Dianggap Sukses Gelar Haji di Tengah Pandemi Covid-19, WHO Lempar Pujian ke Arab Saudi

Walau Covid-19 melanda dunia, tak membuat Arab Saudi membatalkan pelaksanaan ibadah haji 2020. Organisasi Kesehatan Dunia ( WHO) memuji kesuksesannya.

Istimewa
ILUSTRASI - WHO memuji Arab Saudi sukses gelar haji di tengah pandemi Corona. 

Editor: Putri Larasati Anggiawan

TRIBUNBATAM.id, MEKKAH - Walau virus Corona atau Covid-19 melanda dunia, tak membuat Arab Saudi membatalkan pelaksanaan ibadah haji 2020.

Atas pelaksanaan ibadah haji 2020 di Arab SaudiOrganisasi Kesehatan Dunia ( WHO) memuji kesuksesannya.

Lantaran Arab Saudi tetap menyelenggarakan haji dengan aman selama masa pandemi Covid-19 tahun ini.

Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan, langkah-langkah yang diambil untuk memastikan keselematan para jemaah semaksimal mungkin layak mendapatkan apresiasi.

"Langkah-langkah yang diambil oleh Arab Saudi selama haji telah memberikan contoh bagi negara-negara yang ingin kembali ke kehidupan normal dan beradaptasi dengan kondisi di bawah virus," kata Ghebreyesus dilansir dari Arab News, Kamis (30/7/2020).

Tak lupa, Ghebreyesus juga memberi selamat kepada Muslim pada perayaan Idul Adha tahun ini.

Kenakan Masker, Begini Kondisi Jemaah Haji 2020 Saat Lakukan Lempar Jumrah dan Tawaf Ifadah

Kesuksesan penyelenggaraan haji tahun ini juga turut mendapat pujian dari Raja Salman.

Raja Arab Saudi itu mengungkapkan harapannya bahwa Idul Adha akan menandai titik balik menuju akhir pandemi virus Corona Covid-19.

Dalam sebuah pesannya melalui Menteri Media Dr Majid al-Qasabi, Raja Salman memuji upaya semua orang yang telah bertanggung jawab untuk mengatur haji dan memastikan keamanan para jemaah.

"Haji diadakan tahun ini dengan jumlah jamaah yang sangat sedikit dari berbagai negara, untuk menekankan perlunya menyelenggarakan ritual meskipun dalam keadaan sulit, sementara juga menjaga standar keselamatan tertinggi bagi jemaah untuk melakukan tugas mereka," kata Raja Salman.

"Kami menghargai kepercayaan tinggi saudara-saudara Muslim kami atas apa yang telah kami ambil dalam hal ini," sambungnya.

Hanya 1.000 jemaah

Tak seperti biasanya yang mencapai 2,5 juta, penyelenggaraan haji tahun ini hanya diikuti oleh sekitar 1.000 jemaah karena pandemi virus Corona.

Sejumlah aturan ketat pun diterapkan pemerintah untuk memastikan keselamatan dan keamanan jemaah, seperti membuat garis pembatas di tempat-tempat suci dan menyediakan batu untuk lempar jumrah.

Sekitar 2.400 liter disinfektan juga digunakan setiap harinya untuk sterilisasi Masjidil Haram dan 1.050 liter parfum mewah untuk karpet dan sajadah, dikutip dari Saudi Gazette, Sabtu (1/8/2020).

Seluruh bagian Masjidil Haram juga telah dibersihkan dan disterilkan usai, termasuk mataf (area untuk tawaf), mas'a (tempat untuk Sai), dan halaman luar masjid usai para jemaah melakukan rangkaian ibadah haji pada Jumat (31/7/2020).

Pemerintah telah mengerahkan lebih dari 3.500 pekerja pria dan wanita untuk membersihkan dan mensterilkan seluruh bangunan masjid suci setidaknya 10 kali setiap hari.

Mereka menggunakan bahan pembersih, disinfektan, sterilisasi ramah lingkungan serta penyegar udara terbaik yang khusus digunakan untuk Masjidil Haram.

Hingga seluruh rangkaian haji selesai, belum ada laporan infeksi virus Corona di antara para jemaah.

Angka infeksi di Arab Saudi juga mengalami penurunan selama tujuh hari berturut-turut.

Pada Sabtu (1/8/2020), Arab Saudi mengumumkan 1.573 kasus baru dengan 21 kematian dan 1.890 pasien dinyatakan sembuh.

Terapkan Protokol Kesehatan Ketat, Bagaimana Kondisi 'Haji Skala Kecil' di Arab Saudi Tahun Ini?

Arab Saudi tetap menggelar pelaksanaan ibadah haji 2020 di tengah pandemi virus Corona atau Covid-19.

Hanya saja tahun ini, Pemerintah Arab Saudi mengerahkan petugas dan mengetatkan protokol kesehatan.

