Mudahkan Kuliah Secara Daring, Mahasiswa Bakal Dapat Bantuan Pulsa
Bantuan pulsa tersebut diberikan kepada mahasiswa agar bisa menjalani kuliah jarak jauh secara daring.
"Semestinya Kemendikbud dengan seluruh unsur, pejabat pemerintah yang lain menyelesaikan atau menjadikan pembelajaran jarak jauh disiapkan infrastruktur aksesnya secara baik," ujar Jazilul.
Dirinya berharap pembelajaran jarak jauh tidak hanya dijadikan pilot project. Serta tidak hanya dijalankan karena situasi pandemi Covid-19 ini. Menurut Jazilul, dibutuhkan pembangunan infrastruktur akses pembelajaran jarak jauh yang berkesinambungan.
"Memberikan akses layanan pendidikan kepada seluruh daerah yang ada di Indonesia utamanya di 3T," kata Jazilul.
Selain itu, Jazilul menilai Kemendikbud perlu membuat regulasi untuk meningkatkan kualitas pembelajaran jarak jauh. Jazilul mengungkapkan dari 86 juta peserta didik, baru 30 persen yang sudah menerima pembelajaran jarak jauh.
"Menurut saya Ini sudah darurat. Menurut saya pemerintah atau Kemendikbud mestinya mempercepat untuk mendukung atau mewujudkan tiga pilar pendidikan yang disebut dengan peningkatan mutu dan daya saing dan peningkatan akses dan pemerataan pendidikan di seluruh Nusantara," pungkas Jazilul.
Hak belajar
Terkait pembukaan sekolah dengan cara belajar mengajar tatap muka, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan beralasan pembukaan sekolah tatap muka di zona hijau dan kuning agar siswa tidak mengalami loss ordering learning atau kerugian atas hak pembelajaran.
"Pertimbangan dari segi kesehatan dan pendidikan tentu kita lakukan. Agar risiko loss ordering learning enggak berlebihan dan enggak terlalu jauh, kita mencari keseimbangan itu dalam dimensinya," kata Pelaksana tugas Kepala Badan Penelitian, Pengembangan dan Perbukuan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), Totok Suprayitno.
Meski pro dan kontra mewarnai kebijakan tersebut, Totok menyakinkan hal tersebut harus tetap dilakukan agar siswa tidak kehilangan hak belajar terlalu jauh. "Kehilangan pengalaman belajar luar biasa dan sangat membahayakan. Sangat jauh berbahaya dari apa yang kita pikirkan," tutur dia.
Lebih jauh, penutupan sekolah akibat pandemi Covid-19 memiliki imbas cukup berat, diantaranya penurunan kompetensi drastis, atau kerugian materi pada keluarga ekonomi rendah.
"Karena mereka paling terhambat dan paling rentan dari segi apapu . Ketika masuk sekolah lagi, bukannya naik, malah ketinggalan, tidak kunjung naik," jelas Totok.
Ia pun memastikan pembukaan belajar di kelas pada zona hijau dan kuning sangat memperhatikan protokol kesehatan ketat. Pembukaan sekolah tersebut bukan bersifat wajib. Terlebih, harus mendapatkan persetujuan dari Gugus Tugas Covid-19 setempat kemudian Pemda, komite sekolah, hingga orang tua.
"Kalau satu saja tidak setuju, batal. Dan protokol kesehatan tentu harus dipenuhi," ujarnya. (*)