Inilah Emiten Logam Emas Paling Prospektif pada Tahun 2020
Komoditas emas merupakan komoditas yang punya kinerja paling mentereng sepanjang semester I-2020.
TRIBUNBATAM.id, JAKARTA - Komoditas emas merupakan komoditas yang punya kinerja paling mentereng sepanjang semester I-2020.
Meski secara umum emiten dari sektor logam menjalani tahun yang penuh ketidakpastian dengan kinerja yang beragam.
Dengan adanya pandemi virus corona, komoditas logam cukup mengalami tekanan.
Namun, terdapat satu komoditas yang justru diuntungkan dengan kondisi tersebut. Lantas bagaimana dampak pergerakan harga komoditas pada tahun ini terhadap kinerja emiten sektor logam?
Lalu, emiten mana yang paling diuntungkan dari kondisi saat ini?
Analis Panin Sekuritas Juan Oktavianus mengatakan, komoditas emas merupakan komoditas yang punya kinerja paling mentereng sepanjang semester I-2020.
• Jangan Salah! Ini Perbedaan Emas Antam dan UBS, Teliti Sebelum Membeli
Hal ini tidak terlepas dari sifat emas sebagai safe haven yang menjadikannya sebagai instrumen investasi pilihan ketika ketidakpastian menyelimuti pasar.
Merujuk Bloomberg, harga emas di pasar spot pada akhir tahun kemarin berada di level US$ 1.517,27 per ons troi.
Lalu, akhir Juni kemarin, emas tercatat sudah berada di level US$ 1.780,96 per ons troi. Artinya selama satu semester kemarin, emas berhasil tumbuh 17,38%.
Juan juga menilai ketidakpastian di pasar masih akan berlanjut pada semester kedua seiring masih adanya ancaman penyebaran virus corona gelombang kedua.
Ditambah lagi, perlambatan ekonomi global juga akan semakin mengokohkan harga emas dalam tren positif.
“Dengan kondisi tersebut, tentu emiten logam emas merupakan emiten yang paling diuntungkan dengan kondisi saat ini. Sementara emiten logam industri, seperti tembaga dan nikel justru kebalikannya,” ujar Juan kepada Kontan.co.id, Jumat (3/7).
Di antara PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) dan PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA), Juan lebih menjagokan MDKA sebagai emiten yang paling diuntungkan dalam kondisi saat ini.
Sementara PT Vale Indonesia Tbk (INCO), dinilai Juan justru kurang diuntungkan dengan tengah tertekannya harga nikel saat ini.
“Dengan tren emas yang masih akan bagus, saya lebih menjagokan MDKA dibanding ANTM. Hal ini dikarenakan 60% pendapatan MDKA kan dari penjualan emas. ANTM emang ada emasnya, namun 90% merupakan penjualan pihak ketiga atau ANTM hanya memberikan cap saja, sehingga marginnya relatif kecil,” jelas Juan.