Tentunya untuk mencegah penularan Covid-19 seiring dengan kedatangan para calon jemaah haji menjelang ibadah haji pada Rabu (29/07).

Setidaknya 10.000 orang yang bermukim di kerajaan tersebut akan mengikuti ibadah haji, jauh dari 2,5 juta jemaah yang datang tahun lalu.

Jumlah itu berbeda dari yang diumumkan Menteri Urusan Haji Arab Saudi, Mohammad Benten, dalam jumpa pers daring pada awal Juni bahwa pihaknya hanya membolehkan sekitar 1.000 orang untuk menjalankan ibadah haji tahun ini.

Agar bisa beribadah haji tahun ini, pemerintah Saudi menerapkan berbagai kriteria, antara lain hanya membolehkan jemaah yang bermukim di kerajaan tersebut.

Orang yang berminat pun harus mendaftar secara online.

Menteri Kesehatan Arab Saudi, Mohammad Benten, menegaskan proses pendaftaran berjalan secara transparan.

Kepada stasiun televisi Al-Arabiya yang dimiliki Saudi, dia mengatakan "faktor-faktor kesehatan" merupakan dasar seleksi.

Kementerian tersebut mengatakan penduduk non-Saudi yang diterima untuk menjalankan ibadah haji tahun ini berasal dari sekitar 160 negara.

Mereka mencakup 70 persen dari keseluruhan calon jemaah.

Namun, tidak dijelaskan berapa banyak pelamar.

Akibatnya, Kementerian Kesehatan Arab Saudi kebanjiran pertanyaan dan pernyataan di Twitter dari para pelamar yang kecewa ditolak. Mereka mengeluh pemerintah Saudi tidak memberikan alasan mengapa mereka ditolak.

Di antara pelamar yang diterima adalah Nasser, seorang ekspatriat asal Nigeria yang bermukim di Riyadh.

Dia menyebut kesempatan berhaji tahun ini sama seperti memenangi "tiket emas".

"Perasaan saya tidak dapat digambarkan," kata Nasser kepada kantor berita AFP, setibanya di Mekah.

Kementerian Kesehatan Arab Saudi mengatakan warga Saudi yang terpilih sebagai calon jemaah haji terdiri dari tenaga kesehatan dan personel militer yang telah pulih dari Covid-19.

Protokol kesehatan yang ketat

Calon jemaah haji yang mulai berdatangan di Mekah pada akhir pekan lalu tampak memakai masker.

Suhu tubuh mereka diperiksa dan ditempatkan di karantina, kata pemerintah Arab Saudi kepada AFP.

Para calon jemaah haji, menurut dokumen Kementerian Haji Arab Saudi, diberikan beragam barang yang mencakup kerikil yang disterilisasi untuk ritual lempar jumrah, cairan disinfektan, masker, sajadah, dan pakaian ihram.

Sebelum tiba di Mekah, mereka diharuskan menjalani tes virus Corona dan diwajibkan berada di karantina setelah menunaikan ibadah haji.

Kementerian Haji mengaku telah mendirikan sejumlah fasilitas kesehatan, klinik berjalan, dan ambulans untuk menangani para jemaah.

Hingga Minggu (26/07), Arab Saudi mencatat 260.000 kasus positif Covid-19.

Sejarah pembatalan ibadah haji

Menurut data The Saudi King Abdul Aziz Foundation for Research and Archives yang dirilis pada Maret, ibadah haji pernah 40 kali ditiadakan dalam sejarah peradaban manusia, dengan alasan beragam, mulai dari perang sampai wabah penyakit menular.

Pada 1814, Kerajaan Arab Saudi dilanda wabah thaun, yang juga melanda Mekah dan Madinah sehingga Ka'bah harus ditutup sementara.

Lalu tahun 1831, ada wabah dari India, yang dicurigai adalah kolera, dan bertepatan dengan pelaksanaan ibadah haji. Periset mencatat setidaknya 75% jemaah haji meninggal dunia dan pelaksanaannya dihentikan di tengah jalan.

Kolera kembali ditemukan di Arab Saudi pada 1846-1892, dan haji pun batal dilaksanakan pada 1850, 1865, dan 1883.

Ibadah haji sempat dilaksanakan pada 1864, namun menelan 1.000 korban jiwa per harinya karena terjangkit kolera.

Pada 1987, wabah meningitis menyambangi ibadah haji dan penyebaran penyakit ini menginfeksi setidaknya 10.000 peserta haji.

(*)

Terapkan Social Distancing, Intip Potret Ibadah Haji 2020 Saat Tawaf Mengitari Kabah

Hari Pertama, 1.000 Jamaah Telah Tiba di Mina untuk Memulai Ibadah Haji

Tempat Suci Pusat Ibadah Haji, Inilah Sejarah Masjidil Haram, Terbesar di Dunia

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "WHO Puji Arab Saudi Sukses Gelar Haji di Tengah Pandemi Corona".

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved