Ngobsek Bersama dr Wahyudi SpOG
Ngobsek Bersama dr Wahyudi SpOG, Kupas Tuntas Kanker Serviks: Penyebab, dan Cara Menangani
Kanker serviks sebenarnya bisa dicegah dan diobati. Oleh karena itu, penting kiranya bagi para wanita mengenali gejala kanker ini sejak dini sebagai..
Editor: Lia Sisvita Dinatri
TRIBUNBATAM.id - Kanker serviks merupakan salah satu jenis kanker yang paling mematikan pada wanita, selain kanker payudara.
Berdasarkan penelitian yang dirilis WHO pada tahun 2014, lebih dari 92 ribu kasus kematian pada wanita di Indonesia disebabkan oleh penyakit kanker.
Kanker serviks sebenarnya bisa dicegah dan diobati. Oleh karena itu, penting kiranya bagi para wanita mengenali gejala kanker ini sejak dini sebagai langkah antisipasi.
Program Ngobsek 5 Agustus 2020 kali ini, mengangkat tema 'Kanker Serviks, Penyebab dan Cara Menangani'.
Untuk mengupas tuntas tentang tema kali ini, tanya jawab virtual Ngobsek Tribun Batam hadir bersama dengan narasumber yang terpercaya.
Diskusi virtual ini tayang secara live di Facebook Tribun Batam dan platform Zoom.
Diskusi ini merupakan kerjasama antara Tribun Batam bersama dengan RSBP Batam.
Dalam episode ini, Ngobsek kembali hadir bersama dr Wahyudi SpOG (dokter Spesialis Kebidanan dan penyakit Kandungan RSBP Batam) sebagai narasumber.
Kanker Serviks
Kanker serviks adalah kanker yang tumbuh pada sel-sel di leher rahim. Umumnya, kanker serviks tidak menunjukkan gejala pada tahap awal. Gejala baru muncul saat kanker sudah mulai menyebar.
Dalam banyak kasus, kanker serviks terkait dengan infeksi menular seksual.
Serviks adalah bagian bawah rahim yang terhubung ke vagina. Salah satu fungsi serviks adalah memproduksi lendir atau mukus. Lendir membantu menyalurkan sperma dari vagina ke rahim saat berhubungan seksual.
Selain itu, serviks juga akan menutup saat kehamilan untuk menjaga janin tetap di rahim, dan akan melebar atau membuka saat proses persalinan berlangsung.
Apa penyebab kanker serviks?
Penyebab kanker serviks tidak bisa disepelekan. Pasalnya, kanker serviks menempati urutan ke-4 sebagai salah satu penyakit kanker yang paling sering terjadi pada wanita, menurut data dari Badan Kesehatan Dunia (WHO).
Oleh karenanya, Anda harus terus berhati-hati dengan segala kondisi yang bisa berpotensi menjadi penyebab dari kanker ini.
Namun, yang kerap kali menjadi pertanyaan yakni mengenai penyebab kanker itu sendiri.
Pada sebagian besar kasus, kanker serviks disebabkan oleh virus HPV (human papilloma virus).
Apa saja faktor risiko kanker serviks?
Di samping virus HPV yang menjadi penyebab kanker serviks, ada beberapa faktor lainnya yang turut memperbesar peluang seorang wanita mengalami kanker serviks.
dr Wahyudi mengatakan, faktor risiko ini bisa dari berbagai hal, baik karena lingkungan, maupun gaya hidup yang tidak sehat.
Tanpa adanya salah satu atau beberapa faktor risiko kanker serviks, seorang wanita mungkin tidak mengalami penyakit ini.
Berikut ragam faktor risiko kanker serviks berdasarkan pemaparan dr Wahyudi:
1. 'Multi Partner Sex' atau memiliki kebiasaan bergonta-ganti pasangan seks
dr Wahyudi menjelaskan bahwa, bergonta-ganti pasangan saat melakukan hubungan seksual akan menempatkan Anda pada risiko tinggi untuk terinfeksi virus HPV yang berujung menjadi penyebab munculnya kanker serviks.
"Semakin banyak jumlah orang yang pernah melakukan hubungan seksual dengan Anda maupun pasangan Anda, akan semakin besar pula peluang Anda untuk terkena virus HPV," jelas dr Wahyudi.
Secara tidak langsung, hal inilah yang kemudian bisa menjadi penyebab munculnya kanker serviks atau leher rahim pada tubuh Anda.
2. Menikah muda ataupun melakukan seks terlalu dini
Selain karena memiliki banyak pasangan dalam berhubungan seks, aktivitas seksual yang dilakukan terlalu dini ternyata juga bisa memperbesar risiko Anda terserang virus HPV yang nantinya akan menjadi penyebab kanker serviks.
Mengapa hal ini bisa menjadi penyebab kanker serviks?
"Pada umur yang masih rentan dan cukup dini, struktur organ reproduksi termasuk serviks lebih rentan terhadap infeksi HPV. Anak akan jauh lebih mudah mengidap virus yang bisa menjadi penyebab kanker serviks ini jika anak remaja tidak mendapatkan vaksinasi HPV," ungkap dr Wahyudi.
3. Merokok
Zat berbahaya yang ada di dalam rokok akan diserap ke dalam paru-paru, dan dibawa ke seluruh tubuh melalui aliran darah. Tak heran jika kebiasaan ini meningkatkan risiko wanita mengalami kanker serviks.
Hal ini dikarenakan zat berbahaya yang ada di dalam rokok menjadi penyebab rusaknya DNA pada sel serviks, yang kemudian berpotensi mengembangkan penyebab dari kanker leher rahim.
Tidak berhenti sampai di situ, merokok juga dapat membuat sistem kekebalan tubuh menjadi kurang efektif guna memerangi infeksi virus HPV.
Oleh karena itu, jika memiliki kebiasaan ini, dr Wahyudi menyarankan agar segeralah berhenti dan lakukan deteksi dini kanker serviks, misalnya pap smear atau tes IVA untuk mengetahui kondisi kesehatan Anda.
Cara menangani kanker serviks
Dijelaskan dr Wahyudi, jika Anda mengalami tiga keluhan seperti, terjadi perdarahan abnormal, keputihan abnormal dari vagina dan nyeri saat berhubungan seksual, maka ada baiknya Anda segera melakukan pengecekan ke dokter.
Penting kiranya bagi para wanita untuk segera memeriksakan diri jika mengalami keluhan di atas sebagai langkah pencegahan.
"Melakukan pap smear secara rutin setahun sekali jelas adalah langkah yang tepat untuk mendeteksi kanker serviks lebih dini", terang dr Wahyudi
Pap smear adalah sebuah metode pemeriksaan cairan lendir serviks.
Setidaknya ada dua pilihan metode yang bisa dilakukan dalam pemeriksaan pap smear, yakni secara konvensional atau liquid base.
Berikut perbedannya:
1. Pap smear konvensional
Pada metode ini, lendir serviks dioleskan di atas kaca objek, kemudian diperiksa dengan alat mikroskop.
Pemeriksaan ini diketahui sudah dipakai lebih dari 50 tahun dan biayanya terbilang cukup murah.
Namun, metode konvensional memiliki kelemahan, yakni kadang-kadang hasil pengolesan lendir pada kaca kurang merata sehingga dapat menimbulkan bias pada pemeriksaan mikroskop.
Belum lagi, keterlambatan pemberian pengawet pada kaca objek bisa menimbulkan kerusakan pada sel yang akan diperiksa.
Jika terjadi dua hal tersebut, bukan tidak mungkin harus dilakukan pengulangan pengambilan sampel lendir.
2. Pap smear liquid base
Metode ini dilakukan dengan cara pengambilan sampel lendir menggunakan alat yang menyerupai sikat.
Sikat yang mengandung lendir tersebut kemudian dimasukkan ke dalam cairan khusus.
Dengan menggunakan alat khusus, cairan yang telah bercampur dengan lendir serviks lantas diperiksa di bawah mikroskop.
Berbeda dengan metode konvensional, cara ini diyakini bermanfaat untuk meminimalkan kerusakan sel yang dialami.
Selain itu, dapat juga menyingkirkan sel jamur, darah, dan unsur lainnya yang ikut terambil ke dalam sampel.
Namun, kekurangan metode ini adalah tarifnya cukup mahal sehingga lebih jarang digunakan dibanding metode konvensional. (LSD)
• Bau Badan Tak Sedap? Coba Atasi dengan Tips Berikut Ini
• 21 Indonesian KPU Employees Declared Positive Covid-19, Heres the Explanation
• Jangan Menggunakan Makeup saat Memakai Masker, Ini Alasannya Menurut Ahli
• Disiapkan Jadi Tempat Karantina Pasien Covid-19, Ini Protokol Kesehatan di LPMP Kepri
• Dekat dengan Kantor Pemerintah, Warga Bintan Tolak Asrama LPMP Jadi Lokasi Karantina Pasien Covid-19