesan.

(Tribunbatam.id/Ichwan Nur Fadillah/bereslumbantobing)

Sumber: Tribun Batam
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved