HUMAN INTEREST

PROFIL Gubernur Kepri Isdianto, dari Torehan Getah hingga Ikatan Sapu Lidi

Isdianto resmi menjabat Gubernur Kepri, simak jejak kehidupan adik kandung Almarhum Muhammad Sani ini sejak kecil hingga jadi orang nomor 1 di Kepri.

ist
Isdianto dilantik menjadi Gubernur Kepulauan Riau 

TRIBUNBATAM.id, BATAM - Pukulan kentong tanda azan subuh berbunyi bertalu-talu.

Lelaki kecil itu mulai menggeliat di atas tikar pandan. Ada rasa enggan untuk bangun di tengah dinginnya subuh.

Sebentar lagi, Subakir atau Tumirah, orangtua bocah itu pasti akan membangunkannya.
Bagi Subakir dan Tumirah, aktivitas memang dimulai sejak subuh.

Semua anak-anaknya, harus ikut membantu aktivitas keluarga. Dalam istilah sekarang, membantu keluarga mencari uang.

Isdianto, lelaki kecil tersebut langsung menghilangkan rasa enggan. Meskipun kadang masih mengantuk, dia bergegas bangkit. Bersiap untuk Salat Subuh di ruang yang disebut kamar itu.

Selesai memohon kepada Yang Maha Kuasa, Isdianto pun mengambil perlengkapan paginya.

Belum perlengkapan untuk ke sekolah. Tetapi perlengkapan untuk menoreh getah. Seperti abangnya H Muhammad Sani (almarhum) Isdianto juga harus membantu orangtuanya memotong karet.

SISWA Batam Belajar Daring, Kini Guru Jadi Youtuber Orangtua Jadi Guru

Kisah memotong karet ini menjadi penggalan kisah yang selalu disampaikan Isdianto saat berkunjung ke sekolah-sekolah di Kepri.

Suami Hj Meri Isdianto ini menyampaikan kepada anak-anak Kepri bahwa kesungguhan akan membawa pada keberhasilan.

"Anak-anak merupakan harapan kita semua dalam menyongsong hari esok yang harus lebih baik daripada hari ini. Mereka harus sukses dan lebih senang daripada kita, sebagai orangtuanya," kata Isidanto suatu kali.

Menurut Isdianto, getah yang dipotong itu pun bukan milik keluarganya. Ayahnya Subakir, kerjanya 'motong getah' di kebun orang.

Selesai memotong getah, barulah Isdianto berangkat ke sekolah. Berjalan kaki. Tanpa pernah menghitung berapa kilometer dia melangkah pulang dan pergi.

Memotong getah dan bersekolah adalah hal rutin yang dilakukan Isdianto setiap hari.

Tanpa pernah menanam mimpi besar tentang masa depan.

Seperti yang diamanahkan tepat pada hari ini, Senin (27/7/2020), Isdianto dilantik secara resmi menjadi Gubernur Kepri setelah beberapa hampir satu tahun menjadi Pelaksana Tugas Guburenur.

Aktivitas Isdianto kemudian berubah.

Setelah selesai sekolah dasar, Isdianto melangkah ke Kijang. Dia sekolah di SMP PGRI Kijang.

Tak tamat memang. Hanya sampai kelas 2. Isdianto kemudian ke Pekanbaru.

Tamat SD, Isdianto yang mulai beranjak remaja melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 3 Pekanbaru. Isdianto kemudian melanjutkan pendidikan di SMPP 49 Pekanbaru.

Tunak belajar dan memegang teguh pesan kedua orangtua untuk selalu menjalankan perintah agama.

Setamat SMA, Isdianto mengikuti jejak almarhum H Muhammad Sani, abang kandungnya, masuk ke Akademi Pemerintahan Dalam Negeri (APDN).

Jejak-jejak keberuntungan M Sani seakan diulangi oleh Isdianto.

Isdianto, seperti juga Sani, langsung mengabdi di Kepri.

Jika Sani menjadi staf di Kantor Camat Kijang, Isdianto menjadi staf di Kantor Pembangunan Desa Kabupaten Kepulauan Riau pada 1983-1991.

Langkah karir Isdianto pun berputar-putar di Provinsi Kepulauan Riau sampai hari ini.

Menjadi Lurah, Camat, pernah dilakoni Isdianto.

Sebagaimana jejak “Untung Sabut”, gelar yang melekat pada H Muhammad Sani yang kemudian menjadi judul buku biografi Sani.

Idiom untung sabut ini, dalam Bahasa Melayu, adalah sabut yang akan tetap mengapung, bagaimanapun ditenggelamkan atau ombak mengayunkannya.

Hampir persis. Karier Isdianto sebagai birokrat terus menanjak.

Ayah tiga anak ini pun seperti menjadi kisah untung sabut episode lain.

Ada keberuntungan yang juga menyertai. 21 bulan setelah kakak kandungnya berpulang ke Rahmatullah.

Isdianto mendapat amanah sebagai Wakil Gubernur Kepri. Pada 11 Juli 2019, amanah untuk Isdianto terus membesar. Dia diamanahkan sebagai Pelaksana Tugas Gubernur Kepri.

Dalam perjumpaan silaturahmi dengan masyarakat, istilah-istilah dalam pohon kelapa sering diungkapkannya dengan canda.

Kalau almarhum H Muhammad Sani, kata Isdianto, adalah sabut kelapa, maka Isdianto selalu dengan lidi kelapa.

Di sini, persatuan dan kebersamaan yang ditekankan Isdianto.

Dengan bersama, semua akan bisa.

Dengan bersatu pembangunan bisa diteruskan untuk Kepri semakin maju. Konsep bersatu ini diilustrasikan Isdianto dengan sapu lidi.

Jika seribu batang lidi diikat dalam kesatuan, kata Isdianto, dia akan menjadi kuat dan mampu menyelesaikan berbagai persoalan.

“Makanya saya selalu ajak semua untuk bersatu dan bersatu. Semuanya untuk kemajuan negeri ini,” kata Isdianto dalam banyak kesempatan.

Tentang memperkuat persatuan memang selalu disenandungkan Isdianto.

Apalagi Kepri seperti miniatur Indonesia yang semua suku bangsa dan agama ada di Negeri Segantang Lada ini.

Walaupun banyak keberagamaan, semuanya tetap menjunjung kebersamaan.

Ajakan kebersamaan ini yang membuat masyarakat terus bersatu dalam keberagaman di Kepri. Isdianto pun sering menyenandungkan silaturahmi yang terus diperkuat. Sehingga saling akrab satu dan lainnya.

“Apalagi silaturahmi dari hati, bukan sekadar ucapan tanpa aksi nyata,” kata Isdianto.

Senandung silaturahmi seperti yang didendangkan H Muhammad Sani ikut dilantunkan Isdianto.

Dalam senandung itu, Isdianto pun seakan menyambungkan lagi janji H Muhammad Sani yang pernah tersampaikan.

Dia tahu banyak mimpi dan keinginan abang kandungnya itu untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat disampaikan.

Memakai istilah yang dipakai Sani, Isdianto berkata, “kalau tak penuh ke atas, akan penuh ke bawah.”

Isdianto seakan bertekad untuk meneruskan mimpi-mimpi H Muhammad Sani untuk menjayakan Kepri.

Apalagi kini amanah itu semakin besar.

“Saya tak akan berhasil kalau sendiri. Perlu dukungan dan kebersamaan semua pihak di Kepri,” kata Isdianto. (*)

Sumber: Tribun Batam
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved