PRAKIRAAN CUACA HARI INI
BMKG Prediksi Tinggi Gelombang 3 Wilayah Ini Mencapai 1 Meter, Kondisi Cuaca Diprakirakan Berawan
Kondisi cuaca ini disebabkan, kelembapan udara yang cenderung rendah di wilayah Kepri kurang mendukung pembentukan awan hujan.
Penulis: Endra Kaputra | Editor: Septyan Mulia Rohman
TRIBUNBATAM.id, TANJUNGPINANG - Kondisi tinggi gelombang di perairan di Tanjungpinang, Bintan dan Kabupaten Lingga diprediksi mencapai 1 meter.
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Batam Stasiun Meteorologi Hang Nadim mencatat, tinggi gelombang di Kota Batam, Kabupaten Natuna dan Kabupaten Kepulauan Anambas berpotensi mencapai 0,8 meter.
Sementara suhu udara di Provinsi Kepri, secara umum berkisar 23 sampai 33 derajat Celcius, dengan kecepatan angin rata-rata 2 sampai 25 kilometer per jam dan kelembaban udara 65 sampai 97 persen.
"Secara umum kondisi cuaca hari ini, Kamis (26/07) di Kepulauan Riau (Kepri) diprakirakan berawan, namun masih ada potensi hujan lokal dengan intensitas ringan hingga sedang pada pagi, siang, dan malam hari," ucap Kepala BMKG melalui Forecaster on duty BMKG Batam, Riza Juniarti dalam keterangan yang diterima TribunBatam.id, Kamis (16/7/2020).
Ia menyebutkan, kondisi cuaca ini disebabkan, kelembapan udara yang cenderung rendah di wilayah Kepri kurang mendukung pembentukan awan hujan.
Hujan Buatan Tahap Dua di Batam
Hujan buatan yang semula direncanakan selama satu bulan dari tanggal 11 Juni hingga 11 Juli 2020, ternyata masih akan dilanjutkan kembali.
Manajer Air Baku, Badan Fasling BP Batam, Hadjad Widagdo, mengakui, pembahasan tentang proyek hujan buatan tahap dua tengah dilakukan.
"Belum berakhir, masih akan dilanjutkan," ujar Hadjad, ditemui di lokasi Dam Duriangkang, Rabu (15/7/2020).
Rencananya, hujan buatan tahap dua akan kembali dimulai sekitar seminggu ke depan.
Namun, proyek ini tidak akan dijalankan selama sebulan, melainkan hanya 15 hari.
"Tidak sampai sebulan lah, sekitar 15 hari nanti," tegas Hadjad.
• Kondisi Lantai Masih Beralas Tanah, Prajurit KRI Yos Sudarso-353 Renovasi Sekolah di Natuna
• Penyidik Polsek Sekupang Periksa Sejumlah Saksi, Tak Ditemukan Tanda Kekerasan Pada Tubuh Baron
Proyek ini dilanjutkan demi menambah elevasi air waduk di Kota Batam, terutama waduk Duriangkang dan Mukakuning.
Sebab, ketersediaan air waduk harus tetap terjaga guna memenuhi kebutuhan masyarakat Kota Batam sampai bulan Oktober ke depan.
Namun, menurut Hadjad, hujan buatan yang telah dilakukan selama sebulan belakangan ini, membuat elevasi waduk naik cukup signifikan.
Jika diakumulasikan, kenaikan air di seluruh waduk di Kota Batam dapat mencapai 1,5 meter.
BMKG Bantah Banjir di Batam Akibat Hujan Buatan
Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Kelas I Hang Nadim Batam, Addi Setiadi, mengingatkan, terdapat potensi hujan alami di Kota Batam selama bulan Juni hingga Juli 2020 ini.
Ia memprediksi, dari tanggal 21 hingga 30 Juni dan 1 hingga 10 Juli 2020, terdapat potensi hujan yang sangat memungkinkan.
Akan tetapi hujan tersebut bersifat lokal, tidak pasti di daerah waduk.
Oleh karena itu, diperlukan Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) yang mampu mempercepat turunnya hujan di daerah tangkapan air serta tampungan waduk.
"Kalau kami perhatikan, volume air waduk pernah minus. Ini mau ditambah lagi, maka dilakukanlah TMC," ujar Addi, Rabu (24/6/2020).
Potensi hujan di beberapa bulan belakangan ini memang dapat muncul meski disemai atau pun tidak.
Addi mencontohkan, beberapa hari lalu turun hujan di wilayah bagian utara Kota Batam, yang sempat menyebabkan banjir.
Sesungguhnya, awan hujan di daerah utara Kota Batam tempo lalu itu tidak disemai oleh Tim TMC.
Daerah tersebut juga bukan merupakan target penyemaian.
"Itu karena faktor meteorologi fenomena regional adanya belokan angin ditambah konvergensi, itulah yang memunculkan terjadinya awan efektif," sebutnya.
• Jelang MotoGP Spanyol, Vinales Catat Waktu Tercepat Test Jerez, Maruqez 3, Valentino Rossi 16
• Apa Kesamaan Cadas Temuan Peneliti di Sejumlah Gua? Jawaban Soal SMP Kamis 16 Juli 2020 di TVRI
Atas penjelasan ini, Addi berharap kesimpulan yang beredar di tengah masyarakat tentang hujan buatan menjadi penyebab utama banjir dapat diluruskan.
Menurutnya, banjir yang terjadi merupakan konsekuensi fenomena regional dari kondisi metereologi yang diterangkan tersebut.
"Ini murni fenomena regional," ujar Addi. Koordinator lapangan Tim TMC, Sutrisno juga menekankan bahwa hujan dapat terjadi kapan saja, baik disemai maupun tidak.
Dalam hal ini, Tim TMC hanya berfokus pada potensi awan di atas sasaran waduk-waduk utama yakni dam Duriangkang dan Mukakuning.
"Teori kami adalah, kami menyemai awan yang berpotensi jatuh di daerah tangkapan air waduk dengan mempertimbangkan lokasi awan dan arah angin," ujar Sutrisno.
Hujan yang turun dapat saja melenceng dari daerah target oleh karena berbagai faktor. Namun pihak TMC sendiri tidak teralu mengamati melenceng atau tidaknya hujan akibat penyemaian awan tersebut.
Teknologi TMC
Hujan buatan di Kota Batam, Provinsi Kepri menjadi sorotan.
Sejumlah warga menyoroti pelaksanaan hujan buatan ini, termasuk alasan mengapa tidak dilaksanakan saat musim kemarau kemarin.
Menjawab pertanyaan masyarakat, Koordinator lapangan Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC), Sutrisno angkat bicara.
Ia menjelaskan teknologi ini bernama Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) ini berfungsi untuk mempercepat turunnya hujan dari awan yang disemai, serta meningkatkan curah hujannya.
Oleh karena itu, tim TMC tidak dapat serta merta memunculkan hujan tanpa adanya bantuan awan.
• Bantuan Sembako Pemko Batam Disorot, Dinsospenmas Ajukan Audit Kewajaran Harga ke BPKP
• Idul Adha 2020 - Bacaan Niat Puasa Tarwiyah dan Puasa Arafah, Memiliki Banyak Keutamaan
Keberadaan awan dengan potensi hujan adalah salah satu faktor terpenting keberhasilan TMC.
Awan-awan tersebut selanjutnya akan disemai dengan menggunakan bahan semai berupa flare yang ditembakkan dari pesawat Piper Cheyenne.
Berkat adanya bahan semai tersebut, awan akan mempercepat turunnya hujan dengan curah yang cukup tinggi.
"Kenapa tidak dilakukan di musim kemarau? Karena kondisi cuacanya tidak mendukung potensi awan hujan," ujar Sutrisno, Rabu (24/6/2020).
