WHO Akhirnya Kirim Tim Ahli ke China, Siap Menyelidiki Asal-usul Pandemi Covid-19
Badan Kesehatan Dunia ( WHO) akhirnya bertolak ke China untuk menyelidiki asal usul pandemi virus Corona. Mereka adalah para delegasi tim ahli WHO.
TRIBUNBATAM.id, BEIJING - China merupakan negara pertama yang melaporkan penemuan kasus virus Corona atau Covid-19.
Badan Kesehatan Dunia ( WHO) akhirnya berangkat ke China untuk menyelidiki asal usul pandemi ini.
Delegasi tim ahli WHO berangkat ke China pada Jumat (9/7/2020).
Wabah virus Corona ini diyakini pertama kali muncul di pasar grosir di pusat kota Wuhan, China, pada akhir tahun lalu.
Sementara, penyebarannya diyakini berasal dari antar-spesies hewan ke manusia.
Melansir Reuters pada Jumat (10/7/2020), dua pakar WHO, spesialis kesehatan hewan dan epidemiologi, pergi ke China untuk bekerja sama dengan para ilmuwan "Negeri Panda".
• Siap Gempur China, Kapal Perang AS Unjuk Gigi di Laut China Selatan, Tiongkok Marah Besar
Juru bicara WHO Margaret Harris mengatakan, WHO dan para ilmuwan China secara bersama-sama akan menentukan ruang lingkup dan jadwal penyelidikan virus Corona.
"Mereka sudah berangkat, mereka adalah para ahli penelitian lapangan," kata Harris.
Pertemuan para perwakilan WHO ini akan melibatkan negosiasi dengan para ilmuwan China, termasuk akan membahas komposisi tim penilitian yang lebih lengkap.
"Salah satu masalah besar yang membuat semua orang tertarik, dan menjadi alasan kami mengirim ahli kesehatan hewan, adalah untuk mengetahui apakah virus Corona ditularkan melalui antar-spesies hewan ke manusia.
Dan spesies apa yang menjadi mediatornya," kata Harris.
Harris mengatakan bahwa virus Corona ada kesamaan dengan virus kelelawar, tapi masih perlu dipastikan lagi perbedaannya.
“Tetapi apakah ia melewati spesies perantara? Ini adalah pertanyaan yang kita semua harus jawab,” katanya.
Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dan Menteri Luar Negeri AS Michael Pompeo mengatakan, ada kemungkinan virus Corona berasal dari sebuah laboratorium di Wuhan.
Namun pihak pemerintah AS, tidak menunjukkan bukti untuk dugaannya.
Sementara itu, China telah dengan keras membantah dugaan pemerintah AS.
Para ilmuwan dan agen intelijen AS juga mengatakan virus Corona itu muncul secara alamiah.
"Jika ada kekeliruan (penelitian kasus virus Corona), dan kita mungkin tidak pernah tahu pasti, itu akan sangat sulit untuk mengungkapnya," kata seorang profesor di Georgetown Law di Washington DC, Lawrence Gostin.
Gostin mengatakan para peneliti mengahadapi tantangan besar dalam menyelidiki asal-usul virus Corona sebagai formula untuk menanggulangi pandeminya.
Sebab, sejak pasar Wuhan ditutup setelah ada indikasi virus baru yang sekarang dikenal dengan nama Covid-19, tidak ada catatan independen, evaluasi atau investigasi terhadap potensi zoonosis.
“Jadi, akan sangat sulit untuk merunut ke awal mula kemunculan virus dan menyatukan hasilnya,” katanya.
China Diduga Memaksa Warga Tionghoa di Amerika Serikat Untuk Pulang, Direktur FBI Melarang Tegas
Ketegangan antara China dengan Amerika Serikat ( AS) terus berlanjut.
Terbaru, pejabat China mencoba untuk memaksa warga Tionghoa di Amerika Serikat kembali ke kampung halamannya.
Semua itu diketahui oleh Direktur FBI, Christopher Wray.
Sebagaimana dilansir dari ABC News, Rabu (8/7/2020) Christopher Wray mengungkapkan tanggapannya terkait tragedi ini.
Wray meminta warga Tionghoa di AS untuk mengontak FBI jika mereka dipaksa untuk kembali ke China.
Dia menuduh China menggunakan spionase, pencurian siber, pemerasan, dan cara-cara lain sebagai bagian dari strategi untuk menggeser dominasi AS di bidang ekonomi dan teknologi di dunia.
Dia mengatakan pemimpin China, Xi Jinping, telah membuat program yang diberi nama Fox Hunt.
Program tersebut, menurut Wray, bertujuan untuk membungkam kritik terhadap kebijakan politik China dan melanggarhak asasi manusia.
Di bawah rencana itu, para mereka berusaha menekan orang-orang Tionghoa yang tinggal di luar negeri sekaligus dianggap sebagai ancaman.
Para anggota keluarga yang menolak kembali ke China telah diancam. Beberapa anggota keluarganya di China bahkan ditangkap atas tuduhan memengaruhi.
"Ratusan korban Fox Hunt yang mereka targetkan tinggal di AS. Banyak di antara mereka adalah warga negara Amerika," kata Wray.
Kedutaan Besar (Kedubes) China di AS belum mengomentari pernyataan Wray.
Sementara itu, China membantah menyerang AS dengan spionase siber.
Wray menceritakan sebuah kasus bahwa Pemerintah China mengirim seorang utusan ke AS untuk mengunjungi salah satu anggota keluarga.
Utusan itu memberikan pilihan kepada orang itu bahwa dia dapat memilih antara kembali ke China atau melakukan bunuh diri.
"Jika Anda yakin Pemerintah China menargetkan Anda, bahwa Anda adalah calon korban Fox Hunt, silakan hubungi kantor FBI terdekat," kata Wray.
Dia menambahkan bahwa 50 persen dari 5.000 kasus kontra-intelijen FBI sedang berlangsung terkait dengan China.
"Kami sekarang telah mencapai titik di mana FBI membuka kasus kontra-intelijen baru terkait China setiap 10 jam," kata Wray.
Kanada Ikut Campur Soal UU Keamanan Nasional Hong Kong, China Keluarkan Travel Warning
Kanada rupanya ikut mempermasalahkan UU Keamanan Nasional di Hong Kong yang menjadi sorotan dunia baru-baru ini.
Menanggapi tindakan tersebut, China mengeluarkan Travel Warning kepada Kanada pada Senin (6/7/2020).
Tak berhenti disitu, China dikabarkan turut mengancam hubungan bilateral dengan Kanada dapat memburuk.
Sebelumnya pada pekan lalu, Kanada menangguhkan perjanjian ekstradisi dengan Hong Kong dan menghentikan ekspor perlengkapan militer ke sana.
Senada dengan Kanada, negara-negara Barat lainnya juga kompak menyuarakan keprihatinan tentang dampak UU Keamanan Nasional di Hong Kong yang berpengaruh kepada hak-hak istimewa kota tersebut.
"China dengan keras mengecam ini dan menyatakan haknya untuk membuat tanggapan lebih lanjut." kata juru bicara Kementerian Luar Negeri China Zhao Lijian pada pertemuan rutin.
"Semua konsekuensi yang timbul darinya akan ditanggung oleh Kanada," lanjutnya dikutip dari AFP Senin (6/7/2020).
Kedutaan Besar China di Ottawa secara terpisah mengeluarkan Travel Warning, dan mendesak warganya untuk tetap berhati-hati karena "tindakan kekerasan yang sering dilakukan lembaga penegak hukum di Kanada, telah memicu banyak demonstrasi."
Sementara itu tak lama setelah UU Keamanan Nasional diberlakukan, Kanada telah memperbarui aturan perjalanan ke Hong Kong, sehingga warga Kanada dapat merasakan bagaimana hukum yang ditegakkan China ini akan berdampak ke mereka.
Hubungan antara Beijing dan Ottawa telah memburuk sejak pihak berwenang Kanada menangkap salah satu petinggi Huawei, Meng Wanzhou, pada Desember 2018.
Sebagai balasan, China kemudian menahan dua orang Kanada termasuk seorang mantan diplomat.
Baca juga: Diduga Mata-mata Curi Rahasia Negara, China Jebloskan 2 Orang Kanada ke Penjara
"Setiap upaya dalam menekan China tidak akan pernah berhasil," ujar Zhao.
Kemudian Zhao mengatakan, Kanada mengambil kebijakan yang salah terhadap China, dan dia mendesak negara pimpinan Justin Trudeau itu segera memperbaikinya.
"Berhenti mencampuri urusan Hong Kong dan urusan dalam negeri China dengan cara apa pun, untuk menghindari keretakan lebih lanjut terhdadap hubungan bilateral China-Kanada," pungkasnya.
(*)
• TEGAS, Menlu Minta China Hadirkan Warganya sebagai Saksi di Kasus Kapal Long Xing 629
• Handphone BM dari China Menyebar di Batam, Polda Kepri Sita 2.389 Unit HP Black Market
• China Gertak Amerika Serikat, Hentikan Provokasi di Laut China Selatan
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Selidiki Asal-usul Covid-19 , WHO Kirim Tim Ahli ke China".