Dituding Inggris Soal Pelanggaran HAM Berat di Xinjiang, China Sebut Semuanya Hanya Rumor
Inggris menuding China telah melakukan kasus pelanggaran HAM berat dan mengerikan terhadap etnis Uighur di Xinjiang. China akhirnya angkat bicara.
TRIBUNBATAM.id, BEIJING - Inggris menuding China telah melakukan kasus pelanggaran HAM berat dan mengerikan terhadap etnis Uighur di Xinjiang.
Semua itu disampaikan langsung oleh Menteri Luar Negeri Inggris, menyinggung soal etnis dan agama minoritas di barat laut wilayah Xinjiang, China.
Menanggapi tudingan ini, China akhirnya angkat bicara pada Senin (20/7/2020) kemarin.
Para kelompok Hak Asasi Manusia dan para pakar memperkirakan, lebih dari 1 juta etnis Uighur dan minoritas Muslim lainnya dikurung dalam kamp-kamp khusus.
China menyebut itu adalah fasilitas pelatihan kerja dan untuk menjauhkan orang-orang tersebut dari ekstremisme.
Akan tetapi Menlu Inggris Dominic Raab pada Minggu (19/7/2020) berkata ke BBC, "Jelas ada pelanggaran HAM berat, mengerikan yang terjadi... itu sangat, sangat meresahkan."
• Dirawat Sampai 130 Hari, Pasien Covid-19 Terlama di Inggris Akhirnya Sembuh
Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Wang Wenbin kemudian menganggap komentar itu "tidak lain hanya rumor dan fitnah."
"Masalah Xinjiang sama sekali bukan tentang hak asasi manusia, agama, atau kelompok etnis, tetapi tentang memerangi kekerasan, terorisme, dan separatisme," ucapnya pada wartawan dalam jumpa pers pada Senin, sebagaimana dikutip dari AFP.
Raab mengatakan, laporan adanya sterilisasi paksa dan penahanan massal di Xinjiang membutuhkan perhatian dunia, Inggris pun "tidak dapat melihat perilaku seperti itu dan tak dapat mengabaikannya."
Namun Wang membantah tudingan itu, dengan berujar bahwa laporan tentang sterilisasi paksa adalah "omong kosong", dan populasi Uighur disebutnya meningkat dua kali lipat dalam 40 tahun terakhir.
Orang-orang Uighur yang diasingkan, bulan ini menyerukan Pengadilan Kriminal Internasional di Den Haag untuk menyelidiki China atas kasus genosida dan kejahatan kemanusiaan.
Mereka juga mengajukan sebuah dokumen besar yang menuduh "Negeri Panda" telah melakukan pelanggaran HAM, termasuk mensterilkan perempuan secara paksa.
London dan Beijing terus bersitegang belakangan ini karena sejumlah isu.
Inggris baru saja tunduk pada tekanan intens dari Amerika Serikat (AS), dan memerintahkan pemblokiran Huawei serta jaringan 5G-nya.
Menanggapi hal itu, Beijing memperingatkan akan ada balasan.