Awan di musim kemarau dirasa kurang potensial untuk disemai.
Walaupun sebenarnya TMC dapat diterapkan pada musim kemarau dengan dukungan awan yang sesuai kriteria, hasil curah hujannya tidak akan maksimal.
Sementara itu, tujuan diterapkannya TMC di Kota Batam tak lain adalah untuk menambah ketersediaan air baku di waduk-waduk, guna mencegah potensi krisis air di musim kemarau.
Sehingga, masa musim penghujan di bulan Juni 2020 ini dinilai sebagai opsi terbaik.
"Kami perhatikan pertimbangan ekonomi juga. Sebab, teknologi ini cukup mahal, sehingga diharapkan hasilnya maksimal," tambah Sutrisno.
Dalam operasinya, Tim TMC senantiasa berkoordinasi dengan BMKG dan BP Batam. Teknologi ini telah diterapkan selama 13 hari dari total masa waktu 30 hari lamanya.
Penjelasan BMKG
Sejumlah masyarakat Kota Batam masih sulit membedakan mana hujan buatan dan hujan alami.
Memang, curah hujan di Kota Batam cenderung meningkat. Kondisi serupa diketahui juga terjadi di Singapura.
"Hari ini ada berita kalau hujan ini adalah hujan buatan BP Batam. Bingung juga kita. Kalau hujan buatan, kenapa di Tanjungpinang, Medan, Karimun dan beberapa lainnya ada hujan. Hebat dong BP Batam atas hujan ini," ujar seorang warga Batam, Mangatur Simbolon, Selasa (23/6/2020) siang.
Mereka pun masih meragukan kebenaran informasi itu. Warga itu mengatakan, lebih masuk akal jika musim kemarau lalu tiba-tiba ada hujan.
"Tapi sebulan terakhir memang hujan deras kan mengguyur kota ini khususnya pagi hari," timpal Hotman warga lain yang kebetulan bersamaan duduk saat dimintai tanggapan Tribun.
• Diperas Aparat Penegak Hukum, 64 Kepala Sekolah Ramai-ramai Mengundurkan Diri
• Jelang MotoGP Spanyol, Vinales Catat Waktu Tercepat Test Jerez, Maruqez 3, Valentino Rossi 16
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) pun angkat bicara soal hujan buatan ini.
Kepala Seksi (Kasi) Data dan Informasi BMKG Stasiun Meteorologi Kelas l Hang Nadim Batam Suratman menjelaskan, hujan dibuat dengan proses fisika.
Hujan buatan ini dibuat oleh manusia dengan teknik menambahkan curah hujan.
Cara membuat hujan ini adalah dengan penyemaian awan atau yang dikenal dengan cloud seeding.
Cloud seeding ini membuat awan menggumpal dan di semai sehingga akan memberikan efek berupa turun hujan.
"Misalnya, di atas langit permukaan Dam Duriankang ada gumpalan awan rendah. Nah, pada kondisi ini disuntikan suatu zat. Sehingga, awan itu turun menjadi cairan air yang disebut hujan. Dan kondisi ini pun, efektif hanya satu jam saja. Nah untuk awan yang tinggi dipakai cairan garam. Jadi hujan buatan bukan seluruh Batam ini hujannya. Tapi ada titik tertentu saja yang awannya lebih banyak," jelas Suratman.
Ia mengatakan, Juni ini memang curah hujan cukup tinggi di Kepri. Sebab kata dia, penyebabnya ada pergeseran cuaca.
Puncak hujan sedianya adalah Mei lalu. "Tapi bergeser ke Juni ini. Hari ini (Selasa) arah angin dominan dari Selatan dan Barat daya ke Utara. Kecepatan angin antara 5-30 km/jam.Temperatur 23-30 derajat, masih kondusif bagi dunia penerbangan," terangnya.(TribunBatam.id/Endra Kaputra/Hening Sekar Utami/Leo Halawa)