BATAM TERKINI

MESKI Singapura Resesi, BI Yakin Pertumbuhan Ekonomi Kepri Kuartal 3 dan 4 Membaik, Ini Alasannya

Bank Indonesia perwakilan Kepri yakin meski Singapura sedang resesi, pertumbuhan ekonomi di Kepri kuartal 3 dan 4 akan membaik. Ini alasannya.

whereis
Ilustrasi. Bank Indonesia perwakilan Kepri yakin meski Singapura sedang resesi, pertumbuhan ekonomi di Kepri kuartal 3 dan 4 akan membaik. 

Editor : Tri Indaryani

TRIBUNBATAM.id, BATAM - Pandemi virus corona telah memukul sektor perekonomian. Dampaknya ialah melemahnya pertumbuhan ekonomi masyarakat mendunia. 

Tak hanya itu, dunia sempat digegerkan dengan adanya kabar bahwa negara Singapura mengalami resesi ekonomi.

Kabar tersebut lantas mendapat perhatian dari seluruh penjuru dunia.

Salah satunya ialah provinsi Kepulauan Riau. Secara letak geografis, Provinsi tersebut berbatasan langsung dengan negara Singapura.

Oleh karenanya, aktivitas perdagangan seperti ekspor dan impor diprediksi akan mengalami gangguan.

Menanggapi hal tersebut, Sri Langgeng Ratna Sari selaku Sekertaris Ikatan Sarjana Ekonomi kota Batam mengatakan bahwa terdapat beberapa upaya yang dapat dijadikan solusi untuk provinsi Kepri dalam menanggapi kabar tersebut.

BP Batam Pastikan Tak Beri Bantuan Hukum Oknum Pegawai Pemalsu Faktur UWT

SAAT Pandemi, Jumlah Hewan Kurban di Kavling Bukit Makmur Batam Justru Lebih Banyak 

"Kita harus mencari tujuan ekspor lain, dan juga memprioritaskan penggunaan produk lokal kota Batam atau provinsi Kepri sendiri agar perekonomian dapat berputar di tengah pandemi," ucapnya.

Selain itu, dikatakannya bahwa faktor kesehatan juga dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi setempat.

Sebab, hal tersebut akan berpengaruh terhadap kepercayaan investor untuk melakukan investasi disuatu daerah.

"Kalau angka kasus positifnya tinggi, tentu investor akan takut," ucapnya.

Di kesempatan yang sama, Musni Hardi K Atmaja selaku Kepala Kantor BI Perwakilan Kepri mengatakan bahwa perekonomian provinsi kepri pada triwulan pertama di tahun 2020 tumbuh sekitar 2,06 persen.

Yang dimana angka tersebut jauh lebih rendah dibandingkan Quartal 4 di tahun 2019 yaitu 5,21 persen. 

"Faktor yang menyebabkan  adalah dampak dari covid yang berkembang pesat pada Maret 2020 lalu. Ini merupakan konsekuensi dari model ekonomi kita yang terbuka. Pada saat dilakukan pembatasan sosial berskala besar, sektor yang paling berdampak ialah sektor pariwisata," katanya.

Selama ini, Kepri merupakan penyumbang wisatawan terbanyak kedua se-Indonesia setelah Bali.

Kepri mampu meraup 2,8 juta wisawatan dalam setahun.

50 persen wisawatan datang dari negeri Singapura, Malaysia dan Tiongkok.

"Sejak Maret lalu jumlah wisatawan kita mengalami penurunan," ucapnya pada Webilog dengan Tribunbatam.id Kamis (30/7/2020)

Tak hanya pariwisata, beberapa jenis usaha lainnya turut mengalami kepahitan serupa.

Beberapa usaha ekonomi ikut terdampak seperti perdagangan, perhotelan, restoran, dan transportasi. 

"Kami memprediksi pada Quartal Kedua mendatang akan lebih rendah dari Quartal pertama tahun 2020. Sebab puncak pembatasan sosial terjadi pada bulan april hingga bulan mei sehingga ekonomi provinsi kepri pada Q2 akan menunjukkan angka yang rendah dibandingkan Q1," jelasnya.

Sementara, Singapura menyatakan resesi nya pada saat Quartal 1, hal tersebut tentu akan memberikan dampak pada Q2 di provinsi Kepri. 

"Keterkaitan antara Singapura dan Batam tentu sangat erat. Perekonomian Singapura saat ini sedang mengalami kontraksi," katanya. 

Disisi lain, BI Kepri optimis terkait pertumbuhan ekonomi pada kuartal 3 dan 4.

Sebab saat ini jenis perdangan seperti ritel, eceran, serta kuliner menunjukkan pergerakannya. 

"Kemungkinan q3 meningkat, dan q4 semakin meningkat. Tahun 2021 kita prediksi lebih tinggi dari angka saat ini. Syarat nya kita harus disiplin terhadap protokol yang telah dikeluarkan oleh pemerintah. Untuk sektor pariwisata, sangat tergantung terhadap kepercayaan dari wisatawan. Untuk itu mari sama-sama galakkan protokol kesehatan agar perekonomian dapat berangsur membaik," katanya.

Saat ini, BI mendorong masyarakat untuk melakukan transaksi pembayaran secara non-tunai.

Seperti layanan non-tunai perbankan, uang digital hingga layanan lainnya yang berbentuk cashless. 

Hal itu dinilai efektif dilakukan saat pandemi selaras dengan kebutuhan rasa aman masyarakat saat ini.

Yakni saat masyarakat diminta untuk mengurangi kontak langsung satu sama lain atau menerapkan jaga jarak.

Salah satu upaya yang dapat dilakukan ialah melakukan transaksi dengan non-tunai. 

Hal ini diharapkan dapat membantu dalam menurunkan angka kasus positif Covid-19.

Tak hanya itu, transaksi non-tunai menunjukkan angka peningkatan selama pandemi yang dimana menjadi kabar baik bagi kesehatan perekonomian provinsi Kepulauan Riau kedepannya. (TRIBUNBATAM.id/Rebekha Ashari Diana Putri)
 

--

Sumber: Tribun Batam
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved