Tingkatkan Pertahanan Diri Melawan Korut, Korsel Luncurkan Satelit Militer Pertama

Demi meningkatkan kemampuan mempertahankan diri melawan Korea Utara yang bersenjata nuklir, Korea Selatan meluncurkan satelit militer pertama SpaceX.

AP
Ilustrasi Roket - Jaga-jaga perang lawan Korea Utara, Korea Selatan luncurkan satelit militer pertama. 

TRIBUNBATAM.id, SEOUL - Demi meningkatkan kemampuan mempertahankan diri melawan Korea Utara yang bersenjata nuklir, Korea Selatan meluncurkan satelit militer pertamanya.

Satelit militer tersebut diberi nama dengan SpaceX.

Pada Selasa (21/7/2020), Seoul mengumumkan dalam rangka memperlihatkan upaya mereka untuk membangun kekuatan pertahanannya, peluncuran tersebut dilakukan.

Satelit ANASIS-II ini ditujukan untuk meningatkan kemampuan Korsel mempertahankan diri melawan Korea Utara yang bersenjata nuklir.

Dilansir dari AFP, roket Falcon 9 yang membawa satelit meluncur dari Stasiun Angkatan Udara Cape Canaveral di Florida, Amerika Serikat (AS).

Hal tersebut diungkapkan oleh Administrasi Program Akuisisi Pertahanan Seoul (DAPA).

Korea Utara Salahkan Komentar Amerika Serikat Soal Laut China Selatan, Gabung ke Kubu China?

SpaceX kemudian mengonfirmasi satelit itu mengudara sekitar 32 menit setelah lepas landas, pada Senin sore waktu setempat.

DAPA melanjutkan, peluncuran itu menjadikan Korea Selatan negara ke-10 di dunia yang memiliki satelit komunikasi khusus militer.

Dikatakannya, satelit ini akan memfasilitasi "komunikasi militer yang permanen dan aman".

Satelit diperkirakan akan mengorbit 36.000 kilometer (km) dalam 2 minggu.

Militer Korsel kemudian bakal mengambil alih pengendaliannya pada Oktober setelah pengujian.

Seoul hendak meningkatkan kemampuan militernya, untuk mendesak berakhirnya aturan komandan AS memiliki wewenang atas pasukan gabungan mereka, apabila terjadi perang.

Seorang pejabat di Kementerian Pertahanan Korsel mengatakan ke kantor berita Yonhap, satelit itu "diharapkan meningkatkan kemampuan operasional militer Korsel yang independen".

Seoul dan Washington adalah sekutu di bidang keamanan, dan AS menempatkan 28.500 tentaranya di "Negeri Ginseng".

Akan tetapi hubungan mereka retak dalam beberapa tahun terakhr, yang dipicu perbedaan pendapat dalam pendekatan ke Pyongyang dan tanggung jawab pambagian biaya.

Perkuat Posisinya di Korea Utara, Kim Yo Jong Dianggap Sebagai 'Orang Nomor 2' Setelah Kim Jong Un

Kim Yo Jong dikabarkan bergabung menjadi anggota penuh politbiro Korea Utara baru-baru ini.

Adik Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un itu kerap disorot karena terus memperkuat posisinya.

Bahkan pengangkatan Kim Yo Jong ini dianggap sebagai caranya untuk menjadi orang nomor dua di Korea Utara.

Seorang sumber yang meminta identitasnya dirahasiakan mengatakan kepada Daily NK bahwa Kim Yo Jong menghadiri pertemuan politbiro pada 2 Juli sebagai anggota penuh.

“Meski saat ini tidak ada cara untuk mengetahui secara pasti kapan ia menjadi anggota penuh politbiro, sebagian besar pejabat dalam pertemuan itu menyadari fakta ini pada saat rapat,” ujar sumber tersebut sebagaimana dilansir dari Daily NK, Senin (13/7/2020).

Lebih lanjut, sumber tersebut mengatakan, papan nama di atas meja Kim Yo Jong bertuliskan “Kamerad Kim Yo Jong, Anggota Politbiro Komite Sentral”.

Berdasarkan sebuah laporan, Kim Yo Jong menjadi anggota penuh politbiro Korea Utara kurang dari tiga bulan sejak 11 April.

“Para kader mengatakan Kim Yo Jong menjadi anggota penuh politbiro partai karena pekerjaannya membangkitkan permusuhan kepada musuh dan mengeluarkan pernyataan keras terhadap mereka,” kata sumber tersebut.

Corong media resmi Korea Utara, KCNA, melaporkan, Rapat Pleno Politbiro ke-14 dihelat di kantor pusat Komite Sentral Partai Buruh pada 2 Juli.

Pada rapat tersebut, Kim Yo Jong terlihat duduk di barisan depan, kedua dari kanan. Dia memandang ke arah podium.

Dia duduk diapit oleh Kepala Departemen Organisasi dan Bimbingan (OGD) Jo Yong Won di sebelah kanan dan Kepala Departemen Keamanan Negara (MSS), Jong Kyong-thaek, di sebelah kirinya.

Dalam tradisi rapat politbiro Korea Utara, para penanggung jawab atas hal-hal yang dibahas dalam rapat duduk di ujung kanan di baris depan.

Pertemuan politbiro tersebut membahas kegagalan Kementerian Keamanan Negara dalam memberantas kegiatan ilegal, termasuk penyelundupan, di wilayah perbatasan Sino-Korea Utara.

Kegagalan tersebut juga telah membuat Korea Utara kesulitan mencegah penyebaran Covid-19 di negara tersebut.

Selama pertemuan, disebutkan bahwa penyakit itu dapat menyebar ke Korea Utara melalui penyeberangan perbatasan ilegal dan kegiatan penyelundupan.

“MMS harus bertanggung jawab untuk mencegah hal ini terjadi," kata sumber tersebut kepada Daily NK.

Dalam pertemuan tersebut, perintah atas nama Kim Jong Un akan dijatuhkan kepada penjaga perbatasan yang tertangkap dan terlibat dalam kegiatan ilegal di perbatasan.

Mereka akan diberhentikan dengan tidak hormat.

Trump Ungkap Ingin Bertemu Kim Jong Un, Korea Selatan Mendukung, Korea Utara Merasa Tak Butuh

Donald Trump dikabarkan ingin bertemu dengan Pemimpin Korea Utara, Kim Jong Un.

Keinginan Presiden Amerika Serikat ( AS) itu disampaikan lewat eks Penasihat Keamanan Nasional AS, John Bolton, Kamis (2/7/2020).

Menanggapi hal ini, Korea Utara menyatakan, mereka "merasa tidak butuh" untuk melanjutkan pembicaraan dengan Amerika Serikat.

Wakil Menteri Luar Negeri Korea Utara, Choe Son Hui menyampaikan itu setelah tetangga, Korea Selatan (Korsel), menyerukan adanya pertemuan tingkat tinggi lain dengan Pyongyang.

John Bolton juga mengungkapkan kepada media setempat bahwa Trump ingin melakukan pertemuan dengan pemimpin negara komunis itu pada Oktober.

Presiden Korea Selatan, Moon Jae-in mendukung terealisasinya pertemuan kedua kepala negara yang telah lama ia harapkan.

Moon mengatakan bahwa Korea Selatan akan melakukan "upaya terbaik" untuk membantu mewujudkannya.

Tetapi Choe mengatakan bahwa Pyongyang "tidak merasa perlu duduk berhadapan dengan AS", yang mana pernyataan itu disiarkan oleh Kantor Berita Pusat Korea Utara, atau KCNA.

Sang wakil menteri luar negeri itu menyebut bahwa AS adalah "pemimpi" yang berharap untuk "kejutan Oktober".

"AS keliru jika berpikir hal-hal seperti negosiasi masih akan berhasil pada kita," kata Choe.

Ia menyampaikan secara resmi atas nama negara bahwa Washington "menganggap dialog DPRK (Rakyat Demokratik Rakyat Korea)-AS tak lebih dari alat untuk mengatasi krisis politiknya".

Melansir dari AFP (4/7/2020), Bolton dilaporkan mengatakan Trump akan bertemu dengan Kim jika itu akan membantu peluang pemilihan Trump kembali.

Sementara, Korea Utara "sudah menyusun jadwal strategis yang terperinci" untuk menangani "ancaman jangka panjang" dari Washington, kata Choe.

Pembicaraan tentang persenjataan nuklir Pyongyang telah mandek sejak pertemuan puncak Hanoi antara Trump dan Kim runtuh, pada awal 2019.

Laporan terbaru mengatakan, Wakil Menteri Luar Negeri AS, Stephen Biegun akan mengunjungi Seoul pekan depan untuk membahas pembicaraan dengan Pyongyang, meskipun Korsel belum mengonfirmasi pertemuan itu.

Juni, Pyongyang mengeluarkan serangkaian kecaman pedas terhadap Korea Selatan atas selebaran anti-Pyonyang yang dikirim para pembelot di perbatasan kedua negara.

Selebaran itu biasanya dikirim dengan dilekatkan pada balon atau dimasukan ke dalam botol dan diapungkan ke sungai.

Serangan para pembelot telah meningkatkan ketegangan kedua negara yang mendorong Korea Utara meledakkan kantor penghubung Kaesong, dan mengancam mengerahkan militer.

Namun, pekan lalu dikatakan mereka telah menangguhkan rencana-rencana itu yang dapat menekan ketegangan.

Pernyataan Choe muncul sehari setelah Cheong Wa Dae atau Gedung Biru, sebutan kantor kepresidenan Korsel, mengumumkan kepala intelijen sudah ditunjuk.

Dia adalah Park Jie-won, mantan politisi yang memainkan peranan penting dalam mengatur KTT Antar-korea pertama pada 2000-an silam.

Langkah ini secara luas dilihat sebagai tekad Moon untuk mempertahankan kebijakan pro-keterlibatan, meskipun Korea Utara mengabaikan moratorium uji coba nuklir dan rudal.

(*)

Perkuat Posisinya di Korea Utara, Kim Yo Jong Dianggap Sebagai Orang Nomor 2 Setelah Kim Jong Un

Kim Yo Jong Sebut Korea Utara Belum Berhenti Buat Senjata Nuklir, Adik Kim Jong Un Beri Peringatan

Kim Jong Un Klaim Sukses Besar Tangani Covid-19, Tak Laporkan Penemuan Kasus di Korea Utara

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Jaga-jaga Perang Lawan Korut, Korsel Luncurkan Satelit Militer Pertama".

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved