Kisah Pilu Dea, Satu Keluarganya Meninggal Akibat Corona, Sebut Dampak Covid-19 Nyata dan Bahaya

Dea Winnie Pertiwi, warga asal Surabaya ini membeberkan cerita bagaimana dirinya kehilangan satu persatu keluarganya karena corona

YouTube Najwa Shihab/Tangkapan Layar
Dea anggota satu keluarga meninggal akibat Covid-19 di Surabaya saat berbincang dengan Najwa Shihab. 

TRIBUNBATAM.id, SURABAYA - Pandemi virus Corona membawa berbagai cerita suka duka.

Baik masyarakat yang terdampak dari sisi kesehatan maupun yang tidak.

Seperti yang terjadi di Surabaya, Jawa Timur ini.

Kisah pilu satu keluarga meninggal karena virus Corona terjadi di Surabaya.

Dea Winnie Pertiwi, warga asal Surabaya ini membeberkan cerita bagaimana dirinya kehilangan satu persatu keluarganya.

Dea mengatakan, Covid-19 ini menginfeksi seluruh keluarganya yang tinggal seatap.

YouTube Najwa Shihab/Tangkapan Layar
YouTube Najwa Shihab/Tangkapan Layar ((YouTube Najwa Shihab/Tangkapan Layar))

Hingga akhirnya, ia kehilangan orang tua, kakak kandung, dan keponakan yang masih dalam kandungan.

Menurutnya, virus itu pertama kali menular dari kakak iparnya.

Kala itu, sang kaka ipar tengah mengantar istrinya (kakak kandung Dea) yang tengah hamil ke rumah sakit untuk mengontrol kandungannya.

"Pertengahan bulan Mei, kakak ku kontrol kandungan ke rumah sakit."

"Setelah itu baru kaka ipar sakit jadi menulari satu rumah," ungkap Dea, yang dikutip Tribunnews dari Kanal Youtube Najwa Shihab.

Dea menjelaskan, saat kakak iparnya sakit, keluarganya tidak mengira kalau terkena Covid-19.

Pasalnya, hasil rapid tes sang kakak ipar, menunjukan non-reaktif terhadap virus corona.

Kendati demikian, kakak ipar Dea bisa melewati sakitnya melawan virus corona dan dinyatakan sembuh.

Namun, virus itu justru menulari istrinya, yang sedang hamil delapan bulan.

Kala itu, Dea menuturkan, sang kakak sempat dua kali bolak-balik ke UGD di rumah sakit.

Karena kondisinya masih bisa berjalan, akhirnya pihak rumah sakit menyuruh sang kakak untuk rawat jalan.

Tetapi, setelah dirawat dirumah, kondisi kakak Dea malah memburuk dan kesulitan bernafas.

Petugas memakamkan jenazah kasus COVID-19 di TPU Pondok Ranggon, Jakarta, Minggu (26/4/2020). Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengatakan, selama penerapan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) sejak 10-23 April, tren pemakaman yang menggunakan prosedur tetap (protap) COVID-19 cenderung menurun, di mana sebelumnya mencapai 50 orang yang meninggal per hari kini 40-30 orang per hari. (ANTARA FOTO/MUHAMMAD ADIMAJA)
Petugas memakamkan jenazah kasus COVID-19 di TPU Pondok Ranggon, Jakarta, Minggu (26/4/2020). Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengatakan, selama penerapan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) sejak 10-23 April, tren pemakaman yang menggunakan prosedur tetap (protap) COVID-19 cenderung menurun, di mana sebelumnya mencapai 50 orang yang meninggal per hari kini 40-30 orang per hari. (ANTARA FOTO/MUHAMMAD ADIMAJA) (kompas.com)

"Tanggal 26 Mei minta dilarikan ke rumah sakit karena kesulitan bernafas."

"Saat itu satu rumah lagi sakit, selang dua hari mamah ngga kuat minta ke rumah sakit juga," papar Dea.

Setelah sang ibunda dibawa ke rumah sakit, Dea menjelaskan, kondisi ayahnya pun memburuk dan harus dilarikan ke rumah sakit.

Akhirnya, ayah dan ibunya dirawat bersama dalam satu ruang isolasi.

Setelah keluarganya di rumah sakit karena virus corona.

Satu persatu dari mereka pun meregang nyawa.

Dea menceritakan, orang pertama dari keluarganya yang meninggal ialah sang keponakan, yang ada di dalam kandungan sang kakak.

Setelah itu, disusul ayahnya, lalu kakaknya yang sedang mengandung, dan terakhir ibundanya.

"Kakak meninggal dengan jarak 3 hari mama meninggal."

"Mamah saat itu kasih tau papah meninggal, tapi sampai mama meninggal, mamah nggak tau kaka juga meninggal," ungkap Dea.

Pesan Dea untuk masyarakat Indonesia

Lebih lanjut, Dea memberikan pesan kepada masyarakat yang kerap meremehkan virus corona.

Menurutnya, keluarganya bisa dikatakan taat pada protokol kesehatan.

Terlebih, sang ayah yang kerap melarang bila Dea mengajak ibu dan kakaknya keluar rumah.

Namun, mereka yang taat saja bisa terkena corona, apalagi masyarakat yang tidak patuh pada protokol kesehatan.

"Karena mereka belum merasa kehilangan orang terdekat bagaimana sedihnya."

"Beda cerita kalau merasakan keluarga dan dirinya sendiri kena, bakal percaya virus tidak bisa dianggap remeh, memang nyata dan berbahaya," ungkap Dea.

Terakhir, Dea pun membeberkan dirinya juga terkena Covid-19.

Namun, Dea bisa melawan virus tersebut hingga dirinya bisa beraktivitas kembali seperti semula.

(Tribunnews.com/Maliana)

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Kisah Pilu Satu Keluarga Meninggal karena Corona, Ungkap Dampak Covid-19 Nyata & Benar-benar Bahaya

Sumber: Tribunnews
